Jumat, 19 September 2014

(Ponpes of the Day) Pondok Pesantren At-Tawazun, Mekarsari, Kalijati – Subang, Jawa Barat



Pondok Pesantren At-Tawazun, Mekarsari, Kalijati – Subang, Jawa Barat


Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam mengalami perkembangan yang signifikan yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Hal itu dibuktikan dengan adanya berbagai macam ilmu pengetahuan dan teknologi di berbagai pondok pesantren . Perubahan ini bukan berarti sebagai pondok yang hilang ke-Khas-annya. Pondok pesantren dalam hal ini tetap merupakan lembaga Islam yang tumbuh dan berkembang di masayarakat dengan mengedepankan mempersiapkan generasi yang memahami agama (Tafaqquh Fi-ddin).

Pondok pesantren At-Tawazun merupakan sebuah pesantren yang belumlah dikenal jatidirinya secara utuh, bukan berarti At-Tawazun tidak mempunyai pola pendidikan yang baku. Sesungguhnya pola itu sudah dan sedang berproses berjalan dan dirintis pola pendidikan tersebut oleh para pendiri pondok, hanya umur yang masih terlalu muda bagi sebuah pendidikan disamping alumni yang baru satu generasi yang kita keluarkan yang belum berkiprah di masyarakat sehingga timbullah pertanyaan tersebut. Juga belum tersosialisaikan pola ini secara utuh kepada aktifis pondok pesantren At-Tawazun terlebih kepada masyarakat.

Tentu Pondok pesantren At-Tawazun tidak jumud /statis terhadap pola system pendidikan yang sudah ada , At-Tawazun harus terus berkembang dan maju demikian dengan system pendidikannya, dengan banyaknya para pendidik dan pemerhati dari berbagai latar belakang berbeda yang bergabung di pontren At-Tawazzun maka perkembangan system merupkan keniscayaan. Dengan tanpa merubah tujuan utama dibangunnya pondok ini yaitu menjadikan generasi yang memahami agam Islam (tafaqquh fiddin).

Tipologi (Pendidikan} di pondok pesantren

Secara factual ada beberapa tipe (sistem pendidikan) di pondok pesantren yang berkembang di masyarakat. Antara lain :

1. Pondok pesantren Tradisional

System tradisional adalah berangkat dari pola pengajaran yang sangat sederhana, yaitu pola pengajaran sorogan, bandongan dan wetonan.

a.     Sorogan
Yaitu system dengan jalan seorang santri (biasanya yang sudah pandai) menyorongkan sebuah kitab kepada kiyai untuk dibacanya dihadapan kiyai, dan kiyai memberikan bimbingan mana yang diperlukan oleh santri.

b.    Bandongan dan Wetonan
Yaitu system pengajaran dengan jalan seorang kiyai membaca kitab dalam waktu tertentu dan santri membawa kitab yang sama mendengarkan dan menyimak bacaan kiyai. Dalam system ini tidak dikenal pengabsenan santri boleh datang boleh tidak juga tidak ada ujian. Dalam kedua system ini biasanya tidak diadakan dialog

c.     Sistem hafalan/tahfidz
System ini sangat dikenal di perbagai pondok pesantren hampir tidak didengar jika adanya pesantren yang tidak menggunakan pola ini. Tujuan system ini dilakukan tujuannya untuk melekatkan mata-mata keilmuan dan akan mudah dikeluarkan jika dibutuhkan, biasanya materi materi yang di hafal adalah Al-Qur,an, Al-hadits, kitab kitab matan nahwu dan shorof seperti jurumiyah, Alfiyah, nadhom maqsud, Amtsilatu tasrif dan matan bina dsb.

2. Tipe Pondok pesantren modern

Yaitu pondok peantren yang menggunakan pola klasikal (madrasy) dan pengajaran oleh kiyai sewaktu-waktu yang bersifat aplikasi.

System ini dikembangkan dengan system pendirian sekolah berjenjang seperti Mts, MA, SMP, SMA, SMK bahkan perguruan tinggi. Santri tidak diwajibakan bermalam di pondok.

3. Tipe Pondok pesantren Terpadu

System yang digunakan pada pondok pesantren model ini adalah memadukan kedua system diatas antara pesantren tradisional dan modern dengan menerapkan beberapa keterampilan-keterampilan yang menggali dan mengembangkan potensi para santri sebagai bekal kelak dimasyarakat .

Pola yang terakhir inilah sesungguhnya yang kita gunakan dan kembangkan di pondok pesantren At-Tawazun ini.

Adanya keinginan yang tinggi untuk memadukan kedua system ini , materi materi pelajaran yang baku dari kurikulum DEPAG dan DIKNAS dalam satu sisi dan kurikulum kepesantren dalam sisi yang lain memang terlalu idealis, karena keduanya membutuhkan pengorbanan pemikiran, waktu, tenaga, bahkan biaya yang tidak sedikit. Atau mungkin kita tidaklah mungkin akan mencapai secara maksimal 100 % kurikulum pemerintah dan 100 % Kurikulum kepesantrenan. Keinginan-keinginan itu memang mengemuka bahkan terjadi diskusi-diskusi kecil diantara kita.

Kita memang harus realistis tidaklah mungkin memadukan dua system tersebut secara sempurna, karena banyaknya keterbatasan pada lembaga kita ini, khususnya alokasi waktu. Jam- jam pelajaran yang sedemikian terbatas tidaklah kita memaksakan kedua system tersebut masuk bersamaan secara utuh.

Namun kita dapatlah menyiasati , dengan cara mengurangi porsi-porsi jam pelajaran umum yang sudah diatur secara baku oleh pemerintah dalam hal ini DEPAG dan DIKNAS, disamping juga mengurangi beberapa kepesantrenan materi pelajaran dan alokasi waktu pada komponen materi pelajaran kepesantrenan, namun sesungguhnya kita diuntungkan dengan diwajibkannya anak didik kita tinggal di asrama(pondok) sehingga mereka tidak aktif di pondok hanya dari jam 7.00 sampai dengan jam 13.00.

Ada beberapa materi pelajaran komponen pesantren yang harus dimasukkan pada jam pagi, antara lain:

1. B. Arab ( tamrin lughoh dan insya )
2. Nusus (mahfudhot )
3. Nahu Al-wadhih
4. Shorof
5. Balaghoh
6. Ahkam Al-mawarits (faroidh).
7. Muthola’ah .
8. Fiqh dan fiqh muqoron (bidayatul mujtahid)
9. Ushul fiqh .
10. Verses
11. Al-Qur’an Hadits.
12. Dan beberapa yang lain

Sementara ada beberapa materi penunjang seperti olah raga, kesenian, bahasa sunda dapat dimasukkan pada jam siang.

Misi

1.     Mewujudkan Pesantren yang dapat membudayakan Disiplin, Demokratis, dan Komunikatif antara unsur yang ada dilingkungan Pesantren.
2.     Mempertahankan nilai-nilai terdahulu yang baik dan mengambil nilai-nilai yang lebih baik.
3.     Membentuk generasi ulama yang intelek dan intelek yang ulama.
4.     Membudayakan generasi yang berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah dan berakhlaqul karimah


[***]

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar