Jumat, 18 November 2011

(Khotbah of the Day) Hari Perjuangan dan Hari Pengorbanan

Hari Perjuangan dan Hari Pengorbanan


ان الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور انفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده الله فلامضل له ومن يضلله فلاهادي له, أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده و رسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين, أما بعد. فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله..


Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Marilah bersama-sama kita saling berwasiat untuk meningkatkan taqwa kita semua. Sudah tak terhitung ni’mat dan rahmat yang diberikan oleh Allah swt kepada kita. Hingga kita masih bisa berkumpul bersama melaksanakan ibadah kepada-Nya dengan mengagungkan nama-Nya, Alhamdulillah.

Jama’ah Jum’ah yang dirahmati Allah,

Pada bulan ini kehidupan kita sebagai umat muslim Indonesia sungguh berada dalam hari-hari bersejarah. Setelah bersama-sama kita melalui hari raya qurban, kita berjumpa dengan hari pahlawan. Keduanya adalah adalah momen yang sarat dengan nilai kesejarahan. Ketahuilah bahwa kedua momentum itu menuntun adanya pengorbanan. Karena pengorbanan merupakan syarat wajib sebuah keberhasilan.

Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah

Kesuksesan Nabi Ibrahim as. sebagai hamba yang paling dicintai Allah –khalilullah- telah terbukti dengan ketaatan beliau melaksanakan segala perintah-Nya. Bahkan demi menemukan petunjuk ke-tuhanan dan ke-tauhidan, Nabi Ibrahim as harus melawan arus. Melawan penguasa dan kehendak orang tua. Dalam ruang pemujaan, nabi Ibrahim beraksi, beliau hancurkan semua berhala, kemudian ia kalungkan kapak dipundak berhala yang tersisa. Maka merekapun bertanya siapa yang melakukan pengrusakan ini? siapa yang berani menghancurkan tuhan-tuhan kami? Ibrahimpun berargumen “bahwa pelaku itu meninggalkan bukti, lihat saja kapak alat pengrusak itu masih ada dipundak, berarti ialah yang melakukannya”. Dengan berkata demikian, Nabi Ibrahim as dianggap menghina. “Bukankah itu berhala yang tak kuasa berbuat apa-apa? bagaimana kamu bisa menuduhnya menghancurkan segalanya?” Nabi Ibrahim pun menjawabnya “jika memang ia tak punya kuasa mengapa engkau mengbdian diri dan menyembah pada-nya?” Singkat cerita, disiapkanlah untuk Nabi Ibrahim kayu bakar dan tungku perapian, sebagai ganjaran dari sebuah pembangkangan. Tapi Allah yang Maha Kuasa berkehendak lain, energi panas yang terkandung dalam api diganti dengan dingin yang menyelimuti. Sehingga Ibrahim bisa menyelamatkan diri. Allah swt bersabda:

Wahai Api, jadilah engkau dingin yang menyelamatkan Ibrahim

Ini adalah pengorbanan pertama kali yang dilakukan Nabi Ibrahim. Ia harus rela kehilangan orang tua yang selama ini menyayanginya. Ia juga kehilangan komunitas masyarakatnya. Kemana kira-kira Ibrahim ketika itu pergi setelah pembakaran terhadap dirinya gagal? Itulah pengorbanan.

Hadirin Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia

Andai manusia tahu, bahwa pengorbanan itu sebuah ujian dari Allah Yang Maha Kuasa yang harus dijalani dan dilewati semua hambanya. Begitu beratnya pengorbanan Nabi Ibrahim as yang dilakukannya demi kebahagiaan anak cucu dan umat manusia setelahnya. Ia harus rela mengorbankan Ismail sang anak kesayangan, untuk disembelih oleh tangannya sendiri. Ini adalah cobaan terbesar sepanjang sejarah manusia. Dan Nabi Ibrahimpun menta’atinya. Karena ini adalah perintah dari Yang Maha Kuasa. Begitu tulusnya hati Nabi Ibrahim merelakan Ismail sehingga Allah swt menyiapkan seekor kambing sebagai gantinya. Kepasrahan dan keikhlasan Nabi Ibrahim itu dilakukannya sebagai cara mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa. Mendekat dalam bahasa arab adalah qaruba karena itu usaha mendekatkan diri disebut dengan qurban. Sungguh hidup adalah pengorbanan. Semakin besar pengorbanan, semakin besar pula anugrahnya. Semakin tulus berkorban semakin besar nilainya.

Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah

Pengorbanan Nabi Ibrahim as itulah yang menjadi teladan para pejuang. Mereka tidak punya motif dan kepentingan. Dengan tulus ikhlas berjuang mengusir penjajahan lillahi ta’ala. Niatnya adalah menegakkan hak-hak adami yang harus dipenuhi, demi terselenggaranya hak-hak Allah dalam menjalankan ibadah. Kemerdekaan yang telah diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan. Apapun yang terjadi. Oleh karenanya ketika, sekutu dan bala tentaranya berniat menguasai kembali Indonesia, maka pada saat itu pula tanggal 22 Oktober 1945 Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari beserta segenap ulama lainnya mewajibkan jihad melawan sekutu. Inilah yang kemudian terkenal dengan sebutan resolusi Jihad.

Selang beberapa minggu, ternyata sekutu dan Belanda benar-benar tidak merelakan Indonesia merdeka. Karena itu pada tanggal 10 Nopember 1945, ia menggempur Surabaya sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Dengan adanya maklumat yang telah tersebar sebelumnya tentang wajibnya membela tanah air dan mempertahankan kemerdekaan, maka segenap bangsa Indoneisa, santri dan kyia tukang becak dan para kuli dari berbagai pelosok daerah bergabung datang berhamburan mempertahankan kemerdekaan di Surabaya.

Dengan berkoordinasi dengan para kyai, Bung Tomo dan segenap elemen bangsa bahu membahu mengangkat senjata mempertahankan kemerdekaan bangsa. Meskipun senjata yang digunakan oleh bangsa Indonesia, tidaklah secanggih senjata tentara Belanda. Hanya saja semangat juang yang tinggi, dan motifasi yang luhur disertai tulusnya niat dan ikhlas, merubah senjata sederhana itu menjadi sangat luar biasa. Bambu Runcing, Menjalin, Keris, Golok, Pedang, Celurit, Kelewang, dan apapun jenisnya menjadi sangat berbahaya bila disertai keikhlasan.

Spirit melawan penindasan inilah yang telah diajarkan oleh Al-Qur’an kepada umat manusia. Dalam al-Baqarah ayat 190 diterangkan

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Pejuangan ini bukanlah tanpa pengorbanan. Banyak sahabat, saudara, anak, kakak, adik, pak-dhe, paman, bapak dan kakek yang kehilangan nyawa, gugur sebagai bunga bangsa. mengorbankan diri demi kemerdekaan negeri. Pengorbanan menjadi syarat wajib sebuah keberhasilan. Semoga saja tulus-ikhlasnya niat mereka mendapatkan keistimewaan dari Yang Maha Kuasa. Seperti janji Allah kepada mara Mujahidin. Dan semoga kita yang ditinggalkan dan menikmati kemerdekaan ini tidak mengecewakan pengorbanan mereka. amien

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم



Sumber: NU Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar