Kamis, 09 Agustus 2012

(Ngaji of the Day) Puasa Bukanlah Bulan untuk Tidur


Puasa Bukanlah Bulan untuk Tidur

Oleh: Achmad Marzuki



Satu amalan pada bulan Ramadhan yang sangat ringan, mudah, sederhana, tak membutuhkan tenaga dan dinilai ibadah adalah tidur. Tidurnya orang yang berpuasa adalah ibadah, begitu Nabi pernah bersabda. Kebanyakan orang muslim sangat tergoda dengan ibadah yang satu ini. Mereka akan menimbang-nimbang dengan prilaku tak bernilai lainnya. Lihat saja saat ditanya kenapa seharian waktunya kebanyakan digunakan hanya untuk tidur? Mereka pasti menjawab; tidur itu lebih baik ketimbang ngomongin kejelekan orang lain, ketimbang berbohong, dan ketimbang kejelekan yang lainnya.


Seyogianya ibadah jangan ditimbang dengan hal yang di bawahnya, lihatlah pada ibadah yang di atasnya. Dan jika pebuatan jelek (dosa) jangan melihat atau membandingkan dengan keburukan yang lebih besar, lihatlah dengan kejelekan yang lebih kecil. Karena dengan begitu kita akan meresa kurang dalam beribadah dan malu dengan prilaku dosa kita. Implikasinya akan membentuk pribadi yang bertaqwa.


Training Kebaikan


Bulan puasa adalah bulan yang diadakan sebagai training kebaikan bagi umat Islam agar mendapat energi kesegaran ibadah setelahnya. Sebagaimana training lainnya, diadakannya training agar setelah selesai, para peserta training diharapkan tetap melaksanakan dan mengamalkan hasil training tersebut. Semisal training advokasi, setelah usai para peserta dapat mengaplikasikan keilmuan tentang keadvokatan. Begitu pula training kebaikan pada bulan Ramadhan ini ditujukan agar perbuatan baik pada bulan puasa tetap melekat dan dilestarikan setelah usainya bulan puasa.


Keistimewaan lainnya pada bulan Ramadhan adalah ramainya umat muslim membaca al-Qur’an dan menghatamkannya, melaksanakan shalat tarawih berjamaah, dan tentu saja menahan segala hal yang membatalkan puasa. Dari semua keagungan bulan Ramadhan yang paling spektakuler adalah malam lailatul qadar. Malam yang nilainya setara dengan seribu malam. Suatu anugerah yang sangat mulia bagi seorang muslim yang mendapatkannya.


Pada bulan Ramadhan semua ibadah dilipatgandakan oleh Allah. Ibadah sunah akan dihitung sebagaimana pahalanya ibadah wajib dan ibadah wajib akan dilipatgandakan sebanyak 70 kali. Berbicara soal ibadah sebenarnya kurang layak menghitung-hitung pahala dari suatu ibadah. Kurang etis. Nantinya ibadah kita tidak menjadi murni untuk Allah melainkan ibadah pragmatis yang selalu ditujukan pada keuntungan pribadi. Walupun begitu, pahala tetap dibutuhkan sebagai stilmulan bagi umat muslim untuk beribadah.


Artinya pahala dan hitungan kelipatan lainnya tentang ibadah bukanlah sebagai tujuan. Kalau demikian ibadah kita akan menjadi ibadah minimalis, yang hanya ditinjau dari berapa banyak pahala yang didapat. Jika hanya memperhitungkan pahala tentu akan banyak yang memilih ibadah ringan tanpa memberatkan yaitu tidur di bulan suci ini.


Ibadah Sosialis


Ibadah yang sempurna tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi melainkan juga berpengaruh kebaikan pada keadaan sekitar. Ibadah sosialis. Membaca al-Qur’an lebih baik dilakukan dengan tadarus bersama. Kesalahan-kesalahan akan dibetulkan oleh penyimak yang lain. Membagi ilmu dengan mengajar kiranya lebih bermanfaat daripada melakukan ibadah yang hanya berimplikasi pada pelaku ibadah saja.


Karena bulan Ramadhan adalah bulan training agar umat Islam menjadi lebih baik maka sudah selayaknya setelah selesainya bulan Ramadhan prilaku kita harus menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Salah satu tanda diterimanya ibadah adalah bertambah baiknya prilaku. Karena itu, manusia sendirilah yang dapat mempertimbangkan apakah ibadah yang dikerjakan diterima atau tidak. Yaitu dengan merubah sikap menjadi lebih baik.


Dengan begitu adanya Islam yang sebagai rahmat bagi seluruh makhluk akan tampak bila keadilan sosial terbentuk. Orang yang melakukan dosa bukan berarti orang tersebut tidak mengetahui bahwa yang ia kerjakan adalah dosa, melainkan kesadaran jiwa yang tidak merasa takut pada Tuhan lah yang membuatnya berani melakukan perbuatan dosa.


Momentum tepat untuk melatih diri agar sabar dan mengetahui bagaimana laparnya orang-orang miskin adalah pada bulan Ramadhan. Kalau kita menjaga puasa kita hanya dengan tidak makan dan minum tentu saja akan sia-sia. Nabi pernah bersabda “Betapa banyak orang-orang yang berpuasa yang tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan haus”. Artinya puasa akan sia-sia jika tidak memperhatikan prilaku-prilaku hari; iri, dengki, marah, dan bangga diri.


Walhasil mari pada bulan Ramadhan ini jangan hanya membuang waktu dengan ibadah tidur. Ada banyak ibadah yang lebih mulia dan lebih bermanfaat daripada tidur. Namun, jika tidak dapat mengendalikan diri barulah diperbolehkan tidur sepanjang waktu. Hiasi waktu Ramadhan kita dengan melakukan ibadah-ibadah yang bernuansa sosialis dan berdampak pada masyarakat luas. Wallahu’alam bisshawab.


* Alumni Ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo Jawa Timur, saat ini sedang melanjutkan studinya di IAIN Walisongo Semarang Jawa Tengah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar