Selasa, 15 April 2014

(Ponpes of the Day) Pondok Pesantren Putri Salafiyah Syafi'iyah, Seblak Diwek, Jombang - Jawa Timur



Pondok Pesantren Putri Salafiyah Syafi’iyah, Seblak Diwek, Jombang – Jawa Timur




Sejarah

Sejarah Pondok & Madrasah “Khoiriyah Hasyim” bermula dari pendirian Pesantren Puteri Seblak pada 1921 yang memiliki garis historis dengan Pesantren Tebuireng yang didirikan Hadratus Syaikh KHM Hasyim Asy’ari pada 1899. Popularitas dan kualitas Pesantren Tebuireng telah mendorong masyarakat dari berbagai penjuru nusantara untuk mengirimkan putera-puterinya ke Tebuireng.

Dikarenakan bangunan dan asrama yang dimiliki Pesantren Tebuireng tidak mencukupi untuk menampung santri puteri, maka Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari menugaskan kepada K.H. Ma’shum ‘Ali guna mendirikan pesantren yang khusus untuk belajar bagi santri puteri. K.H. Ma’shum ‘Ali kemudian membeli sebidang tanah dan bangunan dari seorang dukun bayi yang kemudian hari menjadi cikal bakal Pesantren Puteri Seblak.

KH. Ma’shum ‘Ali adalah santri generasi pertama dari Pesantren Tebuireng yang kemudian diambil menantu Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari dan dinikahkan dengan Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim, puteri pertama Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari. K.H. Ma’shum ‘Ali merupakan cucu K.H. Abdul Jabbar, pendiri Pesantren Maskumambang Gresik dan pernah menjabat sebagai Direktur Madrasah Tebuireng pertama kali sejak tahun 1916 dan kemudian digantikan K.H. Muhammad Ilyas, dikarenakan harus memimpin Pesantren Puteri Seblak tersebut.

Letak Pesantren Puteri Seblak sekitar 300 meter ke arah barat dari Pesantren Tebuireng sekarang, termasuk dalam wilayah Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang. Ketika baru didirikan, situasi sekitar Pesantren Puteri Seblak tidak sama dengan situasi yang dijumpai saat ini. Dusun Seblak saat itu terkenal dengan dunia hitamnya, seperti perjudian, pencurian, prostitusi, perampokan dan sebagainya. Hal ini merupakan akibat dari berpindahnya lokasi kemaksiatan dari daerah Tebuireng ke arah barat (Seblak).

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pendirian Pesantren Puteri Seblak mendapatkan tantangan yang bertubi-tubi. Bahkan K.H. Ma’shum ‘Ali sendiri merasakannya, termasuk sering harus berhadapan dengan rayuan-rayuan para pelacur ketika hendak ke Pesantren Tebuireng untuk menemui Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari.

Peran penting yang selalu dikaitkan dengan periode pendirian dan perkembangan Pesantren Puteri Seblak adalah sosok Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim.

Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim

Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim dilahirkan pada tahun 1908 M (1326 H) di Tebuireng, Jombang. Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim merupakan puteri pertama dari Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari dan Nyai Hj. Nafiqoh. Dengan demikian, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim adalah kakak kandung dari K.H. A. Wahid Hasyim, Menteri Agama RI pertama dan bibi dari K.H. Sholahudin Wahid, Pengasuh Pesantren Tebuireng saat ini.
Meskipun tidak pernah menuntut ilmu di pesantren lain, namun pola pendidikan yang diberikan Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari telah mampu menjadikan Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim sebagai salah satu pejuang kaum perempuan yang patut diperhitungkan, baik melalui institusi pendidikan yang dikelola maupun melalui organisasi kemasyarakatan yang dipimpin.

Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim banyak mendalami ilmu dari sosok Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari, di samping upaya yang sungguh-sungguh untuk belajar sendiri (otodidak). Meskipun Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari sangat sibuk dengan berdakwah, namun tetap memiliki waktu untuk mengajarkan ilmu kepada Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim. Sering Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim mengikuti pengajian di masjid Pesantren Tebuireng dari belakang tabir.

Setelah menikah dengan K.H. Ma’shum ‘Ali, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian diutus Hadratus Syaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari untuk mendirikan pesantren di Seblak yang khusus mendidik santri puteri. Bersama suami, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim merintis pendirian pesantren tersebut. Namun, beberapa tahun setelah Pesantren Puteri Seblak berdiri, K.H. Ma’shum ‘Ali meninggal dunia pada tahun 1933 dan dimakamkan di kompleks pemakaman Pesantren Tebuireng.

Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian melanjutkan kepemimpinan Pesantren Puteri Seblak sampai tahun 1937 dengan dibantu oleh para guru. Meskipun Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim adalah seorang perempuan, namun kapasitas keilmuan yang dimiliki di bidang agama tidak diragukan lagi. Oleh karena itu, tidak jarang Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim juga memberikan pengajian di daerah-daerah sekitar Dusun Seblak.
Tidak begitu lama menjadi janda, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim menikah lagi dengan K.H. Muhaimin dari Lasem, Jawa Tengah, dan kemudian bermukim di Mekah selama kurang lebih 20 tahun. Sedangkan Pesantren Puteri Seblak untuk sementara diasuh oleh K.H. Mahfudz Anwar, menantu Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim (suami Nyai Hj. ‘Abidah Ma’shum). Pada periode mukim di Mekah ini, di samping masih menuntut ilmu kepada beberapa guru besar (syaikh), Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim juga mendirikan Madrasah Lil Banat, yaitu sebuah madrasah pertama di Arab Saudi yang dikhususkan bagi kaum perempuan. Bangunan madrasah ini berdiri tidak jauh dari Kompleks Masjidil Haram yang terkenal itu.

Atas kegigihan dalam memperjuangkan hak-hak kaum perempuan di Mekah itulah, kemudian Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim diundang oleh Raja Arab Saudi dan diberikan penghargaan khusus yang berupa sebuah cincin. Hingga saat ini, madrasah serupa belum pernah didirikan di negara Arab Saudi tersebut.
Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian kembali ke tanah air atas saran Ir. Soekarno (Presiden RI) ketika berkunjung ke Mekah, bahwa Indonesia sangat membutuhkan orang-orang berdedikasi tinggi seperti Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim untuk membangun negara yang baru merdeka tersebut.

Setelah sampai di Tebuireng, pada tahun 1957 Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim memimpin kembali Pesantren Puteri Seblak setelah K.H. Mahfudz Anwar memilih berkonsentrasi untuk mengasuh Pesantren Sunan Ampel di Jombang. Pada tahun 1970, dikarenakan kesehatan yang mulai menurun dan atas saran dr. Soediyoto, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim kemudian berpindah ke Surabaya. Selama di Kota Pahlawan ini, Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim pernah menjadi Dewan Penasihat Taman Pendidikan Puteri (TPP) Khadijah, Pengurus Yayasan Masjid Rahmat (Yasmara) Kembang Kuning, Pimpinan Wilayah (PW) Muslimat NU Jawa Timur dan sebagainya.

Nyai Hj. Khoiriyah Hasyim meninggal dunia di RSUD Jombang pada hari Sabtu tanggal 2 Juli 1983 M (21 Ramadhan 1404 H).

Lokasi

Dusun Seblak, Desa Kwaron, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang – Jawa Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar