Kodifikasi Al-Qur’an di masa Rasulullah SAW merupakan fase pertama kodifikasi Al-Qur’an yang dilakukan umat Islam. Mereka menghafalkan, mencatat, dan menyusun urutan ayat dan surat dalam Al-Qur’an sesuai petunjuk Rasulullah SAW. (Syekh M Ali As-Shabuni, At-Tibyan fi Ulumil Qur’an, [tanpa kota, Darul Mawahib Al-Islamiyyah: 2016 M], halaman 54).
Setelah Rasulullah SAW selesai menyampaikan risalah, mengemban amanah, serta
membimbing keberagamaan umat dan wafat pada 11 H atau sekira 632 M,
kepemimpinan umat beralih kepada sahabat Abu Bakar As-Shiddiq RA. Di masa
kepemimpinannya, Abu Bakar menghadapi berbagai tantangan sosial politik yang
luar biasa.
Salah satu masalah besar yang dihadapi Sayyidina Abu Bakar RA adalah peperangan
sahabat terhadap kelompok pembangkang beberapa suku di Arab pengikut Musailamah
Al-Kadzdzab. Pertempuran di Yamamah (daerah yang terletak di tengah jazirah
Arab) ini kemudian disebut dengan Perang Yamamah (12 H) yang selanjutnya
berhasil ditumpas oleh panglima Khalid bin Walid.
Pertempuran Yamamah berlangsung sengit. Banyak sahabat ahli Al-Qur’an terkemuka
gugur dalam penumpasan kelompok pembangkang tersebut. Jumlah ahli Al-Qur’an
yang gugur mencapai 70 sahabat. Peristiwa ini tentu saja menyusahkan umat
Islam. (As-Shabuni, 2016 M: 54). Sebagian ahli sejarah mencatat ahli Al-Qur’an
yang gugur mencapai 500 orang. (M Abdul Azhim Az-Zarqani, Manahilul Irfan fi
Ulumil Qur’an, [Kairo, Darul Hadits: 2017 M/1438 H], halaman 201).
Keresahan ini mendera Sayyidina Umar bin Khattab RA. Ia kemudian menemui
khalifah Abu Bakar RA yang didapatinya dalam keadaan sedih dan duka mendalam.
Ia menyampaikan rekomendasi kepada khalifah Abu Bakar RA untuk melakukan
kodifikasi terhadap Al-Qur’an karena khawatir musnahnya Al-Qur’an yang lebih
banyak tersimpan dalam hafalan dan ingatan para sahabat. Sedangkan para sahabat
penghafal Al-Qur’an banyak yang gugur di pertempuran Yamamah.
Awalnya khalifah Abu Bakar RA sempat bimbang dan ragu pada usulan sahabat Umar
bin Khattab RA. Kemudian ia mulai yakin setelah sahabat Umar RA menjelaskan
segi kemaslahatannya. Hati dan pikiran Abu Bakar RA terbuka. Umar RA berhasil
meyakinkan sahabat Abu Bakar RA. Ia memanggil sahabat Zaid bin Tsabit dan
memintanya untuk mengodifikasi Al-Qur’an dalam sebuah mushaf. Zaid bin Tsabit
juga awalnya bimbang dan ragu, tetapi kemudian pikiran dan hatinya terbuka
sebagaimana riwayat Bukhari. (As-Shabuni, 2016 M: 54).
"Bagaimana aku melakukan hal yang tidak dilakukan Rasulullah SAW?"
kata sahabat Abu Bakar RA.
"Demi Allah, ini (mega) ‘proyek’ yang baik," kata sahabat Umar
RA.
Umar RA, kata Abu Bakar RA, terus menerus mendatangiku untuk mendiskusikan
masalah ini sehingga pikiranku terbuka untuk melakukan kodifikasi Al-Qur’an.
"Kau pemuda cerdas. Kami tidak akan mencurigaimu. Kau sejak dahulu menulis
wahyu untuk Rasulullah SAW. Sekarang periksa dan himpunlah
Al-Qur’an," perintah khalifah Abu Bakar RA kepada Zait bin Tsabit.
"Demi Allah, seandainya aku ditugasi untuk memindahkan bukit, niscaya itu
tidak lebih berat bagiku daripada apa (kodifikasi Al-Qur’an) yang ditugaskan
kepadaku," kata Zaid dalam hati.
"Bagaimana kalian berdua melakukan proyek yang tidak dilakukan
Rasulullah?" kata Zaid.
"Demi Allah ini pekerjaan baik," kata Abu Bakar.
Setelah Abu Bakar dan Umar terus mengajak Zaid berdiskusi, akhirnya ia terbuka
juga untuk menerima usulan tersebut. Zaid bin Tsabit kemudian memeriksa
Al-Qur'an dan menginventarisasinya dari catatan ayat dan surat yang tercecer
pada batu tulis tipis, pelepah kurma, dan hafalan beberapa sahabat penghafal
Al-Qur’an.
"Aku menelitinya sampai aku menemukan ayat akhir Surat At-Taubah (Surat
At-Taubah ayat 128-129 hingga akhir surat, yaitu la qad ja’akum rasulun min
anfusikum…) pada Abu Khuzaimah Al-Anshari yang tidak kutemukan pada seorang pun
sahabat lainnya," kata Zaid.
Lembaran-lembaran mushaf Al-Qur’an itu disimpan dengan baik oleh Khalifah Abu
Bakar RA hingga wafat. Lembaran mushaf itu kemudian berpindah ke tangan Amirul
Mukminin Umar bin Khattab RA hingga ia wafat. Lembaran mushaf Al-Qur’an itu
selanjutnya untuk sementara dirawat oleh Hafshah binti Umar RA. (HR Bukhari)
Riwayat ini menjadi sebab kodifikasi Al-Qur’an. (As-Shabuni, 2016 M: 54).
Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar