KHOTBAH JUMAT
Semangat Mengenal Allah di Bulan Ramadhan
Bahwasannya dalam bulan Ramadhan terdapat dua
momentum besar. Dua kejadian istimewa yang sama-sama luar biasa, yaitu Nuzulul
Qur’an dan Laylatul Qadar. Dua-dauanya merupakan momen terbaik untuk menumbuhkan
kembali semangat mengenal Allah swt.
الحمد
لله, الحمد لله الذى أعظم على عباده المنة, بما دفع عنهم كيد الشيطان وفنه, ورد
أمله وخيب ظنه, إذ جعل الصوم حصنا لأوليائه وجنة, وفتح لهم به أبواب الجنة, وعرفهم
أن وسيلة الشيطان إلى قلوبهم الشهوات المستكنة وإن بقمعها تصبح النفس المطمئنة
ظاهرة الشوكة فى قصم خصمها قوية المنة, أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ شهادَةَ أدخرها ليوم الزحام, وَأَشْهَدُ أَنَّ
سَيِّدنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الداعى بقوله وفعله إلى دار السلام.
اللهمّ صَلّ وسّلِّمْ علَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمّدِ وعَلى آلِه وأصْحَابِهِ
هُدَاةِ الأَنَامِ وَمَصَابِيْحِ الظُّلاَمِ. أمَّا بعْدُ, فيَا أَيُّهَا النَّاسُ
اتَّقُوا اللهِ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ وَتَرْكِ الأَثَامِ تدخلوا جنة ربكم
بسلام
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,
Alhamdulillah segala puji dan syukur
kehadirat Allah swt yang memberikan kita nikmat berpuasa dan shalat jumat
bersama pada bagian terakhir dari ramadhan tahun ini. Marilah kita bersama-sama
meningkatkan ketaqwaan kita dengan sesengguh-sungguhnya. Karena taqwa itulah
yang membedakan seseorang dengan yang lain di sisi-Nya.
Jama’ah Jum’ah yang Dirahmati Allah,
Bulan puasa adalah bulan paling tepat untuk
memawas diri. Bulan bermuhasabah menghitung kekurangan dan kesalahan diri. Pada
dasarnya manusia memiliki potensi diri untuk mengenal Allah yang Maha Ghaib,
bahkan berkomunikasi dengan-Nya. Inilah yang terjadi dengan Bapak kita Adam
Alaihis Salam sebelum terjerembab dalam godaan syaitan dengan memakan buah
huldi yang terlarang. Maka setelah kejadian itu Allah swt menurunkan tirai
ghaib, sehingga manusia terasa susah mengenal Allah Yang Maha Ghaib, apalagi
berkomunikasi denganNya. Padahal kewajiban pertama manusia menurut aqidah
adalah mengenal Allah. Sebagaimana yang diterangkan oleh Ibn Ruslan dalam
Zubadnya.
أول
واجب على الإنسان معرفة الإله باستيقان
Bahwa kewajiban utama manusia adalah mengenal
Allah (tuhannya) dengan penuh keyakinan.
Lantas bagaimanakah kita bisa mengenal Allah
sedangkan kita masih dalam keadaan termahjub sebagaimana kondisi Nabi Adam
setelah makan buah terlarang? Di sinilah hikmah adanya Ramadhan. Ramadhan
menjadi salah satu momentum terpenting bagi manusia untuk mengembalikan potensi
yang pernah hilang. Menemukan kembali kemampuan manusia berkomunikasi dengan
Allah secara langsung. Lalu Bagaimana Ramadhan mampu menjadi momentum
pengembalian potensi diri yang pernah hilang dari manusia ini?
Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah,
Pada hakikatnya puasa merupakan salah satu
bentuk ibadah yang memiliki sejarah sangat panjang. Sebelum Allah swt
mewajibkan puasa kepada umat muslim melalui Rasulullah saw, puasa telah menjadi
tradisi umat-umat terdahulu. Meskipun waktu dan tata cara puasa mereka berbeda
dengan puasa umat muslim seperti kita yang harus dibatalkan ketika matahari
terbenam dan kembali puasa bersama terbitnya fajar berturut-turut selama satu
bulan.
Seperti halnya Nabi Daud as, beliau
melaksanakan puasa dalam waktu setengah tahun secara bergantian. Artinya satu
hari puasa dan satuhari berbuka. Al-Qurthubi, dalam kitab al-Jami’ li
Ahkamil Qur’an, menyebutkan bahwa Allah telah mewajibkan, puasa kepada
Yahudi selama 40 hari, kemudian umat nabi Isa selama 50 hari. Mengapa demikian,
karena berpuasa merupakan jalur singkat mengenal Allah swt.
Sesungguhnya lemahnya fisik yang timbul
ketika berpuasa merupakan, kondisi yang sangat ideal untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Karena dengan fisik yang lemah, akan surutlah segala macam
keinginan dan nafsu manusiawi. Dan ketika manusia telah terbebas dari nafsu,
maka ia akan menjadi suci dan mudah berkomunikasi dengan Allah Yang Maha Suci.
Berpuasa yang menjadikan lemahnya fisik,
merupakan jalur termudah untuk membunuh dan mengurangi nafsu yang secara
otomatis bisa dimanfaatkan untuk mempermudah diri mendekati Allah swt. Karena
itu puasa hendaknya benar-benar dijadikan momentum melaparkan diri agar terasa
lemas. Janganlah puasa selalu diisi dengan tidur karena tidur akan
menghilangkan rasa lapar.
Karena itulah sebagian para sufi membiasakan
lapar, karena lapar merupakan bentuk mujahadah memerangi hawa nafsu. Menahan
diri dalam keadaan lapar merupakan latihan kecil berjihad melawan nafsu
dan keinginan. Jika seorang hamba telah berhasil melawan nafsunya, maka dia
akan mudah berkomunikasi dengan Allah swt.
Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Mulia,
Selain berfungsi sebagai momentum melaparkan
diri, puasa Ramadhan juga merupakan momentum penambahan daya ke-imanan. Sesungguhnya
dalam puasa terdapat dua kejadian yang luar biasa yaitu Nuzulul Qur’an
dan Laylatul Qadar. Sesungguhnya dua hal ini merupakan peristiwa
besar yang sama-sama berhubungan dengan keimanan, yaitu iman kepada yang ghaib.
Bukankah Malaikat Jibril yang datang membawa wahyu pertama adalah makhluk mulia
yang tercipta dari cahaya dan tidak bisa diindrai oleh mata biasa?, bukankah
ayat pertama yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw masih berupa bunyi, bukan
al-qur’an yang tercetak secara fisik?
Sementara itu laylatul qadar yang
merupakan momen diturunkannya al-qur’an oleh Allah dari Lauhil mahfudh
ke baitul izzah benar-benar terjadi tidak di alam nyata dunia ini yang
kita tempati. Tetapi di suatu ruang mulia yang hanya Allah lah yang
mengetahuinya. Dan hanya Allah pula yang tahu pola penuunan serta waktunya,
sehingga manusia hanya bisa memprediksi di malam-malam ganjil dari
sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.
Sengguuh keduanya adalah kejadian luar biasa
yang ada di bulan ramdhan ini pantaslah mereka yang tahu akan kelebihan dan
fadhilahnya terasa tidak ingin ketinggalan dan terlena, karena keduanya
merupakan barang paling berharga yang tiada duanya.
Ma’asyial Muslimin Rahimakumullah,
Diantara nilai lebih Lailatul Qadar adalah
harganya yang lebih baik dari 1000 bulan. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman,
لَيْلَةُ
الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu
bulan.” (QS. Al Qadar: 3).
Artinya segala macam bentuk ibadah pada malam
laylatul qadar nilainya lebih baik dari amalan di 1000 bulan. Siapakah yang
tidak ingin satu amalnya bernilai lebih dari seribu? Pantaslah mereka yang
mendapatkan malam qadar pastilah kehidupannya akan penuh dengan keberkahan.
Allah Ta’ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ
فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ
“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu
malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS.
Ad Dukhon: 3).
Keberkahan dibawa trun langsung oleh para
malaikat dan malaikat Jibril khususnya.
تَنَزَّلُ
الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا
“Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan
malaikat Jibril” (QS. Al Qadar: 4)
Para maliakat itu turun mengitari mereka yang
sedang membacakan Al Qur’an, mereka akan mengitari orang-orang yang berada
dalam majelis dzikir -yaitu majelis ilmu-. Dan malaikat akan meletakkan
sayap-sayap mereka pada penuntut ilmu karena malaikat sangat mengagungkan
mereka.
Malam inilah malam penuh keselamatan. Malam
yang tiada satupun setan berani bertindak dan menggoda. Sebagaimana diterangkan
dengan ayat.
سَلَامٌ
هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْر
“Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai
terbit fajar” (QS. Al Qadr: 5)
Dan yang terpenting adalah malam itu malam
pengampunan dosa-dosa. Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
beliau bersabda,
مَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam
lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari no. 1901)
Demikianlah semoga Allah memberikan kita
petunjuk dan hidayahnya, semoga Allah memberi kita nikmat berkomunikasi
langsung dengan-Nya dan memudahkan kepada kita mendapat nikmat malam qadar-Nya
amien.
هدانا
الله واياكم أجمعين, أقول قول هذا وأستغفر الله العظيم لى ولكم ولسائر المسلمين
والمسلمات فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ
وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ
دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ !
اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ
نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar