Pengajian
Syeikh Abdul Qadir al-Jilany-Tanggal 10 ramadhan 545 H. Hari Jum’at pagi di
Madrasahnya.
Ya Allah, jadikan kami bersama mereka, dan lindungi kami sebagaimana Engkau lindungi mereka.
Ya Allah berikanlah kami kebajikan di dunia
dan berikanlah kami kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka.
Anak-anak sekalian… Bagaimana kalian tidak
mencintaiku, akulah yang sangat berkehendak untuk kebahagiaanmu, bukan untuk
kepentinganku! Aku ingin kemanfaatan ada dalam hidupmu, kebersihan dirimu dari
kekuasaan dunia yang mematikan dan penuh tipudaya itu, sampai kapan terus
mengikuti jejak dunia? Sebentar lagi dunia berpaling dari kalian dan membunuh
kalian. Sedangkan Allah azza wa-Jalla tidak membiarkan kekasihNya bersama dunia
bahkan tak sejenak pun. Dia tidak menginginkan kekasihNya merasa aman dengan
dunia, tidak membiarkan bersama dunia dan yang lainnya.
Justru Dialah bersama mereka dan mereka
bersamaNya. Selamanya hati mereka hanya untukNya, berdzikir di sisiNya, hadir.
Sedangkan pada yang lainNya, ia menolak. Hanya kepadaNya ia menghadap, Dia
senantiasa menjaga mereka, dan mereka meraih kebahagiaan.
Ya Allah, jadikan kami bersama mereka, dan lindungi kami sebagaimana Engkau lindungi mereka.
Ya Allah berikanlah kami kebajikan di dunia
dan berikanlah kami kebajikan di akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka.
Wahai orang yang munafiq pada Allah azza wa-Jalla, Ingatlah bahwa Allah azza wa-Jalla adalah yang memperjelas kepada hambaNya yang dikehendakiNya, Dialah yang mengajak mereka, dan Dialah yang menyatukan hati hambaNya yang dikehendakiNya. Dan Dialah yang menundukkan hati hambaNya. Sedangkan anda hendak menyatukan hati makhluk dengan kemunafikan anda, pasti tidak akan berhasil!.
Anak-anak sekalian, tinggalkan syahwat kesenangan anda hingga di bawah telapak kakimu, berpalinglah darinya dengan segenap hatimu. Bila memang ada sesuatu yang membahagiakanmu berupa takdir Allah azza wa-Jalla, pasti akan tiba pada saatnya. Karena catatan takdirNya tidak bisa dihindari dan tidak berubah. Ia datang pada waktunya, dengan penuh keramahan, mencukupi dan sangat baik, dan Dia memberikannya dengan Tangan Kemuliaan bukan dengan tangan kehinaan.
Maka dengan begitu anda telah berhasil meraih
pahala zuhud di sisi Allah azza wa-Jalla, Dia pun memandangmu dengan Mata
Kemuliaan, karena anda tidak bersikap buruk padaNya dan tidak mendesak dalam
pencariannya, sebagaimanan anda lari dari bagian-bagian anda sendiri, maka
justru melekat pada anda dan berada di belakang anda.
Zuhud tidak akan benar bila anda tidak berpaling
sebelum datangnya bagian-bagian yang ditentukan itu. Belajarlah kepadaku
tentang zuhud dan berupayalah. Kalian jangan duduk saja di zawiyah kalian
dengan kebodohan kalian. Belajarlah agama, baru ‘uzlah. Belajarlah mengenai
hukum Allah azza wa-Jalaa, lalu mengamalkannya, baru ‘uzlah dari segalanya.
Kecuali para individu dari kalangan Ulama
Billah azza wa-Jalla, maka, anda bergabung dengan mereka ini, anda menyimak
pelajaran dari mereka, itu lebih baik dibanding anda ‘uzlah. Bila anda mengenal
salah satu dari mereka, maka bergabunglah dengannya, belajar mengenal Allah
azza wa-Jalaa dengannya, tekunlah dalam menyimak pelajarannya, melalui
ucapannya.
Ilmu itu diraih dari lisan para tokoh, yaitu
para Ulama Billah azza wa-Jalla dengan aturan Allah dan ilmuNya. Bila anda
benar-benar sudah faham, silakan anda ‘uzlah, karena para malaikat dan ruh
orang-orang saleh dan hasrat mereka berada di sisi anda, bila anda ‘uzlah
dengan syarat seperti itu. Jika tidak memenuhi syarat itu, maka ‘uzlah anda
adalah munafik, dan anda telah menelantarkan waktu anda terhadap hal yang tak
berguna, malah anda masuk neraka dunia dan neraka akhirat. Di dunia anda
mendapat neraka bencana, dan di akhirat anda mencebur ke neraka yang disediakan
untuk orang munafik dan orang kafir.
Ya Allah mohon maaf, ampunan, tutup akan dosa, dan ampunan serta taubat. Janganlah Engkau robek tutup kami dan jangan pula Engkau siksa kami karena dosa-dosa kami, Ya Allah, Ya Karim.
Anda katakan:
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan dari keburukan-keburukan.” (Q.s. Asy-Syuro : 25)
Terimalah taubat kami dan maafkanlah kami. Amin.
Tapi anda ini celaka. Anda mengaku berilmu
namun anda bergembira sebagaimana kegembiraan orang bodoh, dan anda marah
seperti layaknya orang bodoh. Kegembiraan anda bertumpu pada dunia dan diterima
oleh makhluk, yang membuatmu lupa akan hikmah dan membuat hatimu bertambah
keras. Orang beriman itu tidak pernah gembira kecuali gembira pada Allah azza
wa-Jalla, bukan gembira pada yang lain. Kalau toh harus bergembira, maka
bergembiralah, jika dunia milik anda benar-benar membuat anda semakin terarah
untuk kepentingan taat pada Allah azza wa-Jalla, dunia untuk berbakti kepada
Allah azza wa-Jalla, mendukung seluruh kepatuhan anda kepadaNya. Tetaplah takut
kepada Allah azza wa-Jalla, malam dan siang, hingga merasuk di hatimu dan
rahasia batinmu. Sebagaimana firmanNya:
“Janganlah kalian berdua takut, sesungguhnya Aku bersama kalian, Aku mendengar dan Aku melihat.” (Q.s. Thaha, 46)
Sebagaimana hal itu difirmankan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun –- semoga sholawat salam bagi keduanya -- tentu anda bukan seperti mereka, karena anda berilmu tanpa mengamalkan, dan anda pun bukan pewaris, karena sang pewaris dibenarkan manakala berilmu dan mengamalkan ilmunya dengan ikhlas. Kenalilah posisimu dan jangan lebih jauh di luar batas bagianmu.
Berserasilah dengan Allah azza wa-Jalla dalam soal takdirNya kepadamu, yang telah memberikan taufik padamu, memberi Kasih Sayang padamu dan mengangkat bebanmu dan menyayangimu dunia dan akhirat.
Orang beriman itu bila kuat imannya disebut
sebagai orang yang yaqin. Bila kuat yaqinnya, ia disebut sebagai sang ‘arif.
Jika kuat kema’rifatannya disebut orang yang ‘alim, jika kuat ilmunya disebut
dengan sang pecinta. Jika kuat kecintaannya disebut sang kekasih. Bila semua
itu benar padamu, maka disebut sebagai yang cukup, yang dekat dan yang
berbahagia dengan taqarrubnya kepada Allah azza wa-Jalla, dimana Allah azza
wa-Jalla menampakkan rahasia hikmahNya, ilmuNya, takdirNya, relevansiNya,
perkaraNya dan kekuasaanNya, dan semua itu menurut kadar keberhasilan hambaNya
dan anugerahnya menurut kadar keleluasaan qalbunya. Lalu si hamba ini teguh
bersama Tuhannya Azza wa-Jalla, dengan sepenuh hatinya, hatinya jauh dari
makhlukNya.
Apabila ilmu datang dari Tuhannya Azza
wa-Jalla lebih dahulu, dan ia mendapatkan bagian dari konsumsi makanan,
pakaian, minuman, sandang, dan isteri, maka ia tidak menemukan orang yang
memberinya, lalu yang mempertemukannnya adalah Allah azza wa-Jalla agar ia
berupaya, sehingga ilmunya tidak batal dan terhapuskan, kemudian Allah azza
wa-Jalla menciptakan makhluk lain, membangkitkannya, agar apa yang ditegakkan
sebelumnya tidak hancur, sehingga ia seperti menelan layaknya seorang bayi,
sebagaimana seorang ibu menyuapi mulut bayinya dengah susunya, hingga mulut
bayi itu mendapatkan bagian yang harus dimakannya. Hal yang sama seperti
seorang dokter memberikan obat minuman kepada orang sakit, menjaganya, tanpa
punya pilihan dari si sakit.
Jadi orang beriman yang yaqin, yang ‘arif dan
yang fana’, dididik oleh Allah azza wa-Jalla melalui takdir yang mendahuluinya
untuk menarik kebaikan-kebaikan pada dirinya dan menolak mafsadah yang datang
padanya. Maka Tangan Rahmatlah yang membolak-balik mana untuk pihak “golongan
kanan” dan mana untuk “golongan kiri”, bahkan kelembutanlah yang mengangkat dan
meghapuskan keburukannya.
Wahai orang yang bangkrut, siapa yang tidak mengenal Allah azza wa-Jalla dan tidak bergantung dengan tali RahmatNya, hai siapa yang tidak melakukan amaliah padaNya, tidak memutuskan diri dengan hatinya bagiNya, tidak menggantungkan rahasia batinnya padaNya, tidak berpegang teguh dengan kasih sayangNya dan anugerahNya, sungguh bangkrut anda!
Wahai orang yang bangkrut, siapa yang tidak mengenal Allah azza wa-Jalla dan tidak bergantung dengan tali RahmatNya, hai siapa yang tidak melakukan amaliah padaNya, tidak memutuskan diri dengan hatinya bagiNya, tidak menggantungkan rahasia batinnya padaNya, tidak berpegang teguh dengan kasih sayangNya dan anugerahNya, sungguh bangkrut anda!
Hai kaum Sufi, hati para Shiddiqun (auliya’) itu
dididik oleh Allah azza wa-Jalla sejak balita hingga tuanya, manakala Allah
mengujinya dengan suatu cobaan, dan Allah melihat kesabarannya, maka ia akan
semakin bertambah dekatnya padaNya. Cobaaan-cobaan itu bukan untuk memaksa
mereka dan bukan untuk menimpa mereka, bagaimana bisa bersentuhan jika cobaan
itu terus berlalu, sedangkan hati mereka berada di sayap-sayap burung dan
burung itu terbang.
Wahai orang yang rugi, siapa pun yang
menyakiti hati mereka, sungguh merugi, hai orang yang mendapatkan amarah
Tuhannya Azza wa-Jalla. Hai orang yang tertutup hatinya, hai orang yang
dimarahi Allah Azza wa-Jalla!
Anak-anak sekalian, jadilah kalian anak-anak
kaum Sufi, dan ridha’lah pada mereka, berbaktilah di hadapannya. Jika anda bisa
demikian, maka justru anda jadi tuan. Karena siapa yang tawadhu kepada Allah
azza wa-Jalla dan orang-orang shaleh, justru Allah azza wa-Jalla mengangkat
derajatnya di dunia dan di akhirat. Bila anda membantu dan berbakti pada kaum
Sufi, Allah azza wa-jalla mengangkat anda di hadapan mereka dan anda menjadi
pemukanya. Nah, bayangkan, seandainya anda berbakti pada kalangan khusus
mereka?
Ya Allah berikanlah kami limpahan anugerah
kebajikan-kebajikan pada tangan kami, dan pakaikan pada kami pakaian kalangan
orang yang mendapatkan kasih dan pertolonganMu. Amin. []
KH. M. Luqman Hakim, Ph.D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar