Kamis, 23 Juni 2022

(Ngaji of the Day) Tiga Jenis Sanad Agama di Masa Sekarang

Sanad merupakan hal yang penting dalam dunia Islam, khususnya dalam menjaga validitas informasi yang disampaikan dari guru ke murid, dari masa Rasulullah hingga guru kita atau dari penulis kitab hingga kita yang memelajari kitab tersebut.


Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Dr. Mahmud Thahan dalam kitabnya, Taysir Musthalah al-Hadits, bahwa sebuah kabar (خبر) tidak dapat diterima kebenarannya sebelum diketahui terlebih dahulu ketersambungan sanadnya.


Lantas, apa yang dimaksud dengan sanad?


Dr Mahmud Thahan menyebutkan sebuah definisi sanad secara bahasa dan istilah dalam Taysir Musthalah al-Hadits:


لغةً المعتمد، وسمي كذلك؛ لأن الحديث يستند إليه، ويعتمد عليه واصطلاحًا: سلسلة الرجال الموصلة للمتن


Artinya, "Sanad secara bahasa adalah al-mu’tamad (tempat bersandar atau bergantung), dinamakan demikian sebab hadits disandarkan kepada sanad atau bergantung kepadanya. Secara istilah, sanad adalah silsilah para perawi yang menyambung hingga ke matan," (Dr Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, [Maktabah al-Ma’arif, cetakan ke-10: 2004], halaman 19).


Sanad merupakan kekhususan umat Nabi Muhammad Saw yang tidak dimiliki umat-umat sebelumnya. Terkait hal ini Imam al-Sakhawi menulis dalam karyanya, Fath al-Mugits bi Syarh Alfiyah al-Hadits, sebuah bab khusus yang menjelaskan hal ini. Imam al-Sakhawi menyebutkan:


وَقَدْ رُوِّينَا مِنْ طَرِيقِ أَبِي الْعَبَّاسِ الدَّغُولِيِّ قَالَ: سَمِعْتُ مُحَمَّدَ بْنَ حَاتِمِ بْنِ الْمُظَفَّرِ يَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ قَدْ أَكْرَمَ هَذِهِ الْأُمَّةَ وَشَرَّفَهَا وَفَضَّلَهَا بِالْإِسْنَادِ، وَلَيْسَ لِأَحَدٍ مِنَ الْأُمَمِ كُلِّهَا قَدِيمِهَا وَحَدِيثِهَا إِسْنَادٌ، إِنَّمَا هُوَ صُحُفٌ فِي أَيْدِيهِمْ، وَقَدْ خَلَطُوا بِكُتُبِهِمْ أَخْبَارَهُمْ، فَلَيْسَ عِنْدَهُمْ تَمْيِيزٌ بَيْنَ مَا نَزَلَ مِنَ التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَبَيْنَ مَا أَلْحَقُوهُ بِكُتُبِهِمْ مِنَ الْأَخْبَارِ الَّتِي أَخَذُوهَا عَنْ غَيْرِ الثِّقَاتِ.


Artinya, “Telah diriwayatkan kepada kami dari jalur Abu al-‘Abbas al-Daguli, ia berkata: Aku mendengar Muhammad ibn Hatim ibn al-Muzaffar berkata: 'Sungguh Allah memuliakan umat ini (umat Nabi Muhammad), mengagungkan dan mengutamakannya dengan ‘isnad’. Tidak satu pun dari umat sebelumnya maupun setelahnya yang memiliki tradisi sanad. Mereka hanya memiliki suhuf, sedang suhuf-suhuf tersebut tercampur dengan banyak informasi,'....” (Imam al-Sakhawi, Fath al-Mugits bi Syarh Alfiyah al-Hadits, [Mesir: Maktabah al-Sunnah, cetakan ke-1, 2003], juz III, halaman 330).


Tanpa sanad, kualitas dan otentisitas keilmuan dalam Islam tidak dapat dijamin keabsahannya. Salah satu ulama saat ini yang giat menyuarakan pentingnya sanad adalah Dr. Arrazy Hasyim, MA. atau akrab disapa Buya Arrazy Hasyim. Beliau adalah murid langsung dari Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA., seorang ahli hadits di Indonesia juga pendiri Darus-Sunnah International Institute for Hadith Sciences.


Pentingnya bersanad ini disampaikan oleh beliau melalui ceramah-ceramahnya di berbagai daerah di Indonesia. Selain melalui ceramah, Buya Arrazy juga menyuarakan pentingnya sanad ini dalam karyanya, salah satunya yaitu “Akidah Salaf Imam al-Thahawi: Ulasan dan Terjemahan” yang diterbitkan di Maktabah Darus-Sunnah.


Terdapat satu bab khusus dalam buku ini yang membahas tentang sanad, yaitu bab kedua dengan judul: Sanad al-Tahawiyah. Di sini dijelaskan mengenai sanad dan keutamaannya. Sanad atau silsilah sangat penting dalam ilmu-ilmu keislaman. Semua ilmu dalam Islam wajib memiliki sanad supaya terjamin kemurniannya berasal dari utusan Allah Swt. Beliau mengutip perkataan Imam al-Hakim dalam Al-Mustadrak:


وهي كرامة من الله لهذه الأمة خصهم بها دون سائر الأمم


Artinya, “Asȃnȋd (sanad-sanad) adalah karȃmah yang Allah khususkan terhadap umat ini, sehingga tidak terdapat pada umat yang lain.”.


Dahulu sanad digunakan untuk menguji validitas sebuah informasi berupa hadits, atsar dan khabar yang dibawa oleh seorang rawi (informan, guru, syekh). Di samping itu, ulama hadits pada masa sebelumnya membaca sanad untuk memeroleh keberkahan dan rahmat dari Allah. Hal ini dikarenakan semua sanad keislaman bersumber dari Nabi Saw, para sahabat, tabiin dan ulama yang saleh.


عند ذكر الصالحين تنزل الرحمة


Artinya, “Rahmat turun setiap kali disebut nama orang-orang saleh.”


Pascaselesainya masa tadwin (kodifikasi) dan tasnȋf (penyusunan kitab), fungsi sanad tidak seketat kajian-kajian sebelumnya. Saat ini sanad digunakan untuk menjaga orisinalitas suatu ilmu, pemahaman, dan validitas suatu kitab dari seorang guru kepada pengarang.


Sanad pada masa ini dapat dikategorikan kepada 3 macam. Pertama, Sanad Riwȃyah atau Ijȃzah. Kedua, Sanad Fikrah; dan yang terakhir Sanad Tarbiyah dan Sulȗk (rohani dan akhlak).


Sanad dalam kategori pertama berupa ijazah dari seorang guru kepada muridnya suatu kitab atau ilmu sebagaimana diperoleh dari guru sebelumnya. Sanad tersebut sangat penting untuk menghindari tadlȋs (keterputusan sanad secara tersembunyi). Selain itu sanad ini dengan kategori seperti ini juga sering digunakan dalam tabarrukan (memperoleh keberkahan) dan menjaga ketersambungan riwayat ulama-ulama kontemporer dengan tokoh-tokoh ulama di masa lalu.


Ulama yang menggunakan sanad kategori pertama ini biasanya dari kalangan ahli qira’at, hadits, dan musnid (kompilator sanad) dengan suatu shigat atau kalimat dari guru kepada murid. Kalimat yang biasanya dipakai adalah “Ajaztu laka”, “Saya ijazahkan kepadamu”.


Ulama yang mahir dalam kategori sanad seperti adalah Syekh Yasin al-Faddani al-Makki, Syekh al-Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki, Syekh Ali Jum’ah, dan dan Syekh Sa’id Mamduh.


Yang kedua, Sanad Fikrah atau sanad pemikiran. Sanad dalam kategori ini diaplikasikan dengan talaqqi (belajar langsung) baik secara formal seperti sekolah, kampus, pesantren maupun informal seperti seminar, pengajian atau kursus. Bahkah untuk memperoleh sanad fikrah dapat dilakukan secara otodidak. Kendati demikian, fikrah yang didapat melalui talaqqi lebih kuat dan mantap dibandingkan otodidak.


Terakhir, yaitu Sanad Tarbiyah atau dapat disebut juga dengan suhbah (صحبة), yaitu interaksi langsung antar murid dan gurunya sehingga mewarisi kualitas spiritualnya. Sanad dengan jenis seperti ini dapat dijumpai pada ahli-ahli kalbu seperti ahli tarekat atau pesantren tradisional. Sanad dalam kategori ini lebih baik dari kategori sebelumnya, sebab dengan sanad inilah seseorang dapat mengubah akhlaknya sebagaimana akhlak Nabi, para sahabat, dan ulama salaf al-shalih. (Dr. Arrazy Hasyim, MA., Akidah Salaf Imam Al-Tahawi: Ulasan dan Terjemahan, [Ciputat: Maktabah Darus-Sunnah], halaman 29-36). Wallahu a’lam.
[]


Ustadz Amin Nurhakim, pegiat kajian tafsir dan hadits, tinggal di Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar