Karya
James R Rush tentang Hamka
Oleh:
Ahmad Syafii Maarif
Jika Anda
pernah membaca Resonansi bertanggal 18 Juni 2013, di bawah judul "Hamka's
Great Story: Islam for Indonesia", tentu akan cepat menangkap ke mana arah
tulisan kali ini.
Resonansi
itu adalah hasil pembicraan saya pada 8 Juni 2013 dengan Prof James R Rush di
suatu tempat di Jakarta yang pada waktu itu sudah menyiapkan sebuah karya
tentang Hamka (1908-1981), semacam biografi dan alur fikir tentang sosok
manusia Indonesia multitalenta ini.
Rush
adalah guru besar sejarah pada Universitas Arizona, Amerika Serikat. Karya
tentang Hamka ini semula diharapkan terbit pada 2014. Baru tahun ini menjadi
kenyataan. Mengapa dimunculkan lagi karya ini? Tentu ada pemicunya.
Pada 16
Agustus 2016 saya menerima email dari
James Rush dengan penyesalan karena karyanya dengan judul lengkap: Hamka's
Great Story, A Master's Vision of Islam for Modern Indonesia (University of
Wisconsin Press, Juni 2016) telah dikirim ke alamat saya di Yogyakarta, tetapi
tidak sampai.
Menurut
Rush, kiriman itu telah dirusak oleh imigrasi di Indonesia, mungkin karena
biaya pengiriman tidak cukup, sesuatu yang tidak disadari oleh penulisnya
sebelum itu. Tentu saja berita ini tidak sedap dibaca, tetapi demikian itulah
yang berlaku.
Karena
kejadian itu, Rush menulis; "I shall hope to deliver a copy in person the
next time I am in Indonesia." Sebagai tanda terima kasih kepada Prof Rush,
saya jawab begini: "It seems the Indonesian customs have no intellectual
sensitivity on Hamka, unfortunately. I'm sorry to say that. Thanks a
million."
Semoga
karya penting ini akan segera diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
sebagaimana yang telah saya sampaikan kepada penulisnya pada 8 Juni 2013.
Adapun tentang imigrasi yang merusak kiriman itu, tidak perlu dipermasalahkan
karena mungkin aturannya memang demikian.
Hamka
adalah ibarat sumur dalam yang jernih airnya dan tidak akan pernah habis
ditimba oleh siapa pun. Semakin ditimba, semakin pahamlah kita bahwa air sumur
ini bersumber jauh di dunia hakekat. Entah sudah berapa tesis dan disertasi
tentang pemikiran tokoh yang tidak tamat sekolah dasar ini telah ditulis oleh
para peneliti.
"Berbahagialah
Engkau, Hamka di alam sana. Karya tulis yang dicetak ulang dan suara engkau
yang serak-serak basah dalam kaset dan
Youtube masih tetap saja dibaca dan didengar oleh para penggemarmu
di dunia Melayu dan di kalangan bangsa asing. Sungguh batang usiamu yang penuh
makna merupakan sumbangan besar bagi Islam dan Indonesia. Bangsa ini berutang
budi kepada Engkau, Hamka!"
Menurut
Rush, dalam pemikiran keislaman, Hamka mengambil jalan tengah antara kutub
Muktazilah dan kutub 'Asy'ariyah: dua mazhab teologis kelasik yang masih saja
mempengaruhi cara berfikir dunia Muslim sampai hari ini.
Sebenarnya
yang ingin segera saya telusuri adalah penilaian Rush tentang karya besar Hamka
berupa Tafsir al-Azhar genap 30 juz. Karena kiriman Rush mengalami kecelakaan
di jalan, saya jadi penasaran.
Lalu
internet dibuka.
Ternyata
memang sudah ada bagian-bagian dari karya Rush itu ditampilkan, tetapi belum
menyentuh Tafsir al-Azhar. Sekitar sepertiga dari isi karya yang tebalnya lebih
sedikit dari 300 halaman itu barulah membicarakan karya-karya Hamka yang lain,
seperti novel-novel, Ayahku, dan lainnya.
Untuk
menimbang pentingnya karya Rush ini, kesaksian Indonesianis Amerika, Robert W
Hefner dari Universitas Boston, diturunkan berikut ini: ''Dalam sejarah modern
Indonesia, selain Hamka, sedikit intelektual dan aktivis Muslim yang mendapat
tempat demikian luas. Dalam karya tulis yang kaya, rinci, dan elok ini, James
Rush telah melengkapi sebuah laporan yang hidup, tajam tentang manusia yang
rumit ini. Ini adalahsumbangan penting bagi pemahaman kita tentang Indonesia
dan Islam Indonesia.''
Kesaksian
lain ditulis oleh Eric Tagliacozzo (Universitas Kornel, Amerika): "A tour
de force of historical writing. This is an epic work that will prove very
important." (Sebuah kekuatan penulisan sejarah. Ini adalah sebuah karya
hebat yang jelas sangat penting).
Dengan
catatan ini, Resonansi ini ingin menggoda tuan dan puan untuk suatu ketika
membaca karya Rush tentang Hamka ini. []
REPUBLIKA,
23 Agustus 2016
Ahmad Syafii Maarif | Mantan Ketua
Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar