Khoiron? Yaroh. Syarron? Yaroh
Oleh: Emha Ainun Nadjib
Kalau Allah bikin pasal “Siapa melakukan kebaikan
meskipun sezarrah akan memperoleh balasannya, dan siapa yang melakukan
keburukan meskipun sezarrah akan memperoleh balasannya” — menurutmu
bagaimana prosedur dan eksekusi teknisnya?
Apakah kalau engkau memukul seseorang maka sesaat
berikutnya engkau akan dipukul secara sepadan dan di tempat yang sama, entah
siapa yang memukul? Apakah kalau aku mengutil sejumlah uang maka sesaat
berikutnya aku akan kehilangan uang sejumlah yang sama? Apakah kalau seseorang
menyakiti hati seseorang lainnya maka mendadak berikutnya ia juga akan disakiti
hatinya entah oleh orang yang ia sakiti atau oleh lainnya?
Dalam hal ini perlu dicatat atau syukur bisa dirumuskan
beberapa hal. Apakah suatu perbuatan jahat akan meresikokan pembalasan
perbuatan jahat yang sama jenis dan kadarnya? Apakah asal-usul pembalasan
kejahatan adalah sama dengan sasaran kejahatan sebelumnya? Siapa yang berhak
menjadi pelaku pembalasan kejahatan?
Berapa lama pembalasan atas kebaikan atau kejahatan itu
akan terjadi? Langsung? Beberapa jam kemudian? Besok atau lusa atau minggu
depan? Atau bulan depan, tahun depan, sepuluh tahun lagi, kelak beberapa waktu
sebelum si jahat mati, ataukah kelak di akherat?
Apakah lamanya waktu berbanding lurus dengan tingkat
atau kadar kejahatan yang diperbuatnya? Apakah semakin tinggi nilai kejahatan
yang diperbuat akan dibalas semakin cepat, ataukah justru semakin lambat?
Apakah lambat atau cepatnya pembalasan atas kejahatan berbeda antara kejahatan
pribadi dengan kejahatan lembaga, institusi, kelompok, atau bahkan misalnya
yang dilakukan secara struktural oleh kelompok penguasa di sebuah negara?
Apakah balasan atas kejahatan yang bersifat kontan atau
tunda itu berkaitan dengan jenis kejahatannya, kadarnya, jenis karakter dan
sejarah pelaku kejahatan itu, ataukah ada kriteria-kriteria tertentu yang tidak
mungkin diketahui dan dirumuskan oleh pikiran maupun kehendak manusia
— termasuk kemauan pihak yang dijahati?
Masih banyak lagi liku-liku, lipatan-lipatan, putaran
dan tikungan, detail, labirin, dimensi-dimensi yang samar, serta berbagai titik
atau simpul fenomena nilai beserta anomali-anomalinya, yang mungkin perlu
dicari, meskipun mungkin banyak yang tak kan pernah bisa dipetakan dan
dirumuskan.
***
Apakah orang yang rajin berbuat baik tidak memperoleh
balasan kecuali kebaikan juga di dalam lingkup waktu yang sama dengan perbuatan
baiknya?
Bagaimana kalau ternyata banyak fakta bahwa orang yang
berbuat baik justru mendapat balasan keburukan yang bahkan berlipat-lipat?
Bahkan kenyataan itu tidak berakhir sampai tiba kematiannya? Lebih dari itu:
kebaikan-kebaikannya tak pernah ditorehkan di lembaran sejarah pada ingatan
orang banyak, dan justru ia dicatat secara sangat seksama sebagai orang buruk?
Apakah orang yang hidupnya bermanfaat baik secara
sosial dipastikan mendapatkan manfaat-manfaat kebaikan juga dari lingkungan
sosialnya, pada interval waktu yang sama antara produk manfaatnya dan
pendapatan manfaatnya dari semua yang ia beri manfaat?
Bagaimana kalau terdapat sangat banyak contoh dalam
kehidupan bahwa sampai ia tinggal nama di nisannya, tidak dicatat oleh siapapun
produksi-produksi kemanfaatannya? Dan jika pun ada fakta kemanfaat itu dalam
kehidupan masyarakat luas: namun tidak dikaitkan dengannya sebagai pelaku
kebaikan yang penuh manfaat?
Apakah orang yang memperbuat kemashlahatan kepada
sesama manusia dan rajin beribadah kepada Allah, konstan menjaga iman dan
akhlaknya, tidak memperoleh nasib apapun kecuali kemudahan hidup, kemakmuran
rumah tangga, kemudahan usaha, citra sosial yang baik, sukses perjuangan
hidupnya dan senantiasa mendapat perlindungan dari Allah dari bahaya-bahaya
yang ditimbulkan oleh sesama manusia?
Bagaimana kalau engkau sendiri mengalami bahwa
ketekunanmu menyebarkan kemashlahatan itu tidak membuat orang banyak
mempercayaimu? Bahwa kekhusyukan dan kerajinan ibadahmu tidak membuatmu punya
citra baik di mata khalayak ramai?
Karena, misalnya, bagi masyarakat sekelilingmu orang
baik adalah orang yang suka bagi-bagi uang, menyumbang pembangunan masjid atau
rutin berbuka puasa dengan anak-anak yatim di Bulan Ramadlan, meskipun uang
yang dibagi-bagi itu adalah hasil pencurian atas hak kekayaan dan harta
masyarakat yang menjunjung-junjungnya?
***
Dan orang-orang yang berbuat keburukan, merugikan orang
lain, menyebar kemudharatan, menaburkan penderitaan dan menyebabkan
kesengsaraan banyak orang — apakah mereka tidak akan menjumpai apapun
kecuali langkah yang keserimpet-serimpet, perjalanan hidup yang penuh kesulitan,
bertemu dengan yang serba mencelakakannya, jauh dari kegembiraan dan
kebahagiaan, dan akhirnya terjerembab dalam kehancuran?
Bagaimana kalau engkau justru dikepung oleh
kenyataan-kenyataan sosial bahwa orang-orang macam itu malah dijunjung dan
dipuja-puja oleh masyarakat? Baik karena disinformasi maupun karena rusaknya
logika berpikir masyarakat? Bagaimana kalau para penjahat politik, para
perampok harta rakyat yang tak kentara, para perusak akal sehat dan penghancur
logika itu justru dilantik oleh pandangan umum sebagai pahlawan?
Apakah orang atau kelompok yang menganiaya, yang
menjajah, yang menipudaya, yang menginjak-injak hidup banyak orang, hidupnya
akan terbanting-banting, jatuh dan terjerembab, terlunta-lunta, sengsara
hatinya, ambruk keluarganya, kemudian mati dalam keadaan yang terhina
Bagaimana kalau permukaan bumi ini sangat banyak dihuni
oleh pelaku-pelaku kelaliman structural dan penggerak-penggerak system
pembodohan danpemiskinan, yang kehidupan keluarganya kasat mata sakinah mawaddah
warahmah gemah ripah loh jinawi?
Sebaliknya mereka yang dianiaya, dijajah, direndahkan,
ditipu dan dihina, disongsong oleh keberkahan hidup, justru tidak sehat
raganya, sakit-sakitan tubuhnya, uring-uringan jiwanya, sama sekali tidak
sakinah keluarganya, jauh dari sejahtera penghidupannya, perjuangan hidupnya
seolah dihindari oleh kemudahan, bahkan luluh lantak terbengkalai dan
terjerembab karier hidupnya?
***
Sedangkan referensi dari Tuhan sangat efisien: yang
berbuat baik akan yaroh,
yang berbuat buruk juga yaroh. Ya. Hanya yaroh. “Ia melihat” (hasil perbuatannya). []
Dari CN kepada anak-cucu dan JM
Februari 8 Pebruari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar