Bayangkan:
Presiden Trump!
Oleh:
Budiarto Shambazy
Luar
biasa sekali rasa percaya diri Donald Trump ketika berpidato menerima
pencalonan sebagai presiden di hari terakhir Konvensi Republik di Cleveland,
Ohio, Jumat (22/7). Ia sesumbar mengatakan, "Hanya saya sendiri yang mampu
memperbaiki semuanya". Trump merasa tak perlu bantuan siapa pun untuk
mengatasi berbagai krisis yang melanda Amerika Serikat dewasa ini, khususnya
ancaman terorisme internasional dan meroketnya angka kriminalitas dalam negeri.
Di atas
podium, Trump mengatakan, AS dirundung "kemiskinan dan kekerasan di dalam
negeri" serta "perang dan kehancuran di luar negeri". Lalu, ia
menawarkan solusi. "Saya suara kalian. Saya hanya sendiri yang mampu
memperbaiki semuanya. Saya akan memulihkan hukum dan ketertiban," kata
pria kelahiran Queens, New York City, 14 Juni 1946, itu.
Sekadar
perbandingan, ada tiga capres Republik yang memenangi pilpres dalam era modern,
yakni Ronald Reagan (1981-1989), George HW Bush (1989-1993), dan George W Bush
(2001-2009). Sebagai tokoh-tokoh teras Republik, mereka konservatif dan
religius. Dalam pidato penerimaan pencalonan saat konvensi, mereka dengan
rendah hati memohon dukungan rakyat dan partai sembari mengajak hadirin berdoa
meminta berkah Tuhan.
Trump
bukan sosok dari kalangan mapan konservatif atau religius. Trump konglomerat
dengan kekayaan yang ditaksir mencapai sekitar 4,5 miliar dollar AS. Ia menikah
tiga kali dengan Ivana Zelnickova (1977-1991), Marla Maples (1993-1999), dan
Melania Knauss (2005-sekarang).
Trump
baru tahun 1987 bergabung dengan Republik, sebelumnya orang Demokrat tulen. Ia
sempat loncat ke Partai Reformasi (1999-2001) untuk menjadi capres, tetapi
"balik kanan" ke Republik. Pada 2011, Trump berniat lagi mencalonkan
diri sebagai presiden melalui jalur independen, tetapi urung dan kembali lagi
ke pangkuan Republik.
Trump
dikenal sebagai donatur politik yang murah hati untuk hampir semua politisi top
di AS, termasuk untuk Bill dan Hillary Clinton. Trump telah tercatat sebagai
capres terkaya dalam sejarah AS, juga sebagai selebritas pemeran utama serial
reality show The Apprentice yang ditayangkan di NBC sejak 2004 sampai 2015.
Ketika
resmi "nyapres", 16 Juni 2015, Trump bukanlah unggulan. Trump,
bersama dokter Ben Carson dan eks CEO Hewlett-Packard Carly Fiorina, mesti
menghadapi 14 capres kelas berat yang sudah malang melintang sebagai
gubernur/eks gubernur ataupun senator/eks senator. Baru pertama kali dalam
sejarah, ada 17 capres Republik yang saling bertarung untuk merebut Gedung
Putih yang selama delapan tahun (dua periode) dihuni presiden Demokrat, Barack
Obama.
Perlawanan
"status quo"
Trump
tampil mengejutkan berkat gagasan membangun tembok di perbatasan Amerika
Serikat-Meksiko untuk menghentikan arus imigran gelap dari negara-negara di
Amerika Tengah dan Selatan. Kini, ada sekitar 11 juta imigran gelap dari
negara-negara Latin tersebut, sekitar separuhnya berasal dari Meksiko. Tak lama
kemudian Trump merangsek dengan gagasan larangan Muslim berkunjung ke AS, yang
menimbulkan reaksi negatif dari dalam dan luar negeri.
Trump
berbicara lantang mengenai hal-hal yang selama ini tabu diucapkan para
politisi. Ia, misalnya, tak peduli bahwa keturunan Latin, yang mencapai sekitar
17 persen, akan memusuhinya. Secara perlahan-lahan tetapi pasti, Trump
menggairahkan basis-basis politik Republik yang kecewa terhadap kondisi
ekonomi, terhadap kepemimpinan Obama, dan juga terhadap Republik, yang sebagai
partai penguasa di Kongres ternyata dianggap takluk di tangan Gedung Putih.
Pendek
kata, rakyat Republik melancarkan pemberontakan terhadap penguasa status quo di
bawah kepemimpinan Trump yang dianggap aspiratif dan karismatik. (BERSAMBUNG)
[]
KOMPAS,
26 Juli 2016
Budiarto Shambazy | Wartawan Senior KOMPAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar