Selasa, 21 Januari 2014

Gus Mus: Pemimpin Pilihan Tuhan



Pemimpin Pilihan Tuhan
Oleh: KH. A Mustofa Bisri

BAGI umat Islam, pemimpin paling pemimpin tentulah Nabi Agung Muhammad SAW. Hamba yang dipilih Allah untuk menjadi pemimpin dunia dan akhirat. Pemimpin yang memimpin manusia menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin pilihan Allah dianugerahi-Nya sifat-sifat yang apabila ditiru-contoh pemimpin-pemimpin dunia (zuama) maupun ''pemimpin-pemimpin akhirat'' (ulama) pasti akan sukses.

Sebagai pemimpin manusia, Nabi Muhammad SAW bukan saja manusia sejati. Tapi, beliau juga manusia yang mengerti ma­nusia dan manusia yang memanusiakan manusia. Banyak pemimpin yang tampaknya manusia, namun tidak mengerti manusia. Mereka pikir semua manusia sama atau harus sama dengan mereka. Banyak pemimpin yang tidak memanusiakan manusia. Tidak mampu menghargai manusia sebagai manusia, sebagaimana Allah sendiri menghargainya (Q 17: 70).

Nabi Muhammad SAW sangat mengerti dan menghargai manusia. Mengerti bahwa manusia itu tidak sama, baik dalam hal kemampuan fisik, pemikiran, maupun kecenderungan-kecenderungannya. Beliau membedakan ujarannya kepada setiap orang sesuai dengan daya tangkap yang bersangkutan. Demikian pula perintah-perintahnya.

Apabila ujaran, perintah, atau ajaran umum untuk semua orang; maka selalu berciri tawassuth, tengah-tengah dan dikaitkan dengan kemampuan dan kesanggupan. "Idzaaaa amartukum biamrin fa'tu minhu mastatha'tum," kata beliau. Apabila aku memerintahkan sesuatu kepadamu, laksanakanlah semampumu. Itu sejalan dengan firman Allah, "IttaquuLlaaha mastatha'tum" (Q 64: 16).

Sebagai pemimpin, Nabi Muhammad SAW dianugerahi kelembutan hati, kelapangan dada, dan rasa belas kasihan yang mendalam terhadap mereka yang dipimpinnya. Beliau tidak kasar dan apalagi kejam, baik dalam tindakan atau sekadar ucapan. Beliau lebih suka memaafkan daripada membalas sikap bodoh orang. Bahkan, untuk mereka yang berdosa kepada Tuhan, beliau memohonkan ampun.

Meskipun seorang utusan Tuhan, Rasulullah, beliau tidak segan-segan bermusyawarah dengan para pengikutnya dalam berbagai masalah. Itu sesuai dengan yang diperintahkan Tuhannya dalam Q 3: 159. Faktor itulah yang membuat beliau dicintai dan ajakannya mendapat sambutan yang luar biasa.

Ada ciri lain yang sangat penting yang perlu ditiru oleh mereka yang ingin menjadi pemimpin masyarakat dan perlu dicatat masyarakat yang akan memilih pemimpin. Dalam kalimat yang singkat dan padat, Allah memerikan rasul-Nya yang agung ini dengan firman-Nya: "Laqod jaa-akum Rasuulun min anfusikum 'aziizun 'alaihi maa 'anittum, hariishun 'alaikum bilmu'miniina rauufun rahiim" (Q 9: 128).

"Sungguh telah datang kepada kalian, seorang rasul dari kalangan kalian sendiri yang sangat tidak tahan melihat penderitaan kalian, penuh perhatian terhadap kalian, dan kepada orang-orang yang beriman amat mengasihi dan menyayangi" (Ini terjemahan bebas saya yang mungkin sedikit berbeda dengan terjemahan Al-Quran dan Terjemahannya terbitan Mujamma Al-Malik Fahd Madinah yang berasal dari terjemahan Departemen Agama RI yang menerjemahkan kalimat 'aziizun 'alaihi maa 'anittum secara harfiah dengan: "berat terasa olehnya penderitaanmu").

Dalam firman yang singkat padat ini, kita bisa jelas melihat bahwa Nabi Muhammad SAW sebagai pemimpin memiliki karakter utama: (a) tidak tahan melihat - atau menurut "terjemahan Depag" berat terasa olehnya - penderitaan umatnya; (b) penuh perhatian kepada mereka; dan (c) terhadap mereka yang beriman, sangat mengasihi dan menyayangi.

Seluruh hidup pemimpin Agung yang lemah lembut, santun, dan tidak kasar - yang kita peringati hari kelahirannya saat ini - dikhidmahkan untuk melaksanakan perintah Allah; memikirkan dan memperjuangkan kebahagiaan umat dan menghilangkan penderitaan mereka, baik di dunia maupun di akhirat.

Limpahkanlah ya Allah, salawat dan salam-Mu kepada Pemimpin Agung kami. Dan anugerahilah kami pemimpin yang meneladani kepekaan, kelembutan, perhatian, dan kasih sayangnya kepada umat. Amin. []

JAWA POS, 14 Januari 2014
A Mustofa Bisri ; Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Rembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar