Selasa, 21 Mei 2013

(Ngaji of the Day) Indahnya Beristri Salehah dan Cerdas


Indahnya Beristri Salehah dan Cerdas

Oleh: Abdurrahman Wahid

 

Pasa zaman Bani Israil terdapat seorang lelaki yang ahli beribadah, dan ia memiliki istri salehah. Allah SWT memberi kabar gembira bagi pasangan suami-istri ini melalui Nabi yang terutus pada waktu itu.


“Katakan kepada lelaki yang saleh itu, bahwasanya Aku akan menjadikan separuh umurnya kaya, dan separuh umurnya yang lain miskin. Jika ia memilih kaya di usia muda, maka Aku akan menjadikannya fakir di usia tuanya. Dan jika ia memilih kaya di usia tua, maka Aku akan menjadikannya kaya pada saat itu, dan menjadikannya fakir pada usia mudanya.”


Sang Nabi pun menceritakan wahyu yang diterimanya kepada lelaki dimaksud. Lelaki itu tidak mengambil keputusan dengan segera, melainkan ia masih mendatangi sang istri guna urun rembug untuk menentukan pilihan. “Apa pendapatmu tentang hal ini?” Tanya sang suami. “Kebaikan ada padamu,” jawab sang istri.


“Kalau menurutku, aku memilih fakir pada usia muda. Dengan begitu, aku bisa bersabar atas kefakiran dan beribadah dengan giat kepada Tuhan. Dan ketika usia senja datang, aku memiliki sesuatu yang membuatku kuat, dan aku juga bisa taat dan beribadah dengan apa yang aku miliki,” papar si suami.


“Jika kamu fakir di usia muda, kamu tidak akan mampu beribadah kepada Allah, karena kita akan sibuk untuk mencari nafkah disebabkan kefakiran, dan kita tidak akan bisa melakukan perbuatan taat, apalagi bersedekah. Oleh karenanya, menurutku, kaya di usia muda lebih baik. Dengan begitu, kita akan mudah melakukan perbuatan taat dan berbagai ibadah yang lain disebabkan kuatnya badan dan raga kita saat kuat (muda),” jelas si istri.


“Benar apa yang kamu katakan. Kalau begitu, aku akan lakukan seperti yang kamu katakan,” timpal si suami.


Allah SWT kemudian menurunkan wahyu kepada Nabi itu untuk menyampaikan kapada pasangan suami-istri itu, “Jika ketaan yang mereka lakukan, kesungguhan yang mereka kerjakan dalam ibadah, dan samanya niat untuk melakukan kebaikan, maka akan dijadikan semua usia yang dimiliki keduanya dalam keadaan kaya.”


Pasutri itu pun menjadi kaya, dan kesehariannya adalah ketaatan dan bersedekah. Wallâhu Huwal-Ghaniyul-Hâmid.


Sumber: Buletin Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan – Jawa Timur, Edisi 73

Tidak ada komentar:

Posting Komentar