Bumi dan Kalender Surya
Oleh: Djamhur Effendi
Bumi yang kita diami merupakan benda langit
anggota tata surya yang berbentuk bulat. Di bawah tanah yang kita injak
terdapat lapisan batu. Bagian dalam bumi jauh lebih panas daripada bagian
luarnya. Inti bumi panas sekali. Manusia, hewan, tumbuhan hidup di bagian luar
itu yang disebut kerak bumi.
Kedudukan sumbu rotasi bumi yang miring
membentuk sudut 23,5 derajat terhadap garis normal bidang orbit bumi
mengelilingi matahari, menjadi penyebab adanya tatanan empat musim tahunan di
belahan bumi utara dan selatan, dan di Indonesia hanya terdapat musim kemarau
dan musim hujan. Dalam setahun Matahari melintasi ekuator dua kali, yang
pertama sekitar tanggal 21 Maret dan yang kedua sekitar 23 September.
Tanggal 21 Maret kedudukan matahari berada di
arah titik musim semi atau vernal equinox atau titik aries. Matahari berpindah
dari belahan langit selatan menuju belahan langit utara.
Sedangkan tanggal 23 September matahri berada di arah titik musim gugur atau autumnal equinox. Matahari melintas dari belahan langit utara ke belahan langit selatan.
Dahulu titik Vernal Equinox berada di arah
rasi bintang Aries, namun akibat presesi sumbu planet bumi, sekarang berada di
arah rasi Pisces. Dan arah ini terus bergeser ke barat, sehingga 700 tahun lagi
titik Aries mencapai rasi Aquarius.
Gerak presesi sumbu bumi mirip dengan gerak
sumbu gasing (panggal) atau seolah-olah menelusuri dinding kerucut dengan
kemiringan 23.5 derajat. Jalur yang ditempuh planet untuk mengelilingi matahari
disebut orbit. Bumi membutuhkan waktu satu tahun atau 365 hari 6 jam untuk
membuat satu orbit (365,25 hari). Setiap empat tahun, kelebihan jam itu
ditambahakan ke bulan Februari, sehingga menjadi 366 hari. Tahun istimewa itu
disebut tahun kabisat (tahun panjang ), dan tahun yang lainnya adalah tahun basit
(tahun pendek= 365 hari). Penanggalan Julian yang berakar dari sistem
penanggalan Julius Caesar (45 SM ) yang merupakan perubahan sistem penanggalan
Romawi.
Perubahan selanjutnya dilakukan oleh Paus
Gregorius XIII menjadi sistem Gregorian. Saat pergantian sistem penanggalan
dari Julian ke Gregorian, dalam penanggalan tertulis tanggal 4 Oktober 1582 dan
keesokan harinya tanggal berubah menjadi 15 Oktober 1582 (artinya menghilangkan
10 hari à 5 Okt - 14 Okt 1582).
Tahun kabisat tidak lagi untuk semua tahun
yang habis dibagi 4, tetapi tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi 4 dan
tidak habis dibagi 100. Dengan kata lain saat ini tahun kabisat adalah tahun
yang habis dibagi 400, misalnya: Tahun 1700, 1800, 1900 merupakan tahun basit,
karena habis dibagi 4 dan habis dibagi 100. Tahun 2000 adalah kabisat, karena
habis dibagi 400.
Dengan aturan 1 tahun rata-rata penanggalan
Gregorian adalah 365,2425 hari, menunjukkan ini lebih teliti dibandingkan
penanggalan Julian sebelumnya yang menggunakan 365,25 hari. Hal ini mengurangi
tahun kabisat yaitu 3 tahun kabisat per 400 tahun.
Adanya reformasi kalender surya atau kalender
Masehi dari zaman mesir hingga kalender surya Gregorian menunjukkan bahwa
pemahaman manusia terhadap kosmos tidak mendadak sempurna, bahkan perlu waktu
ribuan tahun untuk memahami perubahan kecil yang baru terlihat efek
kumulatifnya setelah beribu tahun kedepan.
Kenyataannya, menurut pengamatan modern pada
awal abad 20, didapatkan bahwa 1 tahun tropis matahari rata-rata sekitar
365,242199 hari. Dengan demikian, masih ada peluang untuk reformasi kalender
surya berikutnya.
*) Djamhur Effendi adalah Staf Biro Litbang
Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Pusat, Purnakarya LAPAN Bandung, Dosen
UNPAD dan UNISBA. Makalah disampaikan dalam Diklat Nasional Pelaksana Rukyat
Nahdatul Ulama, Masjid Agung Jawa Tengah, 19 Desember 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar