Kamis, 25 September 2014

Pasti Sejuk dan Pasti Segar di Curug Cigeuntis, Mekar Buana - Kabupaten Karawang



Curug atau grojogan atau air terjun, siapa gerangan yang tidak menyukainya? Air yang serasa jatuh dari langit dan tumpah ruah di atas tanah yang terkadang penuh bebatuan ini menimbulkan sebuah sensasi indah tiada tara. Kami kira, sejatinya tiada seorangpun yang tidak menyukai curug, minimal di dalam hati kecilnya. Bahkan saking suka dan cintanya anak manusia terhadap curug atau grojogan ini, berbagai wahana permainan sekarang ini berlomba-lomba menciptakan sebuah 'Curug Imitasi' di dalam arena permainan air atau yang kerap disebut dengan 'Water Park'.

Satu buah dari ribuan buah curug yang tersebar dari sabang sampai merauke, ternyata berlokasi relatif sangat tidak jauh dari dari kediaman mas Dimas Bramantya fii Waqtil Maghribi. Curug yang dikenal dengan nama Curug Cigeuntis yang masuk di wilayah administratif Kabupaten Karawang ini, berlokasi sekitar 45 kilometer saja dari Cikarang, Kabupaten Bekasi. Empat puluh lima kilometer melalui jalur Kalimalang - Pangkalan - Loji, dan sekitar 55 kilometer melalui jalur Serang - Cibarusah - Loji.

Kali ini, mas Dimas mencoba ke sana, melalui jalur Kalimalang - Pangkalan - Loji. Sepanjang perjalanan, pada saat melintas di kawasan Pangkalan, suguhan lingkungan yang tidak sehat terhampar di depan mata. Pembakaran batu kapur/ batu gamping oleh warga sekitar menimbulkan asap polusi udara sungguh mengganggu. Selain menyesakkan nafas, terkadang mengganggu jarak pandang mata juga. Belum lagi sebuah pabrik semen yang berdiri di sisi kanan jalan, sungguh tidak sedap dipandang.

Namun, kurang lebih setengah jam setelahnya, pemandangan perbukitan hijau benar-benar menggoda penginderaan mata. Asap tebal dan menyesakkan dada terbayar lunas dengan kehijauan perbukitan serta liak liuk jalan yang mempesona. Sampai akhirnya, melintas di depan bangunan asrama militer milik TNI AD, yakni detasemen pemeliharaan daerah latihan (DENHARRAHLAT) KOSTRAD, Sanggah Buana.


Lima belasan menit berselang dari lokasi ini, kita akan sampai di pos pemeriksaan yang dikelola oleh pemuda karang taruna. Kita harus membayar retribusi Rp 5.000 ribu rupiah untuk rombongan kami semua (4 orang) pada saat melalui pos yang berada di Jalan Parakanbadak, tepat di depan kantor Desa Mekar Buana, Kecamatan Tegal Waru, Kabupaten Karawang.


Selanjutnya, kendaraan akan terus meliuk-liuk mengikuti jalan desa. Terkadang naik, tidak sedikit menurun, kemudian tiba-tiba berbelok ke kanan, dan lantas menikung ke kiri. Sangat asyik dan menegangkan. Perjalanan menggunakan kendaraan, berakhir di titik persinggahan terakhir, karena sudah tidak memungkinkan untuk terus menanjak, kecuali harus dengan berjalan kaki, atau menuntun sepeda.


"Mas Rizal, bagaimana jika kita teruskan dengan berjalan kaki?" demikian tantangan ayah.


"Kalau mas dimas bagaimana, mau balapan sama mama?" Siapa takut, demikian ledek mas Dimas.


Di dalam area Cigeuntis ini, ternyata tidak melulu naik ke atas, turunan curam dengan berbagai batuan berserekan pun tak terhitung jumlahnya. Harus ekstra hati-hati.


Hampir satu jam berjalan kaki naik turun, bebatuan sebesar mobil menggoda untuk dilongok.


Ah, suara gemericik semakin terdengar jelas.


Maha Suci Allah, yang telah menciptakan segala keindahan ini.


Mas rizal takjub dan terpesona.


Dan mas Dimas menghela nafas panjang.


Bermain air, tidak kalah dengan Water Park di perkotaan atau Water Boom yang mahal.






Bisa terlentang, tertawa lebar, dan bergembira.



Pasti sejuk, pasti segar, dan pasti puas. Dengan harga yang luar biasa pantasnya.


ANANTO PRATIKNO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar