Senin, 16 September 2013

(Buku of the Day) Para Pembangkang!: Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah


Menengok Sejarah Para Pembangkang Tuhan

 



 

Judul                : Para Pembangkang!: Kisah-Kisah Kaum Terdahulu yang Dibinasakan Allah

Penulis             : Muhammad Yusuf bin Abdurrahman

Penerbit            : Diva Press

Cetakan            : I, April 2013

Tebal                : 236 halaman

ISBN                 : 978-602-255-114-0

Persesnsi          : Khotibul Umam, Pengelola Taman Baca Semesta Semarang (TBSS)

 

Tidak semua sejarah ditulis sesuai kenyataannya. Pasalnya, ada sebagian sejarah yang sulit untuk ditelusuri kebenarannya apalagi jika itu terpaut tempo jutaan tahun. Maka tidak sedikit sejarawan yang tetap menulis sejarah walau berlandaskan analisis arkeologi yang tidak tepat, bahkan mungkin hanya sebatas anggapan, teori, serta mitos.


Tetapi, meskipun sejarah itu didistorsi (dipalsukan), ia tetap dipelajari dan kemudian banyak yang mempercayainya. Di tengah krisis kebenaran sejarah tersebut, Al-Qur’an justru mampu menuliskan sejarah umat terdahulu secara akurat dengan dibarengi pesan-pesan yang mulia. Tidak hanya kisah teladan para nabi dan kaum salafus sholih yang diceritakan. Kisah para pembangkang yang memilih “jalan sesat” juga dikabarkan Al-Qur’an.


Sejumlah penelitian mampu membongkar pengetahuan sejarah secara ilmiah bahwa yang diberitakan Al-Qur’an benar-benar nyata, bukan rekayasa. Satu demi satu fakta sejarah pun mulai terkuak. Seperti halnya kisah banjir yang melanda kaum Nabi Nuh AS. Banjir terbesar sepanjang sejarah manusia itu sebenarnya merupakan adzab Allah bagi kaum Nabi Nuh AS, termasuk putranya, si Kan’an, lantaran mendustakan agama Islam.


Awalnya, banyak orang yang menganggap kisah itu hanya sebagai cerita khayalan. Namun, beberapa dekade terakhir, muncul berita dari internet yang menggegerkan dunia, bahwa cerita tersebut adalah nyata. Buktinya ialah ditemukannya bekas bahtera Nabi Nuh AS. yang dulu digunakan untuk menyelamatkan beliau dan pengikutnya dari bencana banjir besar.


Namun sebetulnya sejak dahulu kala sebelum Nabi Muhammad, sudah banyak yang mencari bekas perahu Nabi Nuh dan kemudian mengaku telah menemukannya. Tentu hal ini dengan menggunakan petunjuk dari Alkitab, karena saat itu Al-Qur’an belum diturunkan.


Pada 1892 misalnya, Youseph Nouri dari Perancis, telah menemukan bahtera Nuh. Saat itu, musim kemarau, sehingga tidak ada salju yang menyelimuti gunung. Dikatakan juga ia berjalan-jalan di tempat yang diduga adalah dek kapal berukuran 300 kubik. Sayangnya, tidak ada bukti visual, karena pada masa itu belum ada fotografi, sehingga dia kesulitan untuk meyakinkan semua orang.


Titik terang pencarian bahtera tersebut terjadi pada tahun 1959. Yaitu ketika Ilham Durupian, seorang pilot Turkey Airforce, melakukan pemotretan di gunung Ararat. Dan hasil pemotretannya menunjukkan “benda asing” yang mirip dengan bekas perahu besar. Ia pun menduga jangan-jangan itu adalah bekas perahu Nuh. Setelah melakukan penelitian, akhirnya ia menyatakan “benda asing” tersebut memang perahu Nabi Nuh. Berita itu dimuat di American Life Magazine tanggal 5 September satu tahun kemudian (hlm 50-58).


Tidak hanya kisah banjir dan kapal Nabi Nuh AS. Kisah nyata lainnya yang memiliki bukti arkeolog juga dikisahkan al-Qur’an. Seperti Negeri Saba’ danau bekas kaum Nabi Luth, kerangka manusia raksasa kaum ‘Ad, gedung batu tinggi kaum Tsamud, dan utuhnya Jasad Fir’aun.


Oleh sebab itu, hadirnya buku ini layak diapresiasi sebagai penambah daftar referensi kisah-kisah kaum terdahulu berupa para pembangkang yang dibinasakan oleh Allah SWT., yang belum tertulis di buku sejarah mana pun. Dengan berpijak pada Al-Qur’an sebagai sumber primernya, dilengkapi dengan bukti arkeolog dan beberapa foto terkait, tentu menambah nilai plus bagi buku ini.


Membaca buku ini kita akan mendapati kebenaran adanya kisah-kisah para pembangkang di dalam Al-Qur’an. Juga kiranya buku setebal 236 halaman ini sangat pas dibaca, baik oleh remaja, anak-anak hingga orang dewasa guna sebagai bahan ber-muhasabah diri. Selamat membaca!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar