Jumat, 03 Januari 2014

(Ngaji of the Day) Do'a Istimewa Sebelum dan Sesudah Tidur



Do'a Istimewa Sebelum dan Sesudah Tidur

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”

Dari Demikian surat Ali Imran ayat 90 menerangkan bahwa dalam pergantian malam dan siang terdapat satu tanda bagi orang yang berakal. Artinya pergantian malam dan siang itu sendiri merupakan sebuah tanda. Tanda adalah sesuatu yang kehadirannya mewakili sesuatu yang lain. Tentunya sesuatu yang diwakili jauh lebih besar dari pada yang mewakilinya. Sebagaimana api jauh lebih dahsyat dari pada asap yang menandainya. Demikian pula yang terjadi dengan pergantian malam dan siang. Pada hakikatnya pergantian itu adalah sekedar penanda akan adanya sesuatu yang lebih dahsyat (Kekuaasaan Allah Yang Maha Kuasa).

Jika kita mau berpikir sejenak sesungguhnya malam merupakan sebuah misteri besar. Karena malam sengaja diciptakan dengan penuh kegelapan. Segala unsur negatif selalu saja diidentikkan dengan yang gelap dan hitam. Hitam dan gelap adalah dua hal yang menakutkan bagi manusia. Malam yang hitam seolah mengintai kelengahan manusia, karena malam mejadikan manusia terlelap dalam tidurnya. Begitu kekhawatiran manusia akan adanya yang gelap, hingga mereka berusaha mengubahnya menjadi terang. Dengan lampu, listrik dan cahaya buatan. Sehingga tidak salah jika malam difahami oleh sebagian orang sebagi ruang pergerakan mereka yang serba hitam.

Berbeda dengan siang yang terang benderang. Segalanya menjadi jelas. Terang yang mengusir kegelapan difungsikan manusia sebagai ruang beraktifitas dan bekerja. Dengan yang terang tidak ada lagi yang ditakutkan.

Oleh karena itulah, sebagai makhluk yang lemah Rasulullah saw mengajari umatnya untuk berdo’a menitipkan diri kepada-Nya ketika hendak terlelap dalam tidur, bukankah manusia tidak kuasa menjaga dirinya ketika terlelap. Manusia hendaklah pasrah kepada-Nya, karena manusia yang lemah tidak mungkin terjaga selamanya.

باسمك ربى وضعت جنبى وبك أرفعه فان أمسكت نفسى فارحمها وإن أرسلتها فاحفظها بما تحفظ به عبادك الصالحين

Bismika rabbi wa dha’tu janbi wa bika arfa’uhu fain amsakta nafsi farhamha wa in arsaltaha fahfadhha bima tahfidhu bihi ‘ibadakas shalihin

Dengan nama Engkau Tuhanku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan nama-Mu pula aku bangun. Apabila Engkau menahan rahku, berilah rahmat padanya. Tapi jika Engkau melepaskannya, maka peliharalah sebagaimana engkau menjaga hamba-hambaMu yang shaleh. (Sahih Bukhari)

Demikianlah Rasulullah saw mengajari umatnya menitipkan diri kepada Allah swt Yang Maha Kuasa. begitu pula sepatutnya manusia bersyukur ketika berhasil melewati malam yang menakutkan dan kembali menikmati terang. Bukankah ketika manusia terlelap dalam tidurnya, segala hal yang tidak diinginkan bisa terjadi, mengingat punahnya kesadaran ketika manusia tertidur. Demikianlah Rasulullah saw dalam haditsnya mengajarkan umatnya untuk berdo’a sebagaimana terdapat dalam Sahih Tirmidzi

الحمد لله الذى عافانى فى جسدى ورد علي روحى وأذن لى بذكره

Alhamdulillahil ladzi ‘afani fi jasadi wa radda ‘alayya ruhi wa adzinli bi dzikrihi

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kesehatan pada jasadku dan mengembalikan ruhku kepadaku, serta merestuiku untuk berdzikir kepadanya.

Melalui do’a ini sebenarnya Rasulullah saw memberikan peringatan kepada umatnya, pertama manusia selalu lengah ketika tidur. Kesadarannya hilang semua, sementara itu berbagai macam lobang dalam tubuh manusia tetap saja terbuka dan menganga. Apapun bisa terjadi, termasuk juga gangguan hewan melata. Karena itu ketika tersadar sudah selayaknya memanjatka syukur kepada-Nya. kedua bahwa dalam posisi tidur ruh manusia telah pergi, tetapi kemudian ketika terjaga ruh itu kembali. Sehingga momen kembalinya ruh ke dalam jasad ini perlu disyukuri. Bayangkan saja jika kemudian ruh itu bertukad jasad. Apa yang akan terjadi? Ketiga, manusia sebagai makhluk yang lemah haruslah sadar, bahwa kemampuan, pemahaman, pengetahuan dan kesadaran akan kekuasaan-Nya juga di dapat dari-Nya. Begitu pula kemampuan manusia mensyukuri nikmat-Nya, juga merupakan pemberian dari-Nya. []

Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar