Garuda Kalahkan MAS,
BatanTek Meng-Asia
Senin, 11 Juni 2012,
05:34 WIB
Menneg BUMN Dahlan
Iskan
Dua lagi perusahaan
BUMN yang tahun ini melejit melampaui batas negara: PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk dan PT Batan Teknologi (Persero).
Garuda, secara
mengejutkan, saat ini sudah lebih besar dari Malaysia Airlines (MAS) dan Thai
Airways, Thailand. Bahkan sudah lebih besar dari Air France! Value Garuda kini
sudah mencapai Rp18 triliun. Sudah sekitar Rp1 triliun lebih besar dari MAS dan
Thai. Dengan demikian untuk Asia Tenggara kini Garuda tinggal kalah dari
Singapore Airlines.
Memang tidak ada alasan
bagi Indonesia untuk serba kalah dari sesama negara ASEAN. Di antara 10 negara
Asia Tenggara kekuatan ekonomi Indonesia sudah mencapai 51% sendiri. Baru yang
49% dibagi 9 negara lainnya.
Di bawah direksi
Garuda yang sekarang dengan Dirut Emirsyah Satar, prestasi itu akan terus bisa
dipacu. Inilah direksi yang dari segi umur relatif masih muda-muda. Inilah
direksi yang berada di puncak antusias dan gairahnya. Iklim seperti itu secara
otomatis akan menjalar dan mewabah ke jajaran di bawah dan di bawahnya lagi.
Ekonomi Indonesia
yang terus membaik memang bisa menjadi ladang yang subur bagi Garuda.
Penambahan pesawat yang terus dilakukan, termasuk yang kelas 100 tempat duduk,
akan membuat Garuda terbang kian tinggi.
Langkah terbarunya
untuk bisa dipercaya Kanada sebagai pusat perawatan pesawat Bombardier se Asia
Pasifik, memberikan hope yang lebih besar lagi. Dengan demikian GMF AeroAsia,
salah satu anak perusahaan Garuda, akan menjadi perusahaan kelas dunia juga. Ini
karena pembuat mesin pesawat terkemuka di dunia lainnya, GE dari USA juga sudah
mempercayakan perawatan mesin GE ke GMF AeroAsia.
Seperti tidak kalah
dengan prestasi Garuda dan enam BUMN kelas dunia lainnya (BRI, Bank Mandiri,
Telkom, BNI, PGN, dan Semen Gresik) kini muncul si cabe rawit: PT Batan
Teknologi.
Tahun ini di bawah
Dirut baru Dr.Ir.Yudiutomo Imardjoko, BatanTek tidak hanya bisa bangkit dari
kuburnya bahkan begitu bangkit langsung bisa berlari dengan kencangnya. Larinya
pun ke mana-mana termasuk ke puluhan negara Asia.
Padahal tahun 2010
lalu BatanTek sudah dicabut nyawanya. Ini gara-gara ada larangan internasional
untuk melakukan pengayaan uranium tingkat tinggi. Ini dikhawatirkan bisa
disalahgunakan menjadi senjata nuklir.
Sejak itu PT BatanTek
berhenti memproduksi radioisotop. Tim BatanTek sudah berusaha mengubah proses
pengayaan uranium menjadi tingkat rendah, tapi tidak mampu. Bahkan BatanTek
sudah mendatangkan ahli dari USA untuk menularkan pengetahuan proses uranium
tingkat rendah. Tapi juga gagal.
Akibatnya rumah-rumah
sakit yang selama ini menggunakan radioisotop dari BatanTek memilih membeli
dari sumber lain. Semua pelanggan marah dan memutuskan hubungan. BatanTek
praktis mati.
Untunglah Dr
Yudiutomo datang dan menjadi dirut baru. Anak Maospati, Magetan, lulusan
Fakultas Teknik Nuklir UGM ini memang bukan sembarang orang. Dia meraih gelar
doktor di bidang nuklir di Iowa State University USA.
Dr Yudiutomo mengajak
ahli nuklir sealmamater di UGM, Dr.Ing Kusnanto untuk menjadi direktur
produksi. Dr Kusnanto meraih gelar doktor nuklir dari Aachen, Jerman.
Karena PT BatanTek
masih dalam keadaan sulit, sejak awal dua ahli nuklir ini memilih menghemat:
menyewa satu rumah untuk dihuni berdua. Keluarga ditinggal di Yogya.
Dua orang inilah yang
tidak henti-hentinya berpikir bagaimana agar BatanTek bisa melakukan pengayaan
uranium tingkat rendah. Siang malam dua ahli ini terus berdiskusi. Keputusan
untuk tinggal satu rumah membuat diskusi mereka berlanjut setelah jam kantor
sekalipun. Di rumah kontrakan itulah mereka bisa berdiskusi sampai jam 2 dini
hari.
Hasilnya luar biasa:
mereka menemukan cara baru mengayakan uranium tingkat rendah. Bukan cara yang
sudah dikenal di dunia sekarang ini, tapi cara baru yang untuk mudahnya saya
beri saja nama "Formula YK" (Yudiutomo Kusnanto).
Formula YK ini
menggunakan prinsip electro plating. Menggantikan cara lama sistem foil target.
Prinsipnya, sebelum dimasukkan reaktor nuklir uranium itu di-plating dengan
rumus tertenu. Cara ini meski kelak diketahui oleh ahli lain pun akan sulit
ditiru. Rumus angka-angkanya tidak akan diungkap.
Masalahnya: dari mana
perusahaan dapat tambahan modal? Reaktor nuklirnya sih bisa tetap menggunakan
reaktor milik Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) yang di Serpong itu, tapi
banyak peralatan PT BatanTek yang harus diperbaharui atau diperbaiki.
"Perlu
berapa?" tanya saya saat rapat dengan dua ahli nuklir itu di Serpong.
"Cukup besar
pak, Rp 85 miliar," jawab Dr Yudiutomo.
"Saya
carikan!"
Saya pun menghubungi
Bank Rakyat Indonesia. Saya memang sangat kagum dan terharu melihat kejeniusan
dua ahli ini. Saya bisa merasakan getaran semangatnya yang meluap. Dan saya
juga melihat kilatan matanya yang menyiratkan keinginan untuk maju. Inilah ilmuwan
yang memiliki kemampuan manajerial yang handal. Intelektual sekaligus
entrepreneur!
Dengan penemuan baru
Formula YK ini Indonesia berhasil menjadi satu-satunya negara di Asia yang
mampu memproduksi radioisotop. Kini seluruh negara Asia datang ke BatanTek
untuk membeli radioisotop!
Radioisotop adalah
bahan yang sangat penting untuk pemeriksaan kesehatan di rumah sakit.
Radioisotop adalah bahan yang tidak bisa dipisahkan dengan kedokteran nuklir.
Dengan radioisotop organ-organ di dalam badan bisa dilihat secara berwarna dan
tiga dimensi.
Ini sudah beda dengan
radiologi yang hanya bisa hitam putih dan dua dimensi.
Maka pemeriksaan
melaui MRI, CT, gamma camera, serta operasi yang menggunakan pisau gamma mutlak
memerlukan radioisotop. Jepang pun tidak memproduksinya sehingga pasar
radioisotop kita amat besar. Apalagi Tiongkok.
Waktu saya
mendampingi Presiden SBY makan siang dengan Presiden Hu Jintao di Beijing yang
lalu, saya pun promosi radioisotopnya BatanTek. Kebetulan saya berada di
sebelah menteri perdagangan Tiongkok. Selama makan siang itu saya terus minta
agar Tiongkok membeli radioisotop kita.
Dengan kemampuan Dr
Yudiutomo dan timnya menembus pasar Jepang, Tiongkok, Malaysia, dan
negara-negara Asia lainnya, maka masa depan PT Batan Teknologi amat cerah.
Tahun ini omsetnya langsung bisa mencapai Rp 200 miliar. Tidak mustahil bakal
bisa mencapai Rp 1 triliun dan kemudian Rp 3 triliun di kemudian hari.
Amerika dan
Australia, meski mampu membuat radioisotop, mereka bukan pesaing kita. Umur
radioisotop ini hanya 60 jam. Setelah itu daya radiasinya habis. Untuk
kebutuhan Tiongkok 10 curie, misalnya, Tiongkok harus membeli 60 curie. Yang 50
curie hilang di jalan. Karena itu pengirimannya harus dengan pesawat. Harus
dihitung waktu pengirimannya sejak dari Serpong ke bandara dan seterusnya.
Saya tentu ingin dua
ahli kita ini tidak berhenti di radioisotop. Keduanya juga optimis
pengetahuannya akan sangat berguna untuk pertanian dan pengeboran minyak.
Tapi biarlah BatanTek
maju dulu. Jadi raja Asia dulu. Dua tahun lagi kita bicara nuklir untuk
mengamankan pangan kita. []
Menneg BUMN Dahlan
Iskan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar