Senin, 16 April 2012

(Buku of the Day) Pos-Islamisme

Politik Kehadiran Ruang Publik Agama
Senin, 09/04/2012 16:45
http://www.nu.or.id/onefiles/nu_or_id/dinamic/mid/1333965300.JPG
Judul : Pos-Islamisme
Judul Asli : Making Islam Democratic; Social Movements and the Islamist Turn
Penulis : Asef Bayat Penerbit: LkiS Jogjakarta
Cetakan : I, 2011
Tebal : xviii+431 hal
Peresensi : Munawir Aziz*

Dinamika politik yang sedang terjadi di negara-negara Timur Tengah merupakan revolusi yang tak terjadi secara tiba-tiba. “Musim semi” politik di negara Timur Tengah jika diteliti secara mendalam merupakan hasil dari pergumulan antara agama dan politik, yang menjadi dinamika kewarnegaraan masyarakat muslim. Dinamika politik yang terjadi di Tunisia, Mesir, Libya dan beberapa negara kawasan Timur Tengah merupakan muara dari aspirasi politik warga yang berlangsung selama puluhan.

Di balik revolusi itu, sebenarnya bersemayam gagasan penting yang menjadi perdebatan luas; tentang relasi Islam dan demokrasi. Kencederungan fundamentalisme, teror atas nama agama, dan ekspresi keislaman lainnya, merupakan salah satu respon atas ulah elite politik di beberapa negara Timur Tengah, di samping juga respon terhadap perkembagan politik-ekonomi global.

Dengan meneliti secara mendalam kecenderungan politik kewarganegaraan warga muslim yang terjadi sebelum revolusi dekade ini, Asef Bayat menganalisis secara jernih akar perdebatan dalam politik Islam.

Melalui buku ini, Asef Bayat ingin memaparkan fenomena keislaman dan pandangan dunia (worldview) dalam konsepsi “post-Islamism”. Gagasan pos-Islam berdasar pada pertanyaan; apakah Islam menerima konsepsi demokrasi, sebagai sistem politik global? Atau lebih tepatnya, Asef Bayat ingin menjawab kegelisahan itu dengan pertanyaan kunci: apakah warga muslim dapat beradaptasi dengan konsepsi demokrasi dalam praktik keseharian dan politik sosial? Karya ini merupakan pengamatan mendalam atas fenomena keislaman di Iran pasca revolusi 1979 dan kehidupan muslim di Mesir. Namun, spirit post-Islamisme tidak hanya bergerak pada dinamika politik keagamaan Iran dan Mesir, ia merupakan proyek politik bagi warga muslim di seluruh dunia untuk menyuarakan aspirasinya di tengah guncangan politik global dan kontestasi ideologis yang bermuara pada revolusi politik dewasa ini.

Gagasan pos-Islam yang didengungkan Asef Bayat dalam buku ini, juga dikukuhkan oleh riset lanjutan yang mengurai gerakan politik di negara-negara Timur Tengah. Buku Life as Politics; How Ordinary people Change the Middle East (2011) karya Bayat merupakan riset lanjutan untuk mendukung gagasan Pos-Islam. Sebelum revolsui terjadi, ide keterbukaan serta jalan menuju demokrasi terhambat oleh kekuasaan teokratis dan diktator yang menyaru sebagai pimpinan politik negeri Timur Tengah. Namun, di sisi lain, kegagalan gerakan Islamisme untuk menyarakan demokrasi dan tujuan keterbukaan mempunya makna untuk mencapai lahirnya pergerakan, yang Asef Bayat sebuh sebagai gerakan “Post-Islamisme”, dimana gerakan ini yang dapat membentuk ulang peta politik. Meski kelompok anti-Islam bukanlah sekular, namun dipelopori oleh kaum Muslim taat, gerakan post-Islamism berusaha untuk membatalkan Islamisme sebagai sebuah poyek politik dengan menggabungkan antara iman dan kebebasan, negara demokratik sekular dan masyarakat religius (2011: 7).

Karya Asef Bayat ini merupakan pembacaan mendalam atas dinamika pos-Islam, sebagai spirit meletakkan nilai-nilai Islam dan demokrasi dalam ruang diskursif. Tentu, ide pos-Islam dapat menjadi referensi perkembangan dan dinamika Islam dunia, termasuk di Indonesia.

* Munawir Aziz, mahasiswa Center for Religious and Cross-Cultural Studies (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), Jogjakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar