Sejarah, Hukum dan Praktik
Tarawih
Shalat tarawih adalah bagian
dari pada Qiyamu Ramadlan. Karena itu, mari kita lakukan ibadah shalat tarawih
dengan sungguh-sungguh dan memperhatikannya serta mengharapkan pahala dan balasan
dari Allah swt, Karena Malam Ramadlan adalah kesempatan yang terbatas
bilangannya dan orang mu’min yang berakal akan memanfaatkannya dengan baik
tanpa ada yang terlewatkan.Jangan sampai kalian meninggalkan shalat tarawih,
jika ingin memperoleh pahala shalat tarawih. Dan jangan pula kembali dari
shalat tarawih sebelum imam selesai darinya dan dari shalat witir, agar
mendapatkan pahala shalat semalam suntuk. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi
SAW: “Barangsiapa mendirikan shalat malam bersama imam sehingga selesai,
dicatat baginya shalat semalam suntuk”. (HR. Sunan, dengan sanad shahih).
Hukum Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat yang dilakukan khusus pada malam bulan Ramadlan yang dilaksanakan setelah shalat Isya’ dan sebelum sholat witir.
Hukum melaksanakan shalat
tarawih adalah sunnah bagi kaum laki-laki dan kaum hawa (perempuan), karena
tarawih telah dianjurkan beliau Nabi Muhammad saw kepada ummatnya.
Shalat tarawih merupakan salah
satu syi’ar dibulan Ramadlan yang penuh berkah, keagungan dan keutamaan disisi
Allah swt. Sebagaimana termaktub dalam Hadist Nabi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ
لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: Dari Abi Hurairah ra:
sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda; “Barang siapa yang melakukan ibadah
(shalat tarawih) di bulan Ramadlan hanya karena iman dan mengharapkan ridlo
dari Allah, maka baginya diampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dan sabda Rasulullah SAW:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِي قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ
يَأْمُرَهُمْ فِيهِ بِعَزِيمَةٍ فَيَقُولُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه مسلم)
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra:
Rasulullah SAW menggemarkan shalat pada bulan Ramadlan dengan anjuran yang
tidak keras. Beliau berkata: “Barang siapa yang melakukan ibadah (shalat
tarawih) di bulan Ramadlan hanya karena iman dan mengharapkan ridla dari Allah,
maka baginya di ampuni dosa-dosanya yang telah lewat”. (HR: Muslim).
Maksud kata “Qoma Ramadlan”
dalam hadist di atas adalah melaksanakan ibadah untuk menghidupkan malamnya bulan
Ramadlan dengan cara melaksanakan shalat tarawih, dzikir, membaca al-Qur’an dan
ibadah-ibadah sunnah lainnya sebagaimana yang dianjurkan beliau Nabi saw. Dan
orang-orang yang melakukannya dengan didasari iman dan mengharapkan keridlo’an
Allah, maka Allah swt akan mengampuni dosa-dosa kecilnya yang telah lewat.
Sejarah Shalat Tarawih
Shalat tarawih adalah shalat yang dilakukan hanya pada bulan Ramadlan, dan shalat tarawih ini dikerjakan beliau Nabi pada tanggal 23 Ramadlan tahun kedua hijriyyah, namun pada masa itu beliau Nabi mengerjakan shalat tarawih tidak di masjid terus menerus, kadang di masjid, kadang mengerjakannya di rumah. Sebagaimana dalam Hadist:
عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا:
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي
الْمَسْجِدِ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ
النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ
فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِي
مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ
وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ (رواه البخاري ومسلم)
Artinya: “Dari ‘Aisyah Ummil
Mu’minin ra: sesungguhnya Rasulullah SAW pada suatu malam hari sholat di
masjid, lalu banyak orang sholat mengikuti beliau, beliau sholat dan pengikut
bertambah ramai (banyak) pada hari ke-Tiga dan ke-empat orang-orang banyak
berkumpul menunggu beliau Nabi, tetapi Nabi tidak keluar (tidak datang) ke
masjid lagi. Ketika pagi-pagi, Nabi bersabda: “sesungguhnya aku lihat apa yang
kalian perbuat tadi malam. Tapi aku tidak datang kemasjid karena aku takut
sekali kalau sholat ini diwajibkan pada kalian”. Siti ‘Aisyah berkata: “hal itu
terjadi pada bulan Ramadlan”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadist ini menerangkan bahwa
Nabi Muhammad SAW memang pernah melaksanakan sholat tarawih, pada malam hari
yang ke-dua beliau datang lagi mengerjakan sholat dan pengikutnya tambah
banyak. Pada malam yang ketiga dan ke-empat Nabi tidak datang ke masjid, dengan
alasan bahwa beliau takut sholat tarawih itu akan diwajibkan Allah, karena
pengikutnya sangat antusias dan bertambah banyak, sehingga hal ini ada
kemungkinan beliau berfikir, Allah sewaktu-waktu akan menurunkan wahyu
mewajibkan sholat tarawih kepada ummatnya, karena orang-orang Muslimin sangat
suka mengerjakannya. Jika hal ini terjadi tentulah akan menjadi berat bagi
ummatnya. Atau akan memberikan dugaan kepada ummatnya, bahwa sholat tarawih
telah diwajibkan, karena sholat tarawih adalah perbuatan baik yang selalu
dikerjakan beliau Nabi, sehingga ummatnya akan menduga sholat tarawih adalah
wajib. Hal ini sebagaimana keterangan dibawah ini:
أَنَّهُ إِذَا وَاظَبَ عَلَى شَيْء مِنْ أَعْمَال الْبِرّ
وَاقْتَدَى النَّاس بِهِ فِيهِ أَنَّهُ يُفْرَض عَلَيْهِمْ اِنْتَهَى
Artinya: “Sesungguhnya Nabi
ketika menekuni sesuatu dari amal kebaikan dan diikuti ummatnya, maka perkara
tersebut telah diwajibkan atas ummatnya”.
Langkah bijaksana dan sangat
sayangnya beliau Nabi saw kepada ummatnya. Pada hadist di atas dapat ditarik
kesimpulan:
1)
Nabi melaksanakan shalat
tarawih berjama’ah di Masjid hanya dua malam. Dan beliau tidak hadir
melaksanakan shalat tarawih bersama-sama di masjid karena takut atau khawatir
shalat tarawih akan diwajibkan kepada ummatnya.
2)
Shalat tarawih hukumnya
adalah sunnah, karena sangat digemari oleh rasulullah dan beliau mengajak
orang-orang untuk mengerjakannya.
3)
Dalam hadist di atas
tidak ada penyebutan bilangan roka’at dan ketentuan roka’at shalat Tarawih
secara rinci.
Jumlah Roka’at Shalat Tarawih
Pada Masa Sahabat Abu Bakar Dan Umar Ra.
Shalat tarawih adalah bagian dari shalat sunnah Al-Mu’akkadadah (sholat sunnah yang sangat disunnahkan). sedangkan roka’at shalat tarawih adalah 20 roka’at tanpa witir, sebagaimana yang telah dikerjakan sahabat Umar dan mayoritas sahabat lainnya yang sudah disepakati oleh umatnya, baik ulama’ salaf atau ulama’ kholaf mulai masa sahabat Umar sampai sekarang ini, bahkan ini sudah menjadi ijma’ sahabat dan semua ulama’ madzhab, Syafi’I, Hanafi, Hanbali dan mayoritas Madzhab Maliki, karena dalam Madzhab Malikyi ini masih ada khilaf, seperti hadist yang diriwayatkan dari Imam Malik bin Anas ra, Imam darul Hijroh Madinah yang berpendapat bahwa shalat tararawih itu lebih dari 20 roka’at sampai 36 roka’at. Adapun hadist Malik bin Anas adalah sebagaimana berikut: Beliau berkata; “Saya dapati orang-orang melakukan ibadah malam di bulan Ramadlan “yakni shalat tarawih” dengan tiga puluh sembilan roka’at yang tiga adalah sholat Witir”.
Dan Imam Malik sendiri memilih
8 rokaat namun secara mayorits Malikiyyah yaitu sesuai dengan pendapat
mayoritas Syafi’iyyah, Hanabilah dan Hanafiyyah yang telah sepakat bahwa shalat
tarawih adalah 20 roka’at, hal ini merupakan pendapat yang lebih kuat dan
sempurna ijma’nya.
Shalat Tarawih Pada Masa
Sahabat Abu Bakar Ra.
Shalat tarawih Pada masa Kholifah Abu Bakar ra. Umat Islam melaksanakan shalat sendiri-sendirian atau berkelompok ada 3 ada 4 dan ada yang 6 orang.
Pada masa kholifah Abu Bakar
shalat tarawih dengan satu imam di masjid belum ada, sehingga pada masa tersebut
roka’at shalat tarawihpun belum ada ketetapan yang secara jelas, karena para
shahabat ada yang melaksanakan shalat 8 roka’at kemudian menyempurnakan di
rumahnya seperti pada keterangan di awal.
Shalat Tarawih Pada Masa Sahabat Umar Ra.
Setelah sayyidina umar
mengetahui umat Islam shalat tarawih dengan sendiri-sendirian, barulah muncul
dalam pikirannya untuk mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan shalat
tarawih di dalam masjid dengan satu imam, sebagaimana keterangan dibawah ini:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا النَّاسُ فِي رَمَضَانَ يُصَلُّونَ فِي نَاحِيَةِ
الْمَسْجِدِ فَقَالَ مَا هَؤُلَاءِ ؟ فَقِيلَ: هَؤُلَاءِ نَاسٌ لَيْسَ مَعَهُمْ
قُرْآنٌ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ يُصَلِّي وَهُمْ يُصَلُّونَ بِصَلَاتِهِ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَصَابُوا وَنِعْمَ مَا صَنَعُوا
(رواه أبو داود)
Artinya: “Dari Abi Hurairah ra,
beliau berkata: “Rasulullah saw keluar di bulan Ramadlan, beliau melihat banyak
manusia yang melakukan shalat tarawih di sudut masjid, beliau bertanya, “Siapa
mereka?” kemudian di jawab: “Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai
al-Qur’an (tidak bisa menghafal atau tidak hafal al-Qur’an), dan sahabat Ubay
bin Ka’ab sholat mengimami mereka, lalu Nabi berkata: “benar mereka itu, dan
sebaik-baiknya perbuatan adalah yang mereka lakukan”. (HR: Abu Dawud).
Kemudian Sahabat Umar
berinisiatif mengumpulkan para sahabat shalat Tarawih dalam satu Masjid dengan
satu imam. Sebagaimana keterangan:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ:
خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِي
رَمَضَانَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُونَ يُصَلِّي
الرَّجُلُ لِنَفْسِهِ وَيُصَلِّي الرَّجُلُ فَيُصَلِّي بِصَلَاتِهِ الرَّهْطُ
فَقَالَ عُمَرُ إِنِّي أَرَى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلَى قَارِئٍ وَاحِدٍ
لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ
خَرَجْتُ مَعَهُ لَيْلَةً أُخْرَى وَالنَّاسُ يُصَلُّونَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ
قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهِ (رواه البخاري)
Artinya: “Dari ‘Abdirrohman bin
‘Abdil Qori’ beliau berkata; “Saya keluar bersama Sayyidina Umar bin Khatthab
ra ke Masjid pada bulan Ramadlan. (Didapati dalam masjid tersebut) orang yang
shalat tarawih berbeda-beda. Ada yang shalat sendiri-sendiri dan ada juga yang
shalat berjama’ah”. Lalu Sayyidina Umar berkata: “Saya punya pendapat andai
kata mereka aku kumpulkan dalam jama’ah satu imam, niscaya itu lebih bagus”.
Lalu beliau mengumpulkan kepada mereka dengan seorang imam, yakni shohabat Ubay
bin Ka’ab. Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi ke masjid.
Orang-orang sudah melaksanakan sholat tarawih dengan berjama’ah di belakang
satu imam. Umar berkata: “sebaik-baiknya bid’ah adalah ini (shalat tarawih
dengan berjama’ah)”. (HR: Bukhari).
Dari sini sudah sangat jelas
bahwa pertama kali orang yang mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan
tarawih dengan cara berjama’ah adalah sahabat Umar ra, sedangkan jama’ah shalat
tarawih pada waktu itu dilakukan dengan 20 roka’at. Sebagaimana keterangan:
عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ , قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ
فِي زَمَنِ عُمَرَرضي الله عنه فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِينَ رَكْعَةً
(رواه مالك)
“Dari Yazid bin Ruman telah
berkata: “Manusia senantiasa melaksanakan shalat (tarawih) pada masa Umar ra di
bulan Ramadlan sebanyak 23 rokaat“. (HR. Malik)
Yang dimaksud 23 roka’at
adalah, melaksanakan shalat Tarawih 20 roka’at dan witir. Dengan bukti hadist
yang diriwayatkan Sa’ib bin Yazid:
عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ قَالَ: كَانُوا يَقُومُونَ عَلَى
عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ
بِعِشْرِينَ رَكْعَةً (راه البيهقي وَصَحَّحَ إِسْنَادَهُ النَّوَوِيُّ
وَغَيْرُهُ)
Artinya: “Dari Saaib bin Yazid
berkata: “para sahabat melaksanakan shalat (tarawih) pada masa Umar ra di bulan
Ramadlan sebanyak 20 roka’at”. (HR. Al-Baihaqi).
Dua dalil di atas sangat jelas
sekali menjelaskan jumlah bilangan shalat tarawih 20 roka’at, dalil tersebut
juga dikuatkan dengan perilaku para shahabat yang telah mengikutinya bahkan
Sayyidah ‘Aisyahpun juga mengikuti, hal ini telah menunjukkan menjadi ijma’
sahabat karena tiada satu orangpun yang mengingkari atau menentang, begitu juga
para ulama’ empat madzhab atau madzhab lainnya. Jadi shalat tarawih 20 roka’at
ini sangat jelas dan harus kita ikuti karena ini adalah sunnah Khulafa’ur
Rosyidin yang harus kita ikuti, dan Sayyidina Umar adalah juga salah satu
sahabat yang telah diakui kebenarannya oleh Nabi. Sebagaimana sabda Nabi:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ قَالَ إِنَّ اللَّهَ
جَعَلَ الْحَقَّ عَلَى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهِ (رواه الترمذي)
Artinya: “Sesungguhnya Allah
telah menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati umar”. (HR. Turmudzi).
Dan Hadist Nabi SAW:
وَقَدْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ مِنْ بَعْدِي عُضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ (أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَهْ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ الْحَاكِمُ وَقَالَ عَلَى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ)
Artinya: “Dan sesungguhnya
Rasulullah SAW telah bersabda: “maka ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafaur
Rosyidin yang mendapatkan pentunjuk setelah aku meninggal, maka berpegang
teguhlah padanya dengan erat”.
Dan Hadist Nabi SAW:
عَنْ حُذَيْفَةُ هُوَ الَّذِي يَرْوِي عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِقْتَدُوا بِاَللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ
وَعُمَرَ ( أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَنٌ)
Artinya: “Dari Hudzaifah ra ia
berkata, Rasulullah SAW telah bersabda; “ikutilah dua orang setelahku, yakni
abu bakar dan ‘Umar”. (HR. Turmudzi).
Shalat Tarawih Menurut
Pandangan Ulama’
فَذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ – مِنْ الْحَنَفِيَّةِ
وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ وَبَعْضِ الْمَالِكِيَّةِ إلَى أَنَّ
التَّرَاوِيحَ عِشْرُونَ رَكْعَةً لِمَا رَوَاهُ مَالِكٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ
رُومَانَ وَالْبَيْهَقِيُّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ مِنْ قِيَامِ النَّاسِ
فِي زَمَانِ عُمَرَ رضي الله تعالى عنه بِعِشْرِينَ رَكْعَةً وَجَمَعَ عُمَرُ
النَّاسَ عَلَى هَذَا الْعَدَدِ مِنْ الرَّكَعَاتِ جَمْعًا مُسْتَمِرًّا قَالَ
الْكَاسَانِيُّ: جَمَعَ عُمَرُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي
شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله تعالى عنه فَصَلَّى بِهِمْ
عِشْرِينَ رَكْعَةً وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ أَحَدٌ فَيَكُونُ إجْمَاعًا مِنْهُمْ
عَلَى ذَلِكَ. وَقَالَ الدُّسُوقِيُّ وَغَيْرُهُ: كَانَ عَلَيْهِ عَمَلُ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ. وَقَالَ ابْنُ عَابِدِينَ: عَلَيْهِ عَمَلُ
النَّاسِ شَرْقًا وَغَرْبًا. وَقَالَ عَلِيٌّ السَّنْهُورِيُّ: هُوَ الَّذِي
عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ وَاسْتَمَرَّ إلَى زَمَانِنَا فِي سَائِرِ الْأَمْصَارِ
وَقَالَ الْحَنَابِلَةُ: وَهَذَا فِي مَظِنَّةِ الشُّهْرَةِ بِحَضْرَةِ
الصَّحَابَةِ فَكَانَ إجْمَاعًا وَالنُّصُوصُ فِي ذَلِكَ كَثِيرَةٌ. (الموسوعة
الفقهية . ج 27 ص 142)
Artinya: “Maka menurut pendapat
jumhur (mayoritas ulama’ Hanafiyyah, Syafi’iyyah, Hanabillah, Dan sebagian
malikiyyah, bahwa shalat tarawih adalah 20 roka’at, karena pada hadist yang
telah diriwayatkan Malik bin Yazid bin Ruman dan Imam al-Baihaqyi dari Saib bin
Yazid tentang shalatnya umat Islam di masa Sayyidina Umar bin Khatthab ra
dengan 20 roka’at, dan Umar mengumpulkan manusia untuk melakukan tarawih 20
roka’at dengan jama’ah (golongan) yang terus menerus sampai sekarang. Imam
As-Sakakyi berkata: Umar telah mengumpulkan para sahabat Rasulullah saw pada
Ubay bin Ka’ab ra, kemudian Ka’ab sholat mengimami mereka 20 roka’at, dan tidak
ada satu orang pun yang mengingkarinya, maka hal itu sudah menjadi ijma’
(kesepakatan) mereka. Dan Imam Ad-Dasukyi berkata: dan itu yang dilakukan
shohabat dan tabi’in, dan Imam Ibnu ‘Abidin berkata: itu adalah yang dilakukan
manusia mulai dari bumi timur sampai bumi barat, dan ‘Ali As-Sanhuryi berkata:
itu adalah yang dilakukan manusia sejak dulu sampai masaku dan masa yang akan
datang selamanya, dan berkata ulama’ Hanabilah: “ini telah yaqin terkenal
(mashur) di masa para sahabat, maka ini merupakan ijma’ dan banyak dalil-dali
Nash yang menjelaskanya.
Imam Ibnu Taimiyyah dan Syekh
‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahab juga menegaskan sebagaimana berikut:
Keterangan yang terdapat dalam sebuah kitab “Tashhih Hadistis Sholah At-Tarawih Isriina Roka’ah“. Imam ibnu Taimiyyah juga sepakat dan berpendapat, bahwa rok’at shalat tarawih 20 rika’at, dan beliau menfatwakan sebagaimana berikut, Artinya: Imam Ibnu Taimiyyah berkata dalam fatwanya, “Telah terbukti bahwa sahabat bin Ubay bin Ka’ab mengerjakan sholat Ramadlan bersama-sama orang pada waktu itu sebanyak 20 roka’at, lalu mengerjakan Witir 3 roka’at, kemudian mayoritas Ulama’ mengatakan bahwa itu adalah sunnah. Karena pekerjaan itu dilaksanakan di tengah-tengah kaum Muhajiriin dan Anshor, dan tidak ada satupun diantara mereka yang menentang atau melanggar perbuatan itu”. Dan di dalam kitab “Majmu’ Fatawyi Al-Najdiyyah” diterangakan tentang jawaban Syekh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahab tentang bilangan roka’at shalat tarawih. Ia mengatakan bahwa setelah sahabat Umar mengumpulkan manusia untuk melaksanakan shalat berjama’ah kepada sahabat Ubay bin Ka’ab, maka sholat yang mereka lakukan adalah 20 roka’at”.
Niat Shalat Tarawih
أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا /
إِمَامًا للهِ تَعَالَى. الله أكبر….
Doa Setelah Sholat Taraweh
اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِاْلإِيْمَانِ كَامِلِيْنَ
وَلِفَرَائِضِكَ مُؤَدِّيْنَ وَلِلصَّلاَةِ حَافِظِيْنَ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ
وَلِمَا عِنْدَكَ طَالِبِيْنَ وَلِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ وَبِالْهُدَى
مُتَمَسِّكِيْنَ وَعَنِ اللَّهْوِ مُعْرِضِيْنَ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ
وَفِي اْلأَخِرَةِ رَاغِبِيْنَ وَبِالْقَضَآءِ رَاضِيْنَ وَلِلنَّعْمَاءِ
شَاكِرِيْنَ وَعَلَى الْبَلاَءِ صَابِرِيْنَ وَتَحْتَ لِوَآءِ سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ
وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنَ وَإِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِيْنَ وَمِنَ النَّارِ
نَاجِيْنَ وَعَلَى سَرِيْرَةِ الْكَرِيْمَةِ قَاعِدِيْنَ وَمِنْ حُوْرٍ عِيْنٍ
مُتَزَوِّجِيْنَ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَإِسْتِبْرَقٍ وَدِيْبَاجٍ مُتَلَبِّسِيْنَ
وَمِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ
بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِيْنَ أَنْعَمَ اللهُ
عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّقِيْنَ وَالشُّهَدَآءِ وَالصَّالِحِيْنَ
وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللهِ وَكَفَى بِاللهِ
عَلِيْمًا. إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
دَعْوَاهُمْ فِيْهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمٌ
وَأَخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اجْعَلْنَا
فِيْ لَيْلَةِ هَذَا الشَّهْرِ الشَّرِيْفَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَآءِ
الْمَقْبُوْلِيْنَ، وَلاَ تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ،
اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا وُضُوْئَنَا وَصَلاَتَنَا وَقِيَامَنَا
وَقِرَائَتَنَا وَرُكُوْعَنَا وَسُجُوْدَنَا وَقُعُوْدَنَا وَتَسْبِيْحَنَا
وَتَهْلِيْلَنَا وَتَمْجِيْدَنَا وَخُشُوْعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَلاَ تَضْرِبْ
بِهَا وُجُوْهَنَا يَا إِلَهَ الْعَالَمِيْنَ وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِيْنَ
بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
اْلعَالَمِيْنَ.
Niat Sholat Witir
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا / مَأْمُوْمًا
للهِ تَعَالَى. الله أكبر ….
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْوِتْرِ رَكْعَةً إِمَامًا / مَأْمُوْمًا للهِ
تَعَالَى. الله أكبر ….
Dzikir Setelah Shalat Witir
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ ×3 . سُبُّوحٌ قُدُّوسٌ رَبُّنَا
وَرَبُّ الْمَلاَئِكَةِ وَالرُّوحِ.
Doa Setelah Shalat Witir
اَللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ
وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِى ثَنَاءً
عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ: اللَّهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ
أَهْلَ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ الَّذِينَ يَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِك ,
وَيُكَذِّبُونَ رَسُولَكَ، وَيُقَاتِلُونَ أَوْلِيَاءَكَ، وَيَدِيْنُوْنَ دِينًا
غَيْرَ دِينِكَ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ،
وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ , وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ، وَأَلِّفْ
بَيْنَ قُلُوبِهِمْ، وَاجْعَلْ فِي قُلُوبِهِمْ الْإِيمَانَ وَالْحِكْمَةَ،
وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ رَسُولِكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَأَوْزِعْهُمْ أَنْ يُوْفُوا بِعَهْدِك الَّذِي عَاهَدَتْهُمْ عَلَيْهِ،
وَانْصُرْهُمْ عَلَى عَدُوِّك وَعَدُوِّهِمْ إلَهَ الْحَقِّ فَاجْعَلْنَا
مِنْهُمْ. (اللَّهُمَّ إنَّك عَفْوٌ كَرِيمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا
يَاكَرِيمْ ×3)
Penulis: KH Abd. Nashir Fattah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar