Bulan dan Kalender Hijriyah
Oleh: Djamhur Effendi
Bulan adalah tetangga terdekat bumi di ruang
angkasa, yang sekaligus merupakan satu-satunya satelit bumi. Dia berputar
mengelilingi bumi satu kali dalam sebulan.
Bulan adalah bongkahan batu raksasa dengan
gunung-gunung, dataran, dan kawah-kawah. Jika matahari adalah bintang karena
menghasilkan cahayanya sendiri, maka bulan justru tidak dapat menghasilkan
cahaya sendiri. Bulan memantulkan cahaya matahri. Bulan lebih besar daripada
planet Pluto.
Masing-masing bentuk bulan pada gambar
disebut fase. Fase-fase mengikuti pola yang sama setiap empat minggu. Nama-nama
tersebut menyatakan jarak perjalanan bulan saat mengelilingi bumi. Paruh
pertama disebut kuadran pertama (kuartir pertama) karena bulan sudah melalui
seperempat dari seluruh jarak perjalanannya mengelilingi bumi. Kuadran terakhir
(kuartir terakhir) berarti hanya tinggal seperempat lagi jarak yang harus
ditempuh bulan untuk menyempurnakan perjalanannya mengelilingi bumi.
Saat konjungsi (ijtima’), bulan berada antara
matahari dan bumi, maka terjadi bulan baru (new-moon) atau bulan mati, dan
wajahnya menjadi tidak nampak. Peristiwa ijtima merupakan batas secara
astronomis antara bulan qomariah yang sedang berlangsung dengan bulan qomariah
yang baru.
Perlahan bulan bergeser, mulai nampak sabit
dimana yang kelihatan hanya sebagian, yang pada akhirnya pada waktu kedudukan
posisi terhadap matahari (bumi diantara matahari dan bulan), akan terjadi bulan
purnama. Pada saat ini seluruh belahan bulan yang menghadap bumi diterangi
matahari.
Jarak bulan-bumi rata-rata 384.000 km
(356.500 - 406.800 km): 356.500 km = perigee (terdekat). 406.800 km = apogee
(terjauh). Keliling lingkaran bulan adalah 3.500 km, cukup untuk menutupi benua
Australia. Berat bulan adalah 81 juta triliun ton, yaitu 81 x 1018 ton, atau
sekitar 1/80 dari berat bumi. Sementara periode edar atau revolusi sideris
bulan adalah 27 hari 7 jam 43 menit 11,5 detik. Periode edar atau revolusi
sinodus (jarak bulan baru ke bulan baru) adalah 29 hari 12 jam 44 menit 2,8
detik.
Tidak ada sesuatu pun yang bisa hidup di
bulan. Di sana tidak ada udara untuk bernapas, dan tidak ada air untuk hidup.
Karena tidak mempunyai udara dan air ini pula, maka tidak ada angin berhembus
di bulan. Saat bulan menghadap matahari, suhu disana sangat panas. Sebaliknya
saat bulan membelakangi matahari, suhu disana lebih dingin daripada tempat yang
paling dingin di bumi. Karenanya tidak ada yang bisa hidup dan tumbuh disana.
Cahaya matahari hanya menerangi satu belahan bulan saja. Balahan lainnya tetap
gelap. Hal ini terjadi akibat periode rotasi bulan sama dengan periode
edar/revolusi sideris.
Kedua belas bulan dalam penanggalan Hijriyah
diawali dengan bulan Muharram kemudian bulan Shafar, Rabi’ul Awal, Rabi’ul
Akhir, Jumadil Awal, Jumadil Akhir, Rajab, Sya’ban, Ramadhan, Syawal,
Dzulqa’dah, dan Dzulhijjah.
Jumlah hari setiap bulan tidak selalu tetap, bisa 29 atau 30 hari. Hal ini dikarenakan jumlah hari dalam satu tahun bisa 354 (tahun basit) atau 355 (tahun kabisat). Sehingga setahun Hijriyah bisa 10 sampai 12 hari lebih pendek dibandingkan dengan setahun Miladiyah (penanggalan matahari).
Jika praktek penanggalan Islam konsisten
berdasarkan visibilitas hilal (ru’yatul hilal), maka penanggalan Islam tidak
memerlukan koreksi jumlah hari terhadap siklus sinodis bulan dan tidak
memerlukan aturan untuk memilih tahun hijriyah kabisat. Kendatipun demikian,
dengan kecepatan rotasinya yang tetap namun lintasan orbit tidak lingkaran
sempurna, membuat wajah bulan seolah menggeleng-geleng. Kadang terlihat
wajahnya mencapai 80 ke arah kiri, sedangkan wilayah kanan berkurang 80 atau
berlaku sebaliknya.
Jika tampak mengangguk-angguk, maksimum
6051’. Ada pula variasi akibat kedudukan pengamat di bumi sedemikian rupa
sehingga wajah bulan tidak sama saat awal terbit dan menjelang terbenam (10).
Kombinasi ketiganya menyebabkan pengamat di bumi mempunyai kesempatan melihat
59% wajah bulan (selama bulan mengedari bumi).
Pergerakkan bulan memang cukup rumit. Rentang
iklinasi orbit terhadap ekliptika membuatnya mengalami gerakan mutasi. Rotasi
sumbu rotasi dalam acuan ekliptika tampak bergerak mundur (retrograde). Hal ini
sama dengan gerak presesi bumi, hanya saja berperiode 18,6 tahun. Untuk rotasi
sumbu utama (sumbu panjang ellips) yang berarah maju (anterograde), dengan
titik acuan bintang akan memiliki periode 8 tahun 310 hari.
*) Djamhur Effendi adalah Staf Biro Litbang
Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Pusat, Purnakarya LAPAN Bandung, Dosen
UNPAD dan UNISBA. Makalah disampaikan dalam Diklat Nasional Pelaksana Rukyat
Nahdatul Ulama, Masjid Agung Jawa Tengah, 19 Desember 2006.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar