Rabu, 01 Agustus 2012

(Ngaji of the Day) Ber-Ramadhan untuk Ber-Solidaritas


Ber-Ramadhan untuk Ber-Solidaritas

Oleh: Fatchan Himami Hasan



Marhaban ya Ramadhan Marhaban ya Khoiru Siyam......


Bulan Ramadhan telah tiba, bulan suci yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang mukmin dalam setiap tahunnya, bulan yang paling istimewa diantara bulan-bulan hijriyah.


Bulan Ramadhan adalah bulan suci yang penuh hikmah bagi manusia, salah satu bulan yang istimewa karena penuh dengan berkah dan ampunan Allah swt. Bahkan di bulan yang spesial ini apabila melakukan ibadah atau amalan-amalan yang bersifat sunnah mendapatkan pahala laksana amalan-amalan yang bersifat wajib yang dilakukan di bulan-bulan lain selain bulan Ramadhan dan apabila menunaikan amalan yang wajib maka akan mendapat imbalan pahala yang berlipat ganda dibandingkan dengan pahala dibulan-bulan biasa.


Di bulan Ramadhan orang-orang muslim wajib berpuasa selama 1 bulan penuh dari subuh hingga magrib, dan di bulan Ramadhan orang-orang muslim melaksanakan ritual ibadah seperti sholat sunnah tarawih berjama’ah di masjid-masjid atau pun di musholla yang dilanjutkan dengan tadarus (pembacaan Alqur’an) bersama-sama.


Meningkatkan rasa solidaritas antar sesama.....


Menurut GusDur “puasa adalah cara bagi kita untuk mawas diri agar tidak terkecoh dengan sebuah pola hidup yang mendorong kita untuk meningkatkan kenikmatan materi serta kenikmatan indrawi. melainkan harus mengutamakan dimensi solidaritas kemanusiaan dalam arti turut meringankan penderitaan orang lain, serta untuk menyadari fitrah kita sebagai mahluk yang sama mulia di hadapan Allah swt”.


Berpuasa dalam arti yang sebenarnya adalah menahan diri, menahan diri dari rasa lapar dan dahaga serta menahan dari segala hawa nafsu (amarah dan gairah), dengan berpuasa kita belajar bagaimana merasakan keadaan yang dirasakan oleh sebagian saudara-saudara kita yang belum beruntung dengan selalu merasakan kehausan, kelaparan serta keletihan karena sulitnya menjaga stamina, dengan berpuasa kita dapat merasakan apa yang mereka rasakan terus menerus dalam bulan Ramadhan maupun di luarnya karena kemiskinan dan kemelaratan serta kebodohan dan keterbelakangan, sehingga dengan berpuasa kita bisa lebih perduli kepada mereka melalui selalu berbagi dengan mereka atas nikmat yang kita punya.


Di bulan Ramadhan kita harus menyadari fitrah kita sebagai manusia yang mana Allah menciptakan kita agar selalu berbagi dalam menjaga solidaritas tanpa memandang jabatan, kekuasaan dan ataupun perbedaan-perbedaan sikap serta pandangan. Kita harus meninggalkan rasa ingin bersaing atau pesaingan dalam meraih materi sebanyak-banyaknya oleh keinginan kuat mengalahkan orang lain untuk memburu kenikmatan duniawi serta kenikmatan indrawi. Sehingga membuat sikap santunan kita kepada orang lain hanyalah sikap pemberian dari orang yang kuat kepada orang yang lemah, suatu sikap yang merendahkan manusia dengan menganggap derajat kita lebih tinggi dari yang lain.


Dengan berpuasa di bulan Ramadhan kita juga belajar untuk meningkatkan totalitas penghambaan kita kepada Allah swt dengan tidak menghakimi atau mencibir orang lain yang tidak berpuasa, karena dengan menghakimi dan mencibir orang-orang yang tidak berpuasa berarti kita telah menganggap diri kita orang yang paling suci atau orang yang paling mulia dihadapan Allah swt, akan tetapi pada dasarnya hal tersebut justru membuat kita mengingkari fitrah kita sebagai manusia, karena fitrah atau keaslian diri kita sebagai manusia adalah menempatkan semua manusia sebagai mahluk yang mulia dihadapan Allah swt.


Dalam melaksanakan ibadah puasa tentunya menahan diri dari rasa ingin mengadili orang lain adalah wajib hukumnya, karena pada dasarnya kita sebagai manusia tidak mempunyai kapasitas untuk mengadili atau mengomentari setiap apa yang orang lain lakukan melainkan menjadikan pelajaran bagi diri kita sendiri tentang apa yang orang lakukan untuk membuat kita menjadi lebih baik kedepannya.

Kenapa bulan Ramadhan menjadi bulan yang paling suci diantara bulan-bulan yang lain? Jawabannya adalah karena di bulan Ramadhan kita dapat mengembangkan ikatan sosial dengan solidaritas yang kuat yang didukung oleh keprihatinan dan kebersamaan serta kesediaan untuk menolong orang lain agar kita mendapatkan maghfiroh (ampunan) dari Allah swt.


Dan tentunya berpuasa di bulan Ramadhan bukanlah hanya melaksanakan legalitas formal belaka (seperti tidak memasukkan air setetes pun ke dalam tenggorokan kita karena itu akan membuat puasa kita batal), dan atau pun melaksanakan rutinita religius saja (seperti melakukan sholat sunnah tarawih dan selalu membaca Alqur’an atau mengurangi tidur), melainkan juga sebagai momen untuk meningkatkan rasa solidaritas kita antar sesama ummat manusia.


Dengan selalu mengharap ampunan dari Allah swt atas segala kesalahan-kesalahn yang kita lakukan serta terus berusaha dalam membebaskan diri dari segala macam belenggu yang memisahkan kita dari manusia yang lain untuk mengekang diri dari segala nafsu untuk mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya atau pun mengokohkan kekuasaan secara semena-mena melainkan membangun solidaritas demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Bulan puasa hendaknya kita akhiri didalam Idul Fitri yaitu hari raya untuk peleburan diri dan bukan untuk bersuka cita semata-mata akan tetapi untuk bersuka cita bersama ummat manusia bukan karena apa-apa melainkan karena kita berdrajat dan berkedudukan yang sama dihadapan Allah swt.


Teringat syair Bang Iwan Fals dalam sebuah lagunya...“di bulan Ramadhan pahala bertebaran dan pintu maaf terbuka lebar-lebar”...


* Pengurus GUSDURian Banyuwangi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar