Memimpikan Media Layaknya Juhainah
Oleh: Said Aqil Siroj
Yang paling akhir masuk surga ialah seseorang dari Juhainah. Ia
biasa dipanggil Juhainah. Penghuni surga berkata, 'Pada Juhainah ada kabar yang
meyakinkan,'" Al-Mayanisyi alias Abu Hafesh Umar bin Abdul Majid al-Qarsyi
dalam kitabnya, Al-Ikhtiyar.
Suka tidak suka harus diakui bahwa bangsa Indonesia saat ini
tengah mengalami degradasi moral yang sangat akut. Korupsi terjadi sedemikian
mengakar hingga pemberantasannya begitu sulit dilakukan, sampai-sampai lembaga
anti rasuah yang khusus dibentuk tak kunjung bisa memberangus kejahatan itu.
Narkoba dan asusila konon kabarnya sudah menjangkiti kalangan pejabat negara sebagai
penikmatnya. Efeknya, masyarakat awam menjadikan kejahatan itu sebagai jenis
yang tak lagi tabu dilakukan.
Karut-marut bangsa menjadi semakin parah ketika politik tidak
dijalankan sebagaimana fungsinya. Kepentingan jahat menjadi penumpang gelap
yang justru menjadi pengendali arah politik bangsa, hingga rakyat menjadi
korban. Ekonomi tak stabil, keamanan dan stabilitas bangsa dipertaruhkan.
Sebagai negara yang dikenal berpenduduk Muslim terbesar di dunia, kondisi ini
tentu sangat tidak ideal dan tak boleh terus dibiarkan.
Sejak era Reformasi dimulai 17 tahun silam, sebenarnya ada satu
kekuatan yang memiliki peran strategis untuk membantu bangsa mencapai tujuan
mulia: membangun stabilitas ekonomi, menjamin keamanan, persatuan dan kesatuan
bangsa, serta mencapai kesejahteraan rakyat. Kekuatan itu adalah pers yang
dalam terapannya berupa media massa, baik cetak maupun elektronik. Kekuatan
inilah yang seharusnya bisa ikut membantu mengatasi degradasi moral bangsa
Indonesia.
Tiga fungsi media massa
Media massa pada dasarnya memiliki tiga fungsi utama. Pertama,
penyampai informasi. Sebagai perantara antara sumber dan penerima informasi,
media massa harus dijalankan dengan lurus dan tidak berpihak pada kepentingan
tertentu. Di sini, akurasi informasi adalah patokannya. Layaknya sebuah corong
pengeras, media massa tidak memiliki hak mengubah irama, tetapi hanya
meninggikan nada agar suara yang disampaikannya bisa menjangkau seluruh
penjuru. Dalam bentuk tulisan proses penyuntingan tentu tidak dapat ditinggalkan
untuk tercapainya bentuk bahasa yang tertata, tetapi substansi informasi tidak
boleh dibelokkan.
Kedua, fungsi media massa adalah mencerdaskan kehidupan berbangsa
dan bernegara. Kebenaran informasi yang disampaikan media massa kepada
masyarakat sebuah bangsa adalah alat membantu tumbuh dan berkembangnya
masyarakat menjadi semakin melek terhadap seluruh fakta yang terjadi di
negaranya dan dunia pada umumnya. Ibarat jendela informasi, media massa adalah
buku yang sangat kaya isi, tidak terbatas pada satu bahasan tertentu. Dengan
mengakses media massa bermaterikan informasi yang benar, tentu akan menjadikan
masyarakat semakin cerdas.
Ketiga, media massa memiliki peran strategis sebagai perekat
persatuan dan kesatuan sebuah bangsa. Tidak perlu dijelaskan apa jadinya sebuah
negara jika di dalamnya terdapat media massa penyampai informasi yang tidak
akurat, memihak, dan materinya menyesatkan. Pemilik kepentingan menunggangi
informasi sehingga masyarakat penerima teradu domba. Tentu perpecahan akan terjadi.
Karena itu, media massa yang mendapat kebebasan sebebas-bebasnya
ketika reformasi dimulai harus mampu mempertanggungjawabkan informasi yang
disampaikannya untuk tujuan mulia reformasi: membangun stabilitas ekonomi,
menjamin keamanan, persatuan dan kesatuan bangsa, serta mencapai kesejahteraan
rakyat.
Kejujuran Juhainah
Pada zaman Rasulullah SAW hidup kaum yang masyarakat di dalamnya
biasa dipanggil Juhainah. Kejujuran menjadi ciri utama kaum tersebut. Setiap
informasi jika bersumber dari kaum Juhainah, masyarakat Arab saat itu sangat
memercayai sebagai sesuatu yang tak perlu diragukan kebenarannya. Sebegitu
jujurnya kaum Juhainah, ada peribahasa berbunyi: "Pada Juhainah ada kabar
yang meyakinkan."
Dalam pemahaman saya, pekerjaan media massa ibarat tugas para
nabi. Media massa memegang amanat besar, dipercaya untuk memantau dan
mengontrol jalannya pemerintah dan penopangnya, termasuk organisasi
kemasyarakatan, yang mendapatkan mandat dari rakyat. Media massa harus menjaga
amanat itu dengan senantiasa mengingatkan pemerintah untuk menunaikan setiap
janji dan program yang dicanangkan. Seperti peran nabi, sampaikanlah kebenaran,
tunjukkan antara yang hak dan batil, jangan biarkan pemerintah dan
masyarakatnya terjerumus dalam kesalahan.
Saya termasuk bagian dari masyarakat yang mengonsumsi media massa
sebagai salah satu sumber referensi dalam mengambil kebijakan dan bersikap
dalam menjalankan roda organisasi yang saya pimpin. Tak pelak, jika ada
kekeliruan dalam mengambil kebijakan dan merawat umat, boleh jadi karena sumber
informasinya juga keliru. Karena itu, mohon jangan sesatkan saya agar tak salah
melangkah.
Akan sangat ideal jika media massa dapat berperan layaknya
Juhainah pada zaman Nabi SAW. Kebenaran sebuah informasi dari media massa tidak
hanya mampu mencerdaskan masyarakat pembaca, pendengar, ataupun pemirsa, tetapi
juga mencegah kesesatan. Masyarakat yang tidak sesat informasi tentu akan
terhindar dari potensi adu domba, mencegah pada muara perpecahan bangsa dan
negara.
Untuk bisa mencapai kondisi tersebut, media massa harus sehat,
baik fisik maupun psikis. Sehat fisik berarti berbadan hukum sesuai ketentuan
yang berlaku, mampu dalam manajerial dan keuangan, serta memiliki sumber daya
manusia yang laik dalam menjalankan roda perusahaan sebagaimana fungsinya.
Sehat psikis tentu terletak pada materi pemberitaan yang disampaikan, harus
benar, tidak dipelintir alias sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Tidak dapat dimungkiri media massa saat ini menjadi salah satu
bentuk bisnis yang banyak dipilih pemodal. Kondisi ini terkadang menjadikan
media massa justru menjadi tidak sehat fisik dan psikis. Maka, dibutuhkan sikap
tulus ikhlas yang dibarengi semangat mengabdi dalam menjalankan media massa,
agar materi pemberitaan yang disampaikan tidak sesat menyesatkan sehingga dapat
membantu mencerdaskan dan mencegah perpecahan bangsa dan negara.
Walhasil, harian Kompas, di mata saya sebagai bagian dari
masyarakat yang mengonsumsi pemberitaan, sejauh ini sudah mampu menjalankan
tiga fungsi media massa yang saya sebut di atas: menyampaikan informasi yang
benar, mencerdaskan, serta menjadi perekat bangsa dan negara. Pada usianya yang
sudah menginjak setengah abad, semoga harian Kompas dapat mempertahankan
capaiannya, tak lelah terus meraih kebaikan yang memang harus diupayakan, dan
teruslah sampaikan kejujuran layaknya Juhainah. Selamat ulang tahun harian
Kompas. []
KOMPAS, 28 Juni 2015
Said Aqil Siroj | Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar