Saya jadi teringat akan sebuah tulisan pendek
dari KH. Mustofa Bisri atau yang akrab dipanggil dengan Gus Mus yang berjudul
"Pemimpin Yang Rendah Hati". Di paragraf pertama, Ggus Mus
menceritakan, suatu ketika seorang laki-laki menghadap Kanjeng Rasul
sambil gemetaran karena begitu berwibawa nya Sang Rasul. Namun, Sang Rasul
menenangkannya sambil berkata, "Tenang saja, aku bukan raja, aku hanyalah
anak seorang perempuan Quraisy yang biasa makan IKAN ASIN". Menurut Gus
Mus, di dalam teks asli hadits, tertulis kata "qadiid" yang bermakna
dendeng, makanan sederhana bangsa Arab dulu. Gus Mus sengaja menerjemahkan
kata "qadiid" dengan ikan asin yang merupakan makanan sederhana orang
Indonesia.
Di rumah kami, ikan asin merupakan salah satu
lauk yang menjadi rebutan, terutama jika disandingkan dengan sayur asam, sambel
terasi dan nasi yang masih kebul-kebul. Kerenyahan dan kegurihan ikan asin yang
khas, membuat Mas Abiel penasaran perihal bagaimana cara membuatnya. Mau ke
Kidzania? aA, tentu di sana tidak bisa menemukannya.
Akhirnya, langsung saja Mas Abiel kami ajak
ikut serta menuju ke lokasinya. Salah satu sentra produksi ikan asin di
Kampung Wisata Nelayan Pakis, Desa Tanjung Pakis, Kecamatan Pakis Jaya, Kab.Kkarawang - Jawa Barat, dengan pemandu Ibu Aminah.
banyak pilihan untuk menemukan gubuk2
pembuatan ikan asin, salah satunya kami coba lihat di sini...
|
pertama, pilih ikan2 yang masih segar...
|
kedua, bersihkan ikan-ikan tersebut dengan
mengeluarkan isi perutnya...
|
setelah mengeluarkan seluruh isi perut ikan
dan membelahnya, masukkan ke dalam ember untuk dibilas...
|
setelah dibilas, masih perlu dicuci sekali
lagi agar benar-benar bersih...
|
selanjutnya, rendam dan taburi dengan garam
kasar selama 24 jam...
|
dan, setelah 24 jam direndam garam... proses
selanjutnya adalah penjemuran di bawah terik sinar matahari...
|
proses penjemuran yang masih konvensional,
benar2 tergantung kepada hibah dari sinar matahari... dan jika sudah terasa
kering, ambil dan kumpulkan...
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar