Rabu, 22 Mei 2013

Majalah Tempo: Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah, Lagi-lagi Majalah yang “Nakal”


Majalah Tempo: Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah, Lagi-lagi Majalah yang “Nakal”

 

 

“Bu, Tempo sudah ada?”

 

“Koran Tempo atau Majalah Tempo, mas?”

 

“Majalah Mingguan, bu”

 

“Wah, belum datang, mas. Mudah-mudahan besok Selasa sudah ada. Harusnya tadi siang sudah diantar. Tapi ga tahu kenapa sampai malam begini belum datang”

 

“OK, terima kasih, bu. Insya Allah besok saya ke sini lagi”

 

Bruuummm…. Pemuda tersebut menghidupkan kembali Karisma kesayangannya dan memacunya dengan kecepatan sedang menembus kegelapan bakda maghrib sebelum Isya’ menuju tempat melepas lelah bersama Dimas yang disayanginya.

 

Pada hari itu, Senin, 20 Mei 2013, sang pemuda bermaksud membeli Majalah Mingguan Tempo di kios langganannya. Namun saying sekali, ibu stengah baya pemilik kios belum juga mendapatkan pasokan dari agen.

 

Selasa, 21 Mei 2013, bakda maghrib, pemuda ini memarkirkan kembali kendaraannya di depan kios Koran dan majalah langganannya. Dan, seperti yang telah dijanjikan Majalah tersebut akhirnya berpindah tangan setelah memberikan uang Rp 35.000, pecahan duapuluhribuan, sepuluhribuan, dan limaribuan. Oleh si ibu, dikembalikan lagi dengan pecahan duaribuan.

 




 

Ya, Majalah Tempo edisi 20 – 26 Mei 2013 ini memuat pemberitaan yang sanggup memerahkan telinga sebagian kalangan. Dengan gambar sampul sebuah kotak yang mirip dengan kotak suara pemilu bertuliskan “Selingkuh Fathanah dan Partai Dakwah”, dijadikan pilihan Judul Utama. Sebagaimana edisi 25 - 31 Maret 2013, yang menceritakan perihal skandal Bank Jabar Banten, edisi kali ini sepertinya juga sangat menarik untuk dinikmati.

 

Sesampai di rumah, setelah memastikan bahwa Dimas sudah terlelap dengan tenang, dengan berdebar-debar, si pemuda membolak balik majalah yang baru saja diterimanya.

 

Dimulai dari halaman 31, Opini Tempo berjudul “Patgulipat Partai Dakwah” tertulis dengan huruf hitam yang tebal. Pada paragraf awal, di sana diceritakan perihal Stori tentang Ahmad Fathanah yang telah ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK. Sementara paragraf penutup, dipungkasi dengan kalimat “Kisah perselingkuhan Fathanah dan PKS bisa merupakan titik awal, momentum yang selayaknya tidak disia-siakan”.

 

Majalah Tempo kemudian menceritakan dengan sangat menarik, dimulai pada halaman 35, kisah sebuah perjamuan di sebuah rumah di Jl. Cipaku I No. 14, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, 12 Juli 2012, sekitar jam 13.00.

 



 

Luthfi Hasan Ishaaq, presiden PKS, menemui seorang pengusaha, Yudi Setiawan di kediaman tersebut dengan mengendarai Toyota Land Cruiser seri terbaru. Perjamuan di kediaman ini menorehkan sebuah catatan yang ditulis di papan tulis white board, dan didokumentasikan oleh karyawan Yudi Setiawan, sebagaimana ada di halaman 37. Banyak tertulis huruf dan angka di sana. Sebuah kotak bertulisan PKS di dalamnya ad adi posisi paling atas, kemudian tiga kotak di bawahnya, berturut-turut bertuliskan KOMINFO, PERTANIAN, dan SOSIAL. Entah apa maksudnya, ada angka 2T juga di sana.

 

Pada halaman lain, Majalah Tempo juga menampilkan Luthfi Hasan Ishaaq yang tengah berpose berdua dengan Yudi Setiawan. Di halaman 45 tersebut, tampak Luthfi mengenakan “Batik Jakarta”, kostum resmi dank khas berwarna oranye yang banyak dikenakan oleh para simpatisan Hidayat Nur Wahid dan Didik pada Pilkada DKI Jakarta 2012 yang lalu.

 



 

Wa ba’du, tidak akan ada asap jika tidak ada api. Semoga seluruh member KPK diberi kekuatan untuk bisa mengurai semua teka-teki ini. []

 

ANANTO PRATIKNO

4 komentar:

  1. Agan Ayah Dimas, saya tertarik pada foto kumpulan majalah yang agan tampilkan di laman ini. Bolehkah saya izin untuk gunakan fotonya di tulisan saya?

    BalasHapus
  2. Wah, menarik. Silahkan diambil, mbak. Jika nanti tulisannya selesai, mohon kiranya di-share ke saya. Terima kasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Trims! Foto kumpulan majalah itu makanya cukup dalam dan menurut saya cukup menohok budaya Indonesia. Apakah fotonya spontan dari kios majalah?

      Hapus
    2. Yap. Itu spontan saya ambil dari kios majalah, tanpa rekayasa.

      Hapus