Rabu, 15 Januari 2014

Kiai Industrialis dari Lamongan - Jawa Timur



Kiai Industrialis dari Lamongan

Kalau ada kiai menjadi petani atau pedagang sukses itu biasa, tetapi ada kiai yang suskses menjadi seorang industrialis, dialah Kiai Baqir Adelan dari Kranji Lamongan Jawa Timur. Kiai ini belajarnya tidak jauh amat. Ia nyantri di Tambakberas dan Denanyar Jombang. Dari Kiai Bisri dan Kiai Wahab Chasbullah itulah ia belajar banyak hal, tidak hanya belajat kitab kuning dan politik, tetapi juga belajar berbisnis. Dengan bisnis itulah para kiai pesantren saat itu bisa mandiri, baik secara politik maupun kebudayaan.

Kiai yang memimpin Pesantren Tarbiyatut Tholabah Kranji Lamongan ini, mulanya hanya berbisnis meubeller. Tetapi ketika melihat kehidupan nelayan di daerah pantura itu sangat terbatas penghasilannya, maka ia memutar otak untuk memperbaiki nasib para nelayan. Maka pada tahun 1970-an dibuatlah kontruksi kapal besar berbobot mati 10 ton, sehingga bisa mengarungi lautan lebih jauh dan dapat membawa muatan lebih banyak dari kapal tradisional. Karena itu kapal berbahan kayu jati pilihan yang diproduksi oleh PT Barokah Sejati itu dikontruksi lebih modern, ketika kapal tidak lagi cukup digerakkan oleh layar, tetapi digerakkan dengan mesin.

Pada mulanya, rencana besar itu ditertawakan banyak nelayan, bahkan ada orang yang berani bersumpah akan makan ikan mentah kalau kapal kontruksi sang kiai itu bisa menghasilkan. Di tengah lecehan itu niatnya untuk mengembangkan nelayan tidak pudar bahkan merasa tertantang. Akhirnya kapal yang dikontruksi bersama H Mas’ud itu berhasil melayar dan mendapatkan banyak ikan. Akhirnya masyarakat mulai memesan kapal kepadanya. Memang harganya sedikit mahal karena kapasitas kapal lebih besar dan pendapatan cukup banyak, sehingga harga tidak menjadi masalah. Saat itu dermaga dan pusat pelelangan ikan di Paciran ramai, karena lelang ikan main besar dan dihadiri oleh pedagang dari berbagai kota.

Kesibukannya sebagai pengusaha tidak mengurangi intensitas pengajiannya, bahkan masih sempat menulis beberapa kitab, baik dalam bidang tata bahasa, fikih, tauhid dan tasawuf. Selain itu, ia juga tetap aktif sebagai pengurus NU Cabang Lamongan bahkan juga sebagai Anggota Syuriyah NU wilayah Jawa Timur, saat dipimpin oleh KH Hasyim Muzadi. Justru dengan aktivitasnya itu relasinya lebih luas, sehingga produksinya lebih dikenal berbagai kalangan.

Dengan kontruksi dan desainnya yang kuat dan estetik , maka kapal produksinya mulai dipesan dari luar Lamongan, jurusan Kelautan Universutas Brawijaya memesan kapal dari dia untuk penelitian. Dinas Perikanan Jawa Timur juga menggunakan kapal produksinya . Bahkan pabrik kapal nasional, PT PAL juga memesan banyak kapal dari sang kiai untuk keperluan riset dan pengembangan perkapalan.

Yang menarik, hasil dari pabrik kapalnya itu tidak dimanfaatkan sendiri, tetapi digunakan untuk membiayai pendidikan pesantrennya. Dan sebagian lagi untuk dakwah dan membiayai jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Hingga saat ini Pesantren yang dibangunnya telah memiliki sekolah sejak taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Atas kesuksesannya itu, orang hanya menduga dia mewarisi ilmu Nabi Nuh, atau termasuk keturunan Empu Nala ahli perkapalan Majapahit. Tetapi yang jelas ia mau bekerja keras, terlepas apa ilmu dan keturunan siapa. Dia ini kiai yang patut diteladani. []

(mdz)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar