Selasa, 15 November 2011

(Ngaji of the Day) Fathu Mekah dan Kemerdekaan RI

Fathu Mekah dan Kemerdekaan RI

Ternyata, peristiwa Penaklukan Mekah yang dilakukan Nabi Muhammad Sallallâhu ‘alaihi wasallam beserta 10 ribu pasukan beliau pada tanggal 17 Ramadhan tahun 8 H, menyimpan sinonim (kesamaan) aura dengan kemerdekaan Republik Indonesia, yang diproklamirkan langsung oleh Ir. Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada hari itulah letak kesamaan kejadian Fathu Mekah dengan Kemerdekaan Republik Indonesia, yang ternyata juga bertepatan dengan tanggal 17 Ramadhan.

Bukan hanya itu, Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ternyata juga bersamaan dengan malam Nuzulul Qur’an (turunnya al-Qur’an). Dan setelah keduanya digelar, kesamaan-kesamaan seakan terus terulang. Setelah kejadian Fathu Mekah, kejayaan Islam terus menanjak tajam, tak dapat ditumbangkan dengan mudah. Begitu juga setelah proklamasi kemerdekaan diumumkan, Republik Indonesia sebagai negara yang memiliki daulat penuh juga tak mudah diombang ambingkan kembali oleh para penjajah dengan tangan kotornya.

* * *

Fathu Mekah adalah salah satu peristiwa besar umat Islam yang dipimpin langsung oleh Rasulullah, dalam rangka menghadapi kaum kafir Quraisy Mekah, pada tahun 8 H. Dalam peristiwa itu, Nabi Muhammad Sallallâhu ‘alaihi wasallam berangkat dengan sepuluh ribu pasukan dari kalangan Muhajirin dan Anshar. Awalnya, mereka berhenti di Azh-Zhahra, sebelum akhirnya bertolak menuju kota Mekah. Setelah beberapa hari di Azh-Zhahra, Rasulullah Sallallâhu ‘alaihi wasallam beserta pasukan beliau berangkat ke kota Mekah pada hari Selasa pagi tanggal 17 Ramadhan 8 H, untuk membebaskan Tanah Haram itu dari berhala-berhala yang menjadi pusat kemusyrikan penduduk kota Mekah.

Ketika Rasulullah Sallallâhu ‘alaihi wasallam memasuki Masjidil Haram, saat itu pula berhala-berhala ditumbangkan di hadapan beliau. Kemudian, beliau membacakan ayat suci al-Qur’an yang artinya:

“Dan katakanlah: yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap. Sesungguhnya, yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (QS Al-Isra’ [17]: 81).

“Dan katakanlah: kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulang.” (QS Saba’ [34]: 49).

Peperangan ini merupakan kejadian penting dan sangat agung nilainya bagi umat Islam. Peperangan ini juga merupakan awal dari kejayaan kota Mekah di bawah naungan Islam, sehingga kota itu menjadi bersih, bebas dari berhala-berhala yang menjadi sesembah orang-orang kafir Quraisy, dan kesucian telah kembali setelah lama menghilang dari kota yang disucikan oleh Allah itu.

Dalam hal ini, Imam Ibnul Qayyim berkata: “Ini merpakan penaklukan terbesar yang dengannya Allah memuliakan agama, Rasul dan para pasukan-Nya yang dapat dipercaya. Dengan penaklukan ini pula Dia menyelamatkan negeri dan Rumah-Nya, yang telah dijadikan penunjuk bagi semesta alam.

Menyelamatkannya dari cengkraman tangan orang-orang kafir dan musyrik. Ini merupakan penaklukan dan sekaligus kemenangan yang telah dikatakan penduduk langit, yang kemudian semua manusia masuk ke dalam Agama Allah secara berbondong-bondong, sehingga wajah bumi berseri-seri, memancarkan cahaya dan keceriaan.”

Jika kejadian di atas merupakan peristiwa agung bagi seluruh umat Islam, maka Proklamasi Kemerdekaan Indonesia adalah momen penting bagi bangsa Indonesia.

Kekalahan Jepang atas sekutu dalam perang Asia Timur Raya (15 Agustus 1945) adalah salah satu faktor yang mendorong pemuda Indonesia mendesak Soekarno dan Hatta agar memproklamasikan kemerdekaan Bangsa Indonesia pada 16 Agustus 1945. akan tetapi Soekarno menolak desakan tersebut.
Karena penolakan Seokarno itulah para pemuda memutuskan agar Singgih dan beberapa pemuda menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, sesuai hasil rapat yang dilakukan oleh golongan pemuda di asrama Baperpri (Jl. Cikini 71, Jakarta).

Tindakan penculikan itu mengejutkan golongan tua. Oleh karena itulah golongan tua mengajak para pemuda untuk berunding. Akhirnya dicapai kesepakatan untuk membawa Soekarno dan Hatta kembali ke Jakarta. Setelah itu para pemimpin sepakat bahwa kemerdekaan Indonesia akan diumumkan pada tgl 17 agustus 1945 (10:00 WIB) di Jakarta.

Dengan di dampingi oleh Hatta dan Soebardjo, Soekarno menyusun konsep teks proklamasi di kediaman pejabat militer Jepang, Laksamana Maeda. Teks itu kemudian diketik oleh Sayuti Melik dan ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta, yang kemudian dibacakan di hadapan tokoh golongan tua dan muda pada pukul 04:00 WIB, 17 Agustus 1945.

Pasca Kemerdekan dan Fathu Mekkah

10 November 1945, Surabaya dibom secara besar-besaran dari pesawat udara, kapal perang, dan tank inggris. Pasukan inggris yang dilengkapi persenjataan canggih itu mampu dilawan oleh rakyat Surabaya dengan bambu runcing yang dipimpin Bung Tomo. Pertempuran itu hingga sekarang diperingati sebagai Hari Pahlawan.

Bukan hanya itu, pada 21 Juli 1947, Belanda kembali melancarkan serangan agresi militer Belanda I dan berhasil menduduki Yogyakarta. Dari serangan itu timbullah perlawanan agresi militer Belanda II (19 Desember 48), sehingga pada 1 Maret 49, gerilyawan Indonesia melakukan serangan umum untuk merebut kembali Yogyakarta. Dari serangan itu yogyakarta berhasil direbut selama 6 jam.

Akhirnya pada 7 Mei 1949, Belanda bersedia berunding dan menghasilkan perjanjian Roem-Royen, yang menyepakati diadakannya konferensi tentang penyerahan kedaulatan. Konferensi yang diadakan di Denhaag pada tanggal 23 Agustus-02 Noveber 1949 itu dikenal senagai Konferensi Meja Bundar (KMB). Hasil KMB ialah pengakuan Belanda terhadap kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS).

Dalam perang kemerdekaan itu, ada kemiripan-kemiripan dengan perang-perang yang terjadi pasca penaklukan kota Mekah. Jika setelah proklamasi kaum imperialis tidak bisa menjajah kembali tanah air Indonesia, maka setelah penaklukan kota Makkah Islam tidak mudah dirobohkan. Seperti yang terjadi pada perang Hunain. Awalnya, pada perang itu, kaum muslimin sempat mengalami kekalahan. Namun, setelah sahabat Abbas berteriak membakar semangat pasukan Islam, mereka pun kembali menghadapi musuh dan memeranginya hingga akhirnya menang. Hal itu sama dengan apa yang dilakukan Dr. Soetomo pada para pemuda. Mereka berhasil merebut kembali tanah air mereka setelah diserang habis-habisan oleh tentara Inggris dari darat, laut, dan udara.

Dari kejadian-kejadian di atas, jelaslah bahwa refleksi Fathu Makkah membias kembali dalam Hari Kemerdekaan Republik Indonesia.

Zulkifli Ahmad, Santri Pondok Pesantren Sidogiri – Pasuruan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar