Dahsyat, Syarah
Arbain Nawawi Ini Ditulis Anak-anak Usia Belia
Judul
: Belajar Bahagia dari Nabi SAW
Penulis
: Santri Kelas VII Madrasah Darus Sunnah (Santri Hadis Darus Sunnah Pertama
‘Sahadat’)
Penerbit
: Maktabah Darus
Sunnah
ISBN
: 978-602-96931-7-1
Halaman
: xvi+225
Cetakan
: Pertama, Mei
2016
Peresensi
: M. Alvin Nur Choironi, Mahasantri Darus Sunnah International Institute for
Hadith Sciences, Ketua HMJ Tafsir Hadis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dan Sekretaris Nasional Forum Komunikasi Mahasiswa Tafsir Hadis se-Indonesia.
Menulis bukanlah
suatu hal yang tidak mungkin dikerjakan oleh santri yang masih duduk di bangku
Madrasah Tsanawiyah. Faktanya, buku berjudul Belajar Bahagia dari Nabi
SAW ini ditulis oleh sekumpulan anak usia 11-12 tahun yang sedang belajar
di Pesantren Hadis Darus Sunnah, Ciputat Tangerang Selatan.
Buku
terbitan Maktabah Darus Sunnah ini menjadi bukti betapa manjurnya
pesan Almaghfurlah KH Ali Mustafa Yaqub yang berbunyi, “Wa la tamutunna
illa wa antum katibun” (Dan janganlah kalian meninggal kecuali sudah punya
karya tulis). Pesan yang selalu diulang-ulang ini tak cukup hanya masuk ke
telinga maupun dalam hati para santri, namun langsung termanifestasikan melalui
karya nyata.
Buku Belajar
Bahagia dari Nabi SAW merupakan syarah (penjelasan) dari
kitab Arbain an-Nawawi karya Imam an-Nawawi. Hanya saja penjelasan
kitab tersebut tidak seperti yang disusun oleh para ulama besar, yang penuh
dengan bahasa sulit dan terkadang membuat pusing pembacanya.
Penjelasan
kitab Arbain ini ditulis dengan gaya ringan, renyah dan mengalir.
Tidak ada kata-kata ilmiah, begitu juga istilah-istilah berat. Anak-anak ini
mampu meringkas bahasa-bahasa hadits dan syarahnya yang cukup rumit dengan
sederahana, mirip catatan harian.
Saat membaca buku ini
kita akan disuguhkan “narasi-narasi unik” juga poin-poin penting yang kemudian
dideskripsikan. Setiap hadits diberi judul yang bisa menarik perhatian pembaca.
Bahkan beberapa penulis mengaitkan penjelasan-penjelasan dalam hadits dengan
kejadian-kejadian yang umunya kita alami. Tentunya semua kejadian itu merupakan
olahan sudut pandang para penulis yang notabennya masih imut-imut.
Meski demikian,
diantara penulis ada juga yang mengutip beberapa pendapat atau adagium dari
ulama untuk sekedar menguatkan penjelasan yang mereka tulis.
Literasi
Pesantren
Terbitnya
buku Bahagia dari Nabi SAW ini menjadi bukti bahwa dunia
literasi pesantren cukup berwarna. Tidak hanya didominasi kiai maupun
santri-santri dewasa. Dunia literasi pesantren juga meliputi seluruh
generasi, tak terkecuali anak-anak usia belia.
Tradisi menulis perlu
dikembangkan, tanpa meninggalkan tradisi setoran, apalan, lalaran,
sawiran yang sudah menjadi kewajiban setiap santri. Tradisi literasi yang
mulai diperkenalkan sejak dini akan melahirkan kader-kader pesantren yang tidak
hanya cakap ceramah, tapi juga produktif dalam menelurkan karya, sebagaimana
para ulama Nusantara terdahulu. Al-khattu yabqa zamanan fil ardhi, wa
katibul khatti tahtal ardhi madfunun. (Tulisan akan selalu kekal
walaupun sang penulis sudah terkubur di dasar bumi). []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar