Nyai Hj Siti Suryani Thahir merupakan seorang ulama perempuan Betawi yang mendirikan, merintis, dan mendirikan sebuah majelis taklim khusus ibu-ibu, di Jakarta. Forum itu bernama Majelis Taklim Kaum Ibu Attahiriyah (MTKIA). Di situ, ia melakukan pemberdayaan perempuan, khususnya kaum ibu, untuk mengembangkan pengetahuan keagamaannya.
Ia lahir di Jakarta, 1 Januari 1940 dari pasangan KH M Thahir Rohili dan Hj
Salbiyah Ramli. Orang tuanya adalah pendiri sekaligus pemilik perguruan Islam
yang bernaung di bawah Yayasan Addiniyah Attahiriyah. (Rakhmad Zailani Kiki,
Genealogi Intelektual Ulama Betawi: Melacak Jaringan Ulama Betawi dan Awal Abad
Ke-9 sampai Abad Ke-21. Jakarta Islamic Center, 2018).
Hj Suryani menempuh pendidikan formal dari tingkat dasar hingga perguruan
tinggi pada lembaga pendidikan Islam. Sejak usia tujuh tahun, ia bersekolah di
Madrasah Diniyah Awaliyah As-Syafi’iyah di Jalan Bali Matraman, Tebet, Jakarta
Selatan. Ia mendapat bimbingan langsung dari Muallim KH Abdullah Syafi’i.
Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah Diniyah Putri
Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 1953. Lalu, Suryani menempuh pendidikan di
Madrasah Mualimat, Tanah Tinggi, Jakarta, pada 1958.
Setelah menamatkan seluruh jenjang pendidikan formalnya di Indonesia, ia lantas
meneruskan pendidikan selama delapan tahun di Universitas Al-Azhar, Kairo,
Mesir. Suryani kuliah di Kuliyatu Ii al-Banat jurusan Dirasah Islamiyah.
Sebelum ke Mesir, Suryani terlebih dulu menikah dengan Syatiri Ahmad, seorang
sarjana dari IAIN Sunan Kalijaga yang mendapat beasiswa untuk studi di
Universitas Al-Azhar. Sepasang suami istri itu menetap di Mesir untuk menimba
ilmu bersama.
Sepulangnya dari Mesir, ia membuka taklim dengan sederhana di rumah. Semula,
majelis taklim itu hanya diikuti sekitar 12 orang. Namun seiring waktu
berjalan, jamaahnya semakin banyak, bahkan tersebar di pelosok Jakarta dan
sekitarnya.
Melihat perkembangan jamaah yang sangat pesat itu, Suryani akhirnya meresmikan
pendirian Majelis Taklim Kaum Ibu Attahiriyah atau disingkat MTKIA. Forum
pengajian itu kemudian berkembang menjadi Kursus Bahasa Arab dan Agama (Kurba)
yang melahirkan banyak mubaligh intelektual di Jakarta.
Dikutip dari situs resmi Jakarta Islamic Center (Hj Siti Suryani Thahir), MTKIA
di bawah bimbingan Hj Suryani memiliki pola pengajaran dan pendekatan yang
berbeda dari para pengkaji kitab kuning yang lain.
Biasanya, di dalam pengajian kitab kuning seorang murid hanya akan mendengarkan
penjelasan dari guru. Sementara Hj Suryani membikin pola dengan cara memberikan
kesempatan kepada jamaah untuk membaca sendiri kitab kuning yang menjadi bahan
pengajian. Kemudian, ia akan memberikan penjelasan dan diadakan dialog
interaktif.
Dari majelis taklim itu, Hj Suryani telah berhasil melakukan perjuangan untuk
mencerdaskan kaum ibu melalui pendekatan yang lebih efektif. Dari forum MTKIA,
banyak terlahir para asatidzah yang andal dan mampu mengembangkan dakwah kepada
kaum ibu di kampung-kampung tempat tinggal mereka masing-masing.
Suryani berhasil mengubah paradigma kultur daerah yang memandang kaum perempuan
dengan posisi rendah. Ia sukses mendobrak kultur masyarakat yang membatasi
ruang gerak perempuan di dunia pendidikan menjadi lebih aktif, berilmu, dan
berdaya.
Selain itu, berkat MTKIA, perempuan memiliki nilai tawar dalam pengumpulan dan
dukungan suara, khususnya di Jakarta. Perempuan bisa memiliki kesempatan untuk
menjadi penentu kebijakan yang setara dengan kaum pria, berkat kekuatan
MTKIA.
Ia telah menciptakan kultur ‘perempuan majelis taklim’ di Indonesia. Kini,
berkat kegigihan dan ketekunan Hj Suryani, pengajian majelis taklim sangat erat
kaitannya dengan perempuan, terutama kaum ibu, yang berasal dari berbagai
kalangan dan strata sosial.
Selain merintis dan mengembangkan majelis taklim untuk kaum ibu di Jakarta, Hj
Siti Suryani Thahir juga memiliki banyak karya tulisan. Beberapa di antara
karya yang ditulisnya adalah Masdar Al-Akhlaq: Sumber Budi Pekerti dan 38 Kiat
Menghapus Dosa, Susunan Ibadah di Saat Bangun Malam, Hembusan Segar: Kumpulan
Firman Allah dalam Hadis Qudsi, Mutiara Baiduri Manikan di Balik Kisah Yusuf
As, dan Fadhilah Qayam al-Layl.
Tokoh ulama perempuan Betawi kharismatik di pengajian kaum ibu ini wafat, pada
5 September 2015. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar