Senin, 06 Juli 2015

(Buku of the Day) Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni Nalar Kekerasan



Menelaah Kebangkitan Jahiliyah Kontemporer


Judul                : Jahiliyah Kontemporer dan Hegemoni Nalar Kekerasan
Penulis             : Prof. Dr. Abd A’la, M.Ag.
Penerbit            : LkiS
Cetakan            : I, 2014
Tebal                : xii, 186 halaman, 14,5 x 21 cm
ISBN                 : 978-602-14913-7-8
Peresensi          : Junaidi Khab, pecinta baca buku tinggal di Surabaya

Kehadiran karya Prof. Dr. Abd A’la, M.Ag. ini sangat inspiratif dan kritis atas berbagai bentuk kemunculan kekerasan yang mengatasnamakan agama (Islam). Tulisan ini ditujukan untuk membentengi agama di era kontemporer yang sudah banyak dijadikan alat manuver politik kekerasan-teroristik oleh kelompok tertentu.

Sebagaimana kita tahu bahwa kekerasan dan terorisme bom bunuh diri yang mengakibatkan korban masyarakat sipil berjatuhan juga menggunakan agama sebagai landasannya. Kilahnya untuk berjihad, tapi hal itu sangat ironis dan bertentangan dengan ajaran jihad yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Saw. pada masanya. Peristiwa tersebut bisa dikategorikan sebagai bentuk sifat masyarakat jahiliyah pra-Islam yang bangkit kembali di era kontemporer.

Dalam sebuah penjelasan, Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry (2001:287) mengartikan bahwa jahiliyah adalah kebodohan; kejahatan; kemaksiatan; atau zaman kegelapan dan buta hati dari sinar kebenaran agama Islam (sebelum turunnya Islam). Zaman jahiliyah hakikatnya, terjadi pra-Islam turun melalui Nabi Muhammad. Akan tetapi, kita tidak bisa menyangkal jika sifat-sifat manusia jahiliyah zaman Nabi bangkit kembali di era modern saat ini.

Kenyataannya, sebagaimana ditegaskan oleh penulis dalam buku ini, bahwa kita memang tidak dapat menampik kebangkitan jahiliyah di era kontemporer. Perjalanan kehidupan menunjukkan bahwa nilai substantif agama mengalami pemudaran cukup akut. Beberapa kelompok sektarian mulai meninggalkan ajaran moral agama yang dilihat dari perspektif manapun sejatinya merupakan core value dalam agama. Agama tidak lagi dijadikan pijakan moral bagi sikap dan perilaku masyarakat (hlm. 5).

Agama di satu pihak sekadar dijadikan pengentalan identitas diri dan dasar legitimasi untuk mendiskreditkan hingga membunuh kelompok lain, dan di lain pihak agama dianggap sekadar simbol yang nyaris tidak berpengaruh sama sekali bagi kehidupan. Akibatnya, pertentangan dan kekerasan mencuat dan merebak dalam kehidupan. Nilai-nilai jahiliyah menguat kembali dalam kehidupan kontemporer. Primordialisme, sektarianisme hingga anarkisme menjadi bagian anutan dari umat manusia, baik dari kelompok fundamentalisme-radikal sektarianistik maupun fundamentalisme globalisasi hegemonik.

Sebuah Kritik

Semenjak serangan bom bunuh diri 11 September 2001 di World Trade Center (WTC) Washington DC, Amerika Serikat, aksi bom bunuh diri dan kekerasan-teroristik menjamur di seluruh dunia (halm. 6). Hal tersebut bisa dilihat dari banyak kasus kekerasan, bom bunuh diri, dan aksi-aksi teroristik lainnya di beberapa tempat serta daerah. Di balik itu semua, sebagai bentuk pembenaran atas aksi-aksi tersebut, di letakkan lah agama di tengah-tengah aksi mereka. Dari peristiwa-peristiwa tersebut, dehumanisasi menjadi salah satu karakteristik masyarakat jahiliyah kontemporer.

Sebenarnya, bukan hanya karya ini yang mengulas dan mengupas tuntas dengan analisa yang rumit serta tajam. Tapi, karya Ali Asghar yang berjudul “Men-teroris-kan Tuhan! gerakan sosial baru” juga membahas perihal fenomena dan isu yang sama. Ide-ide dan hipotesanya pun tak jauh berbeda dengan ide atau gagasan Abd A’la dalam karya ini. Ada semacam perpaduan pendapat tentang kemunculan aksi kekeran-teroristik yang mengatasnamakann Tuhan (agama).

Karya Abd A’la ini secara umum mengulas tuntas perihal suatu tindak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok tertentu dengan mempelintir agama sedemikian rupa sebagai perisai tindakannya di hadapan publik. Melalui uraian dan analisa yang tajam, karya ini akan menyingkap hakikat kekerasan-teroristik dan memotong penyebab tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama. Karena terorisme bukan jihad, maka tidak perlu diperangi, tapi penyebab dan pemicunya yang harus dipotong. Dengan ulasan yang matang, beberapa gagasan untuk menghentikan tindak kekerasan-teroristik disajikan dengan hangat dan rasional. Selamat membaca! []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar