Tafsir Kontekstual
Ayat-ayat Al-Qur'an
Judul
: Al-Qur'an Abad 21: Tafsir Kontektual
Penulis
: Prof Abdullah Saeed
Penerbit
: Mizan
Cetakan
: Januari 2016
ISBN
: 978-979-433-921-3
Tebal
: 316 halaman
Peresensi
: Munawir Aziz, Peneliti Islam Nusantara, aktif di Gerakan Islam Cinta dan
Jaringan GusDurian.
Perkembangan Islam di
dunia sedang diancam oleh terorisme berlabel agama dan radikalisme bersikap.
Keduanya mengancam sisi humanis dari nilai-nilai Islam, sebagaimana yang
diajarkan Nabi Muhammad: mewartakan perbaikan akhlak dan moral. Islam yang
keras dan brutal, merebut simbol-simbol sekaligus penanda utama wajah muslim
dunia. Inilah yang menjadi tantangan bersama: bagaimana menghadirkan Islam yang
penuh cinta, Islam yang mewartakan keramahan?
Di tengah arus
pemahaman akan nilai-nilai Islam, tafsir al-Qur'an menjadi salah satu kuncinya.
Dalam ruang tafsir al-Qur'an—sebagai pintu untuk mengakses ayat-ayat,
pengetahuan dan kebenaran—bertemu dua pandangan: literal dan kontekstual. Cara
pandang literal lebih mendasarkan pada rujukan tekstual ayat al-Qur'an tanpa
tafsir, sekaligus menghilangkan kajian ilmiah yang dilakukan oleh ulama-ulama selama
ratusan tahun. Kelompok literalis ingin mengacu langsung pada ayat-ayat
al-Qur'an dan hadits, tanpa melalui wasilah keilmuan dan kedalaman spiritual
ulama muslim.
Sedangkan, cara
pandang kontekstual menghadirkan pemahaman-pemahaman atas kondisi zaman, produk
pengetahuan dan arus waktu yang berputar pada tiap generasi. Kelompok yang
menggunakan tafsir kontekstual, ingin agar ayat-ayat al-Qur'an dapat menjadi
solusi atas beragam problem kontemporer masyarakat dunia.
Tafsir kontekstual
menawarkan alternatif yang amat penting bagi umat Islam kontemporer demi
mengimbangi tafsir tekstual yang begitu dominan saat ini. Sprektrum tafsir
kontekstual merentang dari pendekatan yang bergantung sepenuhnya pada makna
literal teks (hard textualism), hingga pendekatan yang mempertimbangkan
sejumlah elemen kontekstual (soft textualism).
Di buku ini,
"Al-Qur'an Abad 21: Tafsir Kontektual" (Mizan, 2016), Prof. Abdullah
Saeed membahas pendekatan kontekstual dalam penafsiran al-Qur'an, yang kini
tengah banyak diminati, di kalangan umat Islam dunia. Abdullah Saeed, dalam
buku ini mengembangkan gagasannya sendiri, dengan harapan dapat memperkaya
studi al-Qur'an saat ini serta mengangkat topik yang terkait erat dengan
pendekatan kontekstual.
Tafsir kontekstual
Tradisi tafsir
al-Qur'an telah ada sejak masa Nabi Muhammad (w.11 H/632 M). Pemahaman atas
al-Qur'an lebih mudah dilakukan pada masa Nabi karena beberapa alasan.
Al-Qur'an turun dalam bahasa Arab, sebuah bahasa yang digunakan oleh Sang Nabi
dan para sahabat. Lebih dari itu, para penerima al-Qur'an juga memiliki konteks
personal dan sosial secara langsung dengan sang Nabi. Lebih penting lagi,
al-Qur'an hadir dalam konteks asli sehingga al-Qur'an memiliki hubungan
ideologis dengannya. Elemen-elemen konteks ini, mencakup juga masa pewahyuan
(610-632 M), tempat turunnya wahyu (Hijaz di Jazirah Arab), dan kebiasaan serta
masyarakat pada waktu wahyu diturunkan (hal. 28).
Menurut Abdullah
Saeed, pendekatan tekstual yang sangat bergantung pada makna
"literal" ayat—dengan mempertimbangkan kompleksitas penerapan
praktisnya—telah menjadi pendekatan utama dalam tradisi tafsir, khususnya yang
berkaitan dengan ayat-ayat hukum/etika (ethico-legal), dan dalam literatur
fikih. Namun, dalam semua variannya, pendekatan tekstual gagal memberikan
keadilan yang utuh atas ayat-ayat tertentu yang ditafsirkan. Akibatnya,
ayat-ayat al-Qur'an dipandang tidak relevan bagi kondisi masyarakat muslim
kontemporer, atau dipraktikkan tidak secara semestinya, sehingga justru merusak
prinsip-prinsip dasar al-Qur'an (hal. 12).
Sedangkan, kelompok
kontekstualis memberi nilai hermeneutik yang besar bagi konteks historis saat
pewahyuan al-Qur'an—awal abad ke-7 M—dan penafsiran setelahnya. Mereka
berpendapat bahwa, para sarjana semestinya sangat sensitif dengan kondisi
sosial, politik, ekonomi, intelektual dan budaya pada saat penurunan wahyu.
Kelompok kontekstualis lebih cenderung melihat al-Qur'an sebagai sumber panduan
praktis (hal. 13). Dengan demikian, pendekatan kontekstual memberi sumbangsih
agar ayat-ayat al-Qur'an dapat menjadi perspektif untuk membedah problem
kontemporer umat manusia.
Dalam catatan
Abdullah Saeed, tafsir kontekstual Umar menjadi salah satu referensi penting
bagaimana al-Qur'an ditafsirkan pada masa awal. Umar bin Khattab menafsir ulang
aturan-aturan dan perintah dalam al-Qur'an dengan mempertimbangkan konteks.
Bagi Umar, al-Qur'an merupakan teks yang hidup, dan petunjuknya membutuhkan
penafsiran yang sesuai dengan spritinya sehingga tetap sesuai dengan lingkungan
yang berubah. Gagasan-gagasan dalam tafsir kontektual yang dilakukan Umar,
semisal kepentingan umum, properti publik, pemerataan dan keadilan, serta
kesadaran akan konteks yang berubah menjadi acuan tafsir kontekstual masa kini
(hal. 67-68).
Isu utama bagi usaha
penafsiran ini, adalah bagaimana al-Qur'an dibuat selaras dengan masyarakat
Muslim yang beragama dalam kurun lebih dari 1.400 tahun. Kebanyakan ayat
al-Qur'an mengeksplorasi isu-isu etika, moral, teologi, spiritual, dan historis
serta menyoroti manusia dengan cara melampaui konteks-konteks spesifiknya.
Dalam pemahaman ini, ajaran-ajarannya bisa digeneralisasi demi mengakomodasi
berbagai situasi dan kondisi yang baru. Al-Qur'an sering tidak menyoroti
isu-isu dan hal-hal spesifiknya namun pada level prinsip-prinsip moral secara
umum.
Hal ini, dicontohkan
dalam beberapa rujukan al-Qur'an mengenai bagaimana Tuhan secara konstan
menjunjung tinggi pentingnya kejujuran dan keadilan, serta perhatiannya pada
kaum yang terpinggirkan, lemah dan rentan bersamaan dengan tema-tema mengenai
pertanggungjawaban dan kehidupan setelah mati, serta hikmah dari berbagai kisah
historis (hal 294).
Gagasan-gagasan
Abdullah Saeed dalam buku ini, menunjukkan bagaimana kegelisahan seorang
akademisi dalam melihat perkembangan kaum muslim pada abad ini. Saeed melihat
gelombang muslim yang cenderung memotong arus untuk mendapatkan pemahaman yang
komprehensif terhadap pesan-pesan al-Qur'an. Kelompok tekstualis yang digugat
oleh Saeed tidak melihat konteks pewahyuan sekaligus arus zaman dalam pemaknaan
ayat-ayat al-Qur'an.
Buku ini, merupakan
sumbangsih Abdullah Saeed dalam menjernihkan kembali pemahaman kaum muslim
untuk melihat al-Qur'an. Saeed ingin agar ayat-ayat al-Qur'an yang dianggap
kontroversial, dibaca dengan perspektif nilai-nilai utama Islam, yakni keadilan
dan cinta kasih. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar