Selasa, 28 Januari 2014

Bakti Sosial Warga 2014: Menerjang Kembali Ciherang, Menembus Lagi Cabangbungin



Bakti Sosial Warga 2014: Menerjang Kembali Ciherang, Menembus Lagi Cabangbungin

Musim penghujan di awal 2014 telah tiba dan hadir kembali. Derasnya curah air mengguyur seantero wilayah Kabupaten Bekasi tanpa terkecuali. Seakan tiada menyisahkan sejengkal tanahpun untuk diguyuri air dengan volume ribuan atau mungkin jutaan meter kubik, sehingga akhirnya menenggelamkan sebagian sendi-sendi kehidupan warga.

Genangan air dan banjir di Telajung, Tambun, Cibitung, Cikarang, Kedungwaringin, Cipayung, Sukatani, Sukakarya, Muara Gembong, Cabangbungin, dan lainnya hilir mudik antri masuk dalam berita. Kondisi lingkungan yang terbaca di media cetak dan online dan tersaksikan di media televisi, sungguh menyesakkan dada karena alam yang murka dan merata di hampir seluruh wilayah.

Selain meratanya daerah yang terdampak, ketinggian muka airpun beragam. Ada yang kediamannya aman-aman saja, namun akses jalan menuju ke daerah sekitarnya terputus tiada celah. Ada yang masuk ke dalam ruang tamu hanya setumit, hanya sebetis, hanya sedengkul, hanya sepaha, dan seterusnya.

Ada lagi yang masuk sampai ke dalam ruang keluarga sepinggang, sedada, sebahu, seleher, dan juga seterusnya. Ya Tuhan, di beberapa tempat dikabarkan malah ada yang terlihat hanya atap gentengnya saja.

Di selah-selah hilir mudik berita memprihatinkan ini, pada tanggal 17 Januari 2014, jam 07:16;14, masuk sebuah pesan pendek, sms, dari seorang sahabat yang terakhir kali berjumpa setahunan lampau, berbunyi: “Asslm wr wb. Pak, saya Kandi, yg pernah bapak bantu waktu banjir dulu. Dan sekarang air lebih besar dari dulu, masyarakat perlu bantuan lagi, pak. Alamat Kp. Cabang Dua Bulak RT15/08 Desa Lenggahsari, Kec. Cabangbungin, Kab. Bekasi”.



Duar…!!! Setelah membaca pesan pendek itu, bayangan segera melanglang jauh ke sekitar satu tahun silam, dimana kita pernah bersilaturahmi dengan Pak Kandi sebagai salah satu tokoh masyarakat di sana beserta seluruh warganya. Duh, kami kangen sekali.

Segera pesan pendek itu saya teruskan kepada teman-teman yang lain, Pak Udin RT, Pak Adang Romli, Pak Zaelani, dan Komandan Lingkungan, Kombes Deni Kusworo. Dan segera juga pekerjaan dilakukan pararel berbagi tugas. Menyebarkan informasi melalui pengeras suara Mushalla, melalui verbal dari mulut ke mulut, pesan spanduk, sampai membuat Surat Edaran bernomor 001/S.Int/RT002.RW010/I/14 tentang Bakti Sosial Warga RT002/ RW010 Desa Jayamukti untuk Korban Bencana Banjir.

Surat tertanggal 22 Januari 2014 itu mengajak kepada seluruh warga untuk berpartisipasi pada kegiatan Baksos dengan menyiapkan:
1.     NASI BUNGKUS sebanyak minimal 3 (tiga) bungkus per KK. Agar terlihat rapi dan seragam, maka nasi bungkus tersebut diharapkan:
-       dibungkus dengan kertas nasi berwarna coklat;
-       lauk ayam dan sayur oseng-oseng kering;
-       nasi, lauk ayam, dan sayur oseng-oseng kering harap DIPISAH.
2.     Air minum dalam kemasan.
3.     Baju layak pakai.
4.     Peralatan sekolah, peralatan ibadah, uang, dll.


Minggu, 26 Januari 2014



Akhirnya, hari yang ditunggu telah tiba. Minggu pagi yang cerah, 26 Januari 2014, ibu-ibu warga RT002/ RW010 Jayamukti telah berkumpul di rumah Bu Adang yang digunakan sebagai Posko untuk mempersiapkan segala sesuatunya. Bantuan dari warga yang terus mengalir sejak 3 hari sebelumnya disortir, dikumpulkan, dipaking dan dirapikan bersama-sama.

Bapak Adang Romli beserta istri yang tempat tinggalnya didapuk sebagai Posko tidak sekedar berpangku tangan, beliau tercatat sebagai pasangan yang paling sibuk se-Jayamukti pagi itu. Semoga Gusti Allah merahmati beliau sekeluarga….


Persiapan Loading Logistik


Hasil catatan Kania, putri semata wayang Pak Adang, sampai dengan pukul 10:15 WIB, seluruh sumbangan dari warga adalah sebagai berikut:


Sungguh sangat mengharukan, persiapan yang hanya dalam waktu sekitar 4 hari mampu menggerakkan hati nurani warga RT002/ RW10. Kebersamaan seperti ini sungguh merupakan sebuah hal yang sangat membanggakan semua.

Setelah mobil yang akan digunakan untuk mengangkut logistik telah datang, bahu membahu Pak Waris, Pak Herman, Mas Fauqi, Pak Zaelani dan lainnya membantu memasukkan barang-barang ke dalam bak mobil. Sampai pada akhirnya, waktu menunjukkan pukul 11:15 WIB, semua barang sudah terangkut dan terbungkus dengan rapi, siap berangkat.


Berangkat ke Cabangbungin




Sekitar pukul 11:20, dua mobil beriringan berangkat menuju lokasi. Rencana perjalanan, mengambil rute Giant – Lemah Abang – Pilar – Sukatani – Sukakarya – Srenseng – Sasak Baron – Cabangbungin. Berbeda dengan kegiatan setahun lalu, yang sampai menggunakan 4 mobil, 1 logistik dan 3 pengantar, kali ini memang tidak banyak kendaraan untuk mengurangi konvoi di jalan. Pengantar cukup 1 mobil saja, menggunakan mobil Pak Adang, berisi 5 orang. Dan satu mobil pick up berisi 3 orang.

Perjalanan ternyata cukup menguras energi. Jalur Lemah Abang – Pilar yang hanya berjarak beberapa kilometer ditempuh dalam waktu hampir 2 jam. Lubang besar di depan Hotel Cikarang, ternyata menjadikan penyebab tersendatnya perjalanan yang melelahkan di siang hari yang kebetulan sangat terik dan panas.

Setalah shalat dhuhur dan beristirahat sejenak melepaskan penat akibat kemacetan di Masjid Pilar, perjalanan dilanjutkan menuju Pintu Air Sungai Ciherang, tidak jauh dari PDAM Cabangbungin. Sekitar pukul 14:00 kami sampai di lokasi ini.


Menerjang Kembali Ciherang

Perjalanan yang menakjubkan sebagaimana setahun yang lalu, akan kita jalani kembali pada kegiatan tahun ini, yaitu: naik perahu! Sesaat setiba di Pintu Air Sungai Ciherang, kami semua takjub begitu melihat jembatan yang sudah “hilang”, jauh berbeda saat kami berkunjung di tempat yang sama satu tahun yang lalu.



“Hilang” nya jembatan ini membuat tim baksos RT002/ RW10 (Al Fakir, Kania, Adang, Deni, Wahyu, dan H. Fadlil) menjadi berpikir ulang untuk meneruskan perjalanan. Jika di titik ini saja jembatan sudah hilang, bagaimana dengan kondisi 5 sampai 10 kilometer di sana?

“To, coba lihat jembatan itu”, Pak Deni membuka percakapan.

“Memangnya kenapa, pak?”, jawab si Fakir.

“Jika di sini aja jembatan sudah ga kelihatan, bagaimana dengan yang di ujung sono? Gini saja deh, logistik bantuan kita serahterimakan di sini saja. Kita tidak perlu ikut-ikutan ke lokasi, bahaya…” lanjut Pak Deni.

“Waduh, mosok kita sudah jauh-jauh dari Cikarang terus nyerah di titik ini? Coba kita tanyakan ke anggota yang lain saja”

“Mas Wahyu, bagaimana menurut sampeyan?” Tanya si Fakir kepada Mas Wahyu, Bendahara RT yang sangat enerjik.

“Duh, saya terserah saja, pak. Ngikut aja..” jawab Mas Wahyu sambil matanya menerawang jauh ke Sungai Ciherang yang terlihat ganas, sembari terus menyedot batang Dunhill kesayangannya.

“Pak Haji, gimana pendapat antum?” si Fakir beralih menanyakan hal yang sama kepada H. Fadlil.

“Kalau saya, walaupun sudah tua begini, lanjut saja ke sana. Siap lanjutkan”, Haji Fadlil menjawab dengan tegas.

“Kania… bagaimana dengan kamu? Cewek satu-satunya di tim kita?”

“Kalau Kania mah pengen lanjut ke sana om, sudah kepalang basah jauh-jauh dari Cikarang, nih!”, sahut Kania mantab.

“Nah, terakhir. Pak Adang, pegimana dengan ente?”

“Gua sama ama Mas Wahyu, terserah. Abstain saja”

Berdasarkan meeting kilat di pinggir Sungai Ciherang itu, maka skor yang didapat adalah 3 – 1 untuk kemenangan melanjutkan perjalanan dan 2 abstain. Maka, dengan mengucapkan Bismillah, perjalanan  kita lanjutkan dengan menggunakan Perahu.



Logistik pun satu per satu kita masukkan ke dalam perahu yang sudah dipersiapkan sejak pagi hari. Perahu rakyat bercat hijau, dengan lebar di tengah badan kurang lebih 2 meter ini mampu menampung semua logistik yang kita angkut dari Cikarang dengan menggunakan mobil pick up. Dengan awak kapal berjumlah 5 orang, ditambah dengan Tim Baksos 6 orang, maka total penumpang perahu dengan panjang kurang lebih 5 meter ini menjadi 11 orang.

Perjalanan menerjang keganasan Sungai Ciherang ini kembali kami jalani dengan kondisi yang lebih ganas dari perjalanan setahun yang lalu. Jika setahun yang lalu daratan di pinggir Sungai masih sedikit kelihatan, maka kali ini jangankan daratan, pohon pisang setinggi 3 meteran pun hanya terlihat pucuknya saja. Benar-benar mendebarkan.

Perjalanan panjang melalui Sungai Ciherang ini, sempat kami abadikan ke Youtube sebagai kenangan yang tidak terlupakan.



Air sungai kecoklatan, bau lumpur, bau amis, bau anyir, pepohonan yang roboh, dan pemandangan memilukan lainnya kita saksikan bersama secara perlahan-lahan dari perahu yang kita naiki. Suara berisik motor dua tak yang menggerakkan perahu kayu bercat hijau ini seakan menjadi melodi yang menambah keperihan hati. Ya Tuhan, ini masih masuk wilayah Bekasi, tidak jauh-jauh amat dari Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia…!!!

Bau solar bahan bakar minyak dari motor dua tak sesekali menyengat juga ke dalam hidung kita. Hanya pada awal-awal saja kita bicara dengan sesama penumpang, selanjutnya tidak banyak yang bicara, semuanya terdiam dan terhenyak penyaksikan pemandangan di pinggiran Sungai Ciherang.



Setelah menyusuri sekitar 40 menitan, pukul 14:45 perahu kayu ini merapat ke sebuah kampung yang terlihat masih tergenang. Air sungai meluap sampai depan pintu rumah warga. Terlihat jelas tiada yang kering di pelataran halamannya.

Kretek kretek kretek… mesin perahu dimatikan dan dilanjutkan dengan mendorong secara manual menggunakan sebilah bambu. Dari atas perahu, kami melihat sambutan yang sungguh luar biasa. Anak-anak terlihat sangat antusias menanti kedatangan perahu ini.

Setelah perhau benar-benar berhenti dengan aman, jangkar lantas diturunkan. Satu per satu penumpang turun, walaupun masih tetap ada yang di atas perahu untuk membantu mengatur unloading logistik.



Sebuah kardus dioper ke si A, kemudian si A mengoper ke si B, lantas berlanjut ke si C. Si C kemudian mengopernya ke si D, dan si D mengopernya ke si E. Begitu seterusnya.

Semua barang akhirnya berhasil diturunkan pada sekitar pukul 15:15. Pak Kandi, tokoh dan sesepuh di wilayah ini mewakili para penduduk Kampung Cabang Dua Bulak, RT15/ RW08, Desa Lenggahsari, Kecamatan Cabangbungin, menerima bantuan yang dikumpulkan oleh seluruh warga RT002/ RW10 Desa Jayamukti, Kecamatan Cikarang Pusat. Sungguh membahagiakan.





Pukul 15:15, kami semua berpamitan kepada saudara-saudara di kampung ini. Semoga tali silaturahmi tetap tersambung tiada terputus. Dan semoga komunikasi tetap tersambung sepanjang masa. Wa ba’du, semoga secuil logistik yang kita salurkan pada tahun ini bisa membuat mereka bahagia. Bisa mengurangi sedikit beban derita mereka. Bisa menjadikan kami dan mereka laksana saudara. Bisa dijadikan sedikit catatan amal kebaikan bagi semuanya.

Dalam perjalanan pulang, kembali kami menyusuri keganasan Ciherang dengan melawan arah. Angin terasa lebih kencang dan ombak tersa lebih kuat. Mas Wahyu dan Pak Deni terlihat hanya bisa termenung meratapi derasnya arus Ciherang. Di ujung buritan, mereka berdua menghabiskan berbatang-batang Dunhill kegemarannya tanpa kata.

Kenangan itu begitu tertanam kuat di hati beliau semua. Entah gejolak seperti apa yang ada di dalam pikirannya. Yang jelas, pengalaman luar biasa ini bisa dijadikan cerita kepada keluarga terdekatnya tentang rasa bersyukur. Rasa bersyukur bahwa masih banyak manusia yang tidak mudah mengeluh dibandingkan dengan kita.



Al Faatihah…

ANANTO PRATIKNO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar