Rabu, 18 September 2013

BamSoet: Sahabat Presiden Merusak Wibawa

Sahabat Presiden Merusak Wibawa

Bambang Soesatyo
Anggota Komisi III DPR RI/
Presidium Nasional KAHMI. 2012-2017

KREDIBILITAS dan wibawa Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono terus menerus dirongrong oleh para sahabatnya. Tak hanya bertindak ceroboh, orang-orang sangat dekat yang tentunya sangat dipercaya presiden itu berperilaku tamak.

Hingga pekan ini, publik masih mempergunjingkan kesaksian Ridwan Hakim di pengadilan Tipikor Jakarta, belum lama ini. Pengadilan Tipikor Jakarta menghadirkan Ridwan sebagai saksi dalam kasus suap impor daging sapi. Aspek kejutan dari kesaksian Ridwan dalam kasus ini ternyata jauh lebih kuat dibanding penuturan tentang sisi lain dari tersangka Ahmad Fathanah atau Lutfi Hasan Ishak dalam kasus ini.

Kalau pemberitaan tentang Fathanah dan Lufti sering diramaikan dengan kisah tentang wanita idaman lain (WIL), kesaksian Ridwan justru menguak episode lain tentang kasus suap impor daging sapi. Ridwan mengungkap dugaan keterlibatan beberapa sosok lain dalam kasus ini. Dari pemeriksaan Ridwan, dimunculkan sosok berinisial Pak Lurah, Bunda Putri, Sengman, Haji Susu dan Widhi.

Penjelasan atau jawaban Ridwan kepada majelis Hakim Tipikor mengindikasikan bahwa mereka memang tak bisa dipisahkan dari kasus suap impor daging sapi. Dengan demikian, bisa dipastikan bahwa kasus suap impor daging sapi tak hanya melibatkan mereka yang saat ini telah berstatus tersangka, seperti Fathanah dan Lufti. Bisa diduga bahwa kasus ini melibatkan lebih banyak orang yang bersekutu dalam sebuah kartel yang tampaknya dikendalikan oleh Bunda Putri.

Belum ada yang secara resmi bisa dan berani menjelaskan siapa itu Pak Lurah, Bunda Putri, Sengman, Haji Susu dan Widhi. Rumor pun terus berkembang tentang sosok riel dari inisial-inisial itu. Mereka yang awam masih mempertanyakan siapa yang dimaksud dengan Pak Lurah, sementara apa dan siapa sosok Bunda Puteri serta Sengman mulai menunjukan kejelasan.

Dari rekaman percakapan yang diperdengarkan di pengadilan Tipikor saat memeriksa Ridwan, tergambar cukup jelas bahwa baik Bunda Puteri maupun Sengman menjadi orang yang sangat dekat dengan presiden. Bunda Putri, misalnya, kepada lawan bicaranya mengaku bisa ‘memberikan pendapat’ jika pemegang hak prerogatif pengangkatan dan memberhentikan menteri akan melakukan reshuffle kabinet. Berarti bukan hanya dekat dengan presiden, tetapi juga sangat powerfull. Selain itu, dia bisa mendikte arah kebijakan pemerintah.

Gambaran tentang Bunda Putri seperti itu tentu saja merongrong wibawa presiden dan kabinetnya. Dalam rekaman percakapan itu, Bunda Puteri  tampak sedang berupaya keras agar kebijakan kabinet tentang impor daging sapi harus selaras dengan kehendaknya. Dia membahas hal itu melalui percakapan telepon, sebuah kegiatan yang saat ini sudah bisa dikatakan ‘tidak aman’ lagi karena maraknya aksi penyadapan. Itulah kecerobohan Bunda Putri yang menyebabkan publik menyoroti aspek wibawa  seorang presiden dan kabinetnya.

Sedangkan tentang Sengman membuat banyak orang penasaran. Karena disebut sebagai utusan atau orang dekat presiden, berbagai kalangan pun berupaya menggali informasi tentang nama ini. Ekonom Rizal Ramli dengan lantang mengungkap kedekatan Presiden dengan Sengman Tjahja. Setelah itu, detil latar belakang Sengman mulai terungkap.

Sengman mengenal Presiden SBY pada periode 1996-1997 ketika SBY menjabatPangdam Sriwijaya. Sengman saat itu dikenal sebagai pemilik hotel. Gambaran tentang kedekatan SBY-Sengman diperkuat oleh dokumen tentang kehadiran SBY dan Ibu Negara Ani Yudhoyono pada acara pernikahan putri Sengman di Grand Ballroom Hotel Mulia, 30 Oktober 2008.

Dalam kasus suap impor daging sapi, Sengman diduga  membawa uang Rp40 miliar dari PT Indoguna Utama. Dari jumlah itu, Sengman mestinya menyerahkan sebagian dana kepada pihak lain. Karena hal itu tidak dilakukan Sengman, persoalan pun muncul sebagaimana terungkap di ruang siding Pengadilan Tipikor Jakarta.

Publik masih terus menunggu apa yang akan dilakukan penegak hukum terhadap Bunda Putri dan Sengman. Penegak hukum memang harus menindaklanjuti informasi ini, agar penanganan kasus suap impor daging tidak terlihat aneh.

Beberapa sahabat atau orang dekat presiden SBY sempat berurusan dengan penegak hukum. Mereka antara lain, Siti Hartati Tjakra Murdaya, Artalyta Suryani, dan sang besan Aulia Pohan. Sedangkan Jusuf Gunawan Wangkar, Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi, harus mengundurkan diri karena diduga terkait kasus kuota daging sebagaimana dilaporkan Uztad Hilmi kepada Presiden.

Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta memvonis Hartati dua tahun delapan bulan penjara Karena terlibat kasus suap kepengurusan surat hak guna lahan kelapa sawit di Buol, Sulawesi Tengah. Pemberian uang itu dilakukan agar perusahaannya diberi rekomendasi Izin Usaha Perkebunan dan Hak Guna Usaha (HGU).

Hartati terbukti memberikan uang Rp3 miliar ke Bupati Buol, Amran Batalipu. Dia pun harus mundur dari beberapa jabatan penting di Partai Demokrat. Selain dekat dengan SBY,  Hartati juga dikenal sebagai salah satu donatur Partai Demokrat.

Artalyta Suryani, akrab dipanggil Ayin, juga dikenal sebagai sahabat SBY. Kedekatan itu terungkap  dari gambar SBY bersama Ayin dalam acara pernikahan putra Ayin pada 2009.

Ayin terlibat kasus penyuapan jaksa kasus Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Ia menyuap Ketua Tim Jaksa Penyelidik Kasus BLBI Urip Tri Gunawan sebesar 660 ribu dolar AS. Pada Juli 2008, Ayin dinyatakan bersalah oleh Pengadilan Tipikor Jakarta dan divonis lima tahun penjara.

Orang dekat SBY lainnya adalah Aulia Pohan. Mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia ini bahkan berstatus besan SBY, karena putrinya, Anisa Pohan, menikah dengan putra SBY, Agus Harimurti Yudhoyono.

Aulia Pohan divonis 4 tahun 6 bulan penjara oleh Pengadilan Tipikor Jakarta karena terlibat kasus aliran dana Yayasan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (YLPPI).

Juga menarik untuk disimak adalah mundurnya Jusuf Gunawan Wangkar dari jabatan Staf Khusus Presiden Bidang Pangan dan Energi. Nama Yusuf disebut-sebut dalam kasus impor sapi dan impor bawang, serta terlibat dalam proyek pengadaan pesawat Merpati (MA-60). Dalam proyek pesawat MA-60 ini, terjadi penggelembungan dana hingga US$40 juta.

Sahabat SBY yang bermasalah dengan hukum pada akhirnya menggerogoti kredibilitas sang presiden. Idealnya, presiden bisa menghindar dari orang-orang yang berpotensi akan menimbulkan masalah, agar presiden tidak menjadi sasaran curiga publik. []



Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar