Ibnu Hajar Al-Asqalani (773-852 H/1372-1449 M) menulis buku perihal wabah tha‘un berjudul Badzlul Ma‘un fi Fadhlit Tha‘un. Ia menyelesaikan karyanya pada Jumadil Akhir 833 H (sekira 1430 M). Ia memahas definisi, hadits, pandangan teologi, sikap keagamaan dalam menghadapi wabah, dan juga aspek historis wabah.
Al-Asqalani mengutip Al-Mada’ini, Ibnu Abid Duniya, Ibnu Qutaibah, dan ahli
sejarah terkini di zamannya dalam membahas wabah dan peristiwa alam lain yang
merenggut banyak korban jiwa dalam sejarah umat Islam.
Kebanyakan tragedi yang memakan banyak korban jiwa adalah wabah, kelaparan, kemarau panjang, demam menggigil, dan bencana alam lainnya. (Al-Asqalani, Badzlul Ma‘un fi Fadhlit Tha‘un, [Riyadh, Darul Ashimah: tanpa tahun], halaman 361-364).
Al-Madaini, kutip Al-Asqalani, menyebut wabah thaun terkenal yang merenggut
paling banyak korban jiwa dalam perjalanan umat Islam.
1. Thaun Syirwaih yang merebak di beberapa kota pada zaman Rasulullah.
2. Thaun Amawas yang terjadi di Negeri Syam pada masa Khalifah Umar bin
Khattab, 17 Hijriyah. Wabah ini memakan 25.000 korban jiwa termasuk beberapa
sahabat terkemuka di dalamnya.
3. Thaun Al-Jarif yang terjadi pada 67 Hijriyah.
4. Thaun Al-Fatayat pada 87 Hijriyah yang merenggut banyak pemuda dan pemudi di
zamannya.
5. Thaun terjadi di Mesir pada 63 Hijriyah.
6. Thaun terjadi pada tahun wafat Raja Muda Mesir Abdul Aziz bin Marwan pada 85
Hijriyah. Ketika wabah terjadi, Abdul Aziz mengungsi dan bermukim di sebuah
desa. Ia wafat di sana.
7. Thaun Al-Asyraf terjadi ketika Al-Hajjaj berada di Wasith.
8. Thaun Adi bin Arthah pada 100 Hijriyah.
9. Thaun terjadi di Syam pada 107 dan 115 Hijriyah.
10. Thaun Ghurab terjadi pada 127 Hijriyah.
11. Thaun Salamah bin Qutaibah terjadi di Kota Bashrah pada 131 Hijriyah. Wabah
terjadi pada bulan Rajab dan memuncak pada Bulan Ramadhan. Wabah mereda pada
bulan Syawwal. Jumlah korban setiap hari berjatuhan hingga pernah mencapai 1000
orang per harinya.
Semua wabah terjadi pada masa dinasti Bani Umayyah. Sebagian ahli sejarah
mengatakan thaun di era Bani Umayyah tidak hanya mewabah di Syam, tetapi juga
meluas ke daerah lainnya.
Para khalifah Bani Umayyah setiap kali thaun mewabah keluar dari istana menuju padang terbuka. Tidak heran kalau Khalifah Hisyam bin Abdul Malik membuat Gedung Rashafah sebagai tempat tinggalnya. Hisyam wafat karena wabah difteri.
Pada masa kekuasaan Bani Abbasiyah thaun mereda. Salah seorang penguasa Bani
Abbasiyah berpidato di Syam, “Segala puji bagi Allah yang telah mengangkat
wabah sejak Dia mengangkat kami sebagai khalifah di atas kalian.”
Seorang warga Syam dengan berani berdiri. Ia menyangkal, “Allah lebih adil untuk mengangkat kalian di atas kami dan wabah thaun.” []
Sumber: Nu Online
Tidak ada komentar:
Posting Komentar