Seandainya kita mencermati detail keadaan alam raya, niscaya akan menyaksikan satu desain penciptaan yang sangat megah dan mengagumkan. Kita juga akan disajikan dengan berbagai pemandangan yang tak bicara hal lain kecuali tentang keagungan dan kreativitas Penciptanya.
Dengan kata lain, siapa pun yang berpikir tentang alam semesta, mulai yang terbesar hingga yang terkecil, secara objektif dan netral, mestinya bisa sampai pada kesimpulan bahwa di balik semesta ini ada Sang Arsitek yang maha hebat. Karena, tak mungkin lahir karya hebat seperti itu tanpa perancang hebat di belakangnya.
Kesimpulan ini pula yang diharapkan Al-Qur’an dari makhluk berakal yang bernama manusia. Makanya, bertebaran ayat yang mengajak mereka berpikir tentang alam semesta, makhluk hidup, dan setiap persitiwa yang terjadi di dalamnya. Saking nyatanya kebesaran Sang Pencipta di balik alam raya ini, sampai-sampai Al-Qur’an tak sungkan menunjukkan ayat bernada cemoohan bagi mereka yang tak mau berpikir.
Di antara ayat Al-Qur’an yang mengajak manusia berpikir adalah ayat berikut:
أَفَلاَ يَنظُرُونَ إِلَى الإبل كَيْفَ خُلِقَتْ
Artinya, "Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan," (Surat Al-Ghasyiyah ayat 17).
Lantas mengapa Allah mengajak manusia berpikir melalui unta? Ternyata unta merupakan salah satu ciptaan-Nya yang sangat menakjubkan. Ia satu hewan yang anatominya dirancang sedemikian rupa agar mampu bertahan hidup dan menjadi kendaraan andal di tengah gurun padang pasir yang tandus dan minim cadangan air.
Salah satu fakta menarik dari unta adalah ia memiliki kelopak mata yang tembus cahaya dan pasangan bulu mata yang tebal, sehingga ia tetap bisa melihat walau di tengah terpaan debu gurun. Dibekali mata berkemampuan tinggi, ia bisa melihat objek yang jauh menjadi dekat dan objek yang kecil menjadi besar. Ini pula rahasianya mengapa unta sangat patuh walau kepada anak kecil dengan catatan diperlakukan dengan lemah lembut. Pantas Rasulullah SAW bersabda:
فَإِنَّ الْمُؤْمِنَ كَالْجَمَلِ الْأَنْفِ حَيْثُ مَا قِيدَ انْقَادَ
Artinya, “Sesungguhnya,orang mukmin itu seperti unta yang ditusuk hidung. Kemana pun unta dituntun, ia patuh,” (HR Al-Hakim).
Dalam hadits lain, beliau menyabdakan, “Kepada Tuhanmu jadilah engkau seperti unta yang ditusuk hidung.”
Artinya, dalam hal kepatuhan, manusia layak belajar dari unta. Apa saja yang diperintahkan, ia turuti.
Rupanya, kepatuhan unta dan juga hewan-hewan lain kepada manusia bukan sesuatu yang terjadi tiba-tiba. Ia sudah diisyaratkan Allah dalam Al-Qur’an, “Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka; maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya makanan mereka,” (Surat Yasin ayat 72). Atas nikmat ini sudah selayaknya manusia mensyukurinya.
Untuk melindungi diri dari gangguan debu gurun, unta juga mampu menutup telinga dan hidungnya. Kemudian telapak kakinya yang lebar dirancang untuk memudahkannya berjalan di atas hamparan pasir tanpa terperosok ke dalamnya. Allah pun membuat kakinya tahan panas dan kuat sehingga mampu membawa beban berat.
Kemudian, keadaan kakinya yang panjang juga membantu menjauhkan tubuhnya dari sengatan panas gurun pasir di siang hari. Sedangkan dinginnya malam hari dapat teratasi oleh kulitnya yang tebal dan rambut yang lebat. Subhanallah.
Sementara dua bibirnya yang elastis dan keras membantunya untuk menarik dan mengunyah makanan berduri. Tak hanya itu, unta juga tak pernah kehabisan air liur walau terus menjulurkan lidahnya ke luar.
Hebatnya lagi, walau mampu minum dalam jumlah banyak, unta tak membutuhkan banyak air. Ia tahan tidak minum sampai 10 hari, bahkan hampir satu bulan. Dalam kondisi darurat, ia mampu mengambil air dari jaringan tubuhnya, walau harus kehilangan seperempat bobot tubuhnya. Uniknya, meski bobot tubuh berkurang, ia tak kehilangan kekuatan. Selain itu, dalam punuknya unta menyimpan gundukan lemak yang berfungsi saat tidak mendapati makanan. Lemak tersebut diolah menjadi sumber air dan tenaga. Saat menemukan air, unta akan meminumnya dalam jumlah banyak lalu menyimpannya. Bayangkan dalam waktu sepuluh menit saja, ia mampu minum air sebanyak sepertiga berat tubuhnya. (Lihat Muhammad Ratib An-Nabalisi, Al-Ijaz Al-‘Ilmi fi Al-Qur’an was Sunnah, [Damaskus, Darul Maktabi: 2005 M], juz II, halaman 166).
Di samping sebagai hewan tunggangan, unta juga penghasil susu yang baik dan urin yang berkhasiat. Bahkan, terpilih sebagai kategori pertama hewan kurban di antara hewan-hewan yang lain.
Maha besar Allah yang telah menciptakan makhluk yang sesuai dengan tempat tinggalnya. Sungguh sebuah pelajaran sangat berharga manakala manusia mau merenungkannya. Wallahu a’lam. []
Sumber: NU Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar