Jumat, 28 Februari 2014

(Kuliner of the Day) Mengeroyok Kepiting Balado Hingga Menyisakan Cangkang-cangkang yang Berserakan



Mengeroyok, sebuah kata yang berasal dari kata dasar 'keroyok' dengan awalan me-, yang bisa diartikan sebagai sebuah perbuatan menyerang (dari kata dasar 'serang') secara berama-ramai dan atau bersama-sama. Kenapa harus mengeroyok, apakah jika dilakukan sendirian tidak mampu? Bisa jadi demikian, atau hasilnya nanti tidak bisa maksimal sebagimana yang diharapkan.

Nah, bagaimana jadinya jika kita harus mengeroyok makanan yang dihidangkan? Perbuatan inipun terpaksa harus dilakukan karena jika dilakukan sendirian, maka makanan yang dihidangkan tidak bisa terhabiskan secara maksimal. Namun konon, cara makan dengan keroyokan memiliki nilai keasyikan dan kenikmatan yang luar biasa sebagaimana kita pernah mengeroyok hidangan makanan pada saat kerja bakti membersihkan lingkungan.

Malam itu, undangan datang dari tuan rumah untuk melakukan pengeroyokan (kata dasar keroyok dengan awalan pe- dan akhiran -an) hidangan kepiting balado yang bahan bakunya khusus didatangkan dai indonesia timur. Benar-benar undangan yang luar biasa.

Baru saja menginjakkan kaki di teras rumah, para undangan sudah disodorkan se-dandang (tempat menanak nasi) yang berisi penuh nasi putih panas, pulen, wangi, dan bersih.


Ada juga berbagai macam irisan peneman nasi dan kepiting balado yang rencananya akan dikeroyok bersama.

Bagaimana dengan kepiting balado nya? Yap. Dia ada se-baskom penuh. Oranye kemerahan yang menyala dan masih panas.

Siap menyantap? Silahkan pilih posisi.

Sambil ndelosor sebagaimana yang dilakukkan oleh pak RT juga boleh.

Yang penting prosesi pengeroyokan berjalan lancar.

Hingga hanya meninggalkan kaki-kaki kepiting yang tak berdosa.

Serta cangkang-cangkang yang berserakan, selamat makan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar