Senin, 23 Desember 2013

(Buku of the Day) Kisah-Kisah Ibadah Para Sahabat Nabi



Memetik Inspirasi dari Sahabat Nabi



Judul Buku        : Kisah-Kisah Ibadah Para Sahabat Nabi
Penulis             : Yanuar Arifin
Penerbit            : Sabil
Cetakan            : I, September 2013
ISBN                 : 978-602-255-270-3
Persensi           : Moh. Romadlon. Penulis lepas, penyuka buku. Tinggal di Kebumen

Sebagai generasi yang masih bisa berinteraksi dan belajar langsung kepada Rasulullah tentu sangat pantas bila para sahabat Nabi disebut sebagai generasi terbaik sepanjang zaman. Mereka berhasil meneruskan “tongkat estafet” perjuangan dan pengembangan Islam sampai mencapai masa kejayaan dan kegemilangan dalam berbagai bidang. Selain itu, intensitas perjumpaan mereka dengan Nabi telah membentuk beragam karakter positif yang selalu menjadi “cermin” keteladanan yang tak usang di sepanjang zaman.

Diantara sikap positif para sahabat Nabi dapat Anda telaah dalam buku setebal 220 ini. Di dalamnya akan dipaparkan beragam kisah inspiratif dari kualitas tingkah laku dan ibadah mereka. Dari sanalah mereka memperlihatkan sebuah sikap seseorang yang betul-betul sadar akan kedudukanya selaku hamba yang harus selalu meng-hamba pada Ilahi tanpa ada kata tapi.

Salah satu kisah itu terambil dari sikap Umar bin Khatab kepada seorang nenek tua. Dikisahkan waktu itu sepulang dari Syria khalifah Umar langsung berjalan-jalan untuk melihat realita kondisi rakyatnya yang ia pimpin. Ia melihat satu rumah tak layak huni. Setelah mampir, ia tahu ternyata gubuk itu dihuni oleh seorang nenek tua.

Saat ditanya oleh Umar tentang tanggapan sang khalifah, sang nenek langsung mengumpat-ngumpat beliau yang tak pernah peduli pada rakyatnya, pada kehidupannya yang sangat melarat. Mendengar perkataan sang nenek Umar yang menyamar menawarkan 25 dinar untuk membayar kezhaliman khalifah. Dan sang nenek setuju.

Namun penyamaran Umar terbongkar saat Sayyidina Ali dan Abdullah bin Mas’ud pas lewat di situ dan menyapa-salam dengan Umar. Betapa terkejutnya sang nenek. Kemudian Sayyidina Ali melepas baju dan menuliskan “transaksi” itu pada bajunya lalu berpesan pada Sayyidina Ali agar kelak saat ia mati baju itu ikut dikubur bersamanya untuk dibawa kehadapan Allah. (hal.17)

Kisah itu mengajarkan pada kita, terutama para pemimpin, agar selalu bersikap amanah atas tugas yang diembannya. Karena rasa amanah itulah, beliau sebagai seorang pemimpin merasa sangat bersalah saat ada satu penduduk saja di wilayahnya yang merasa terabaikan. Beliau takut kalau kelak di akherat nenek itu menjadi ganjalan besar yng mesti ia pertangungjawabkan di hadirat Allah.

Kisah selanjutnya adalah kisah belas kasihan Umar pada seekor burung Usfur. Suatu waktu, di sudup pasar Madinah, ia melihat anak kecil yang sedang menggenggam dan memainkan seekor burung. Umar pun menaruh iba pada suara parau si burung itu yang terdengar ingin sekali terbang. Beliau pun membeli burung itu dari sang anak untuk segera dilepaskanya.

Suatu waktu, jauh setelah Umar wafat, beberapa ulama diberi kesempatan bertemu dengan Umar lewat mimpi. Dalam mimpi itu mereka pun bertanyata tentang ibadah apa yang telah membuat beliau masuk surge. Dari jawaban Umar, para ulama menjadi tahu bahwa yang menyebabkan semua dosa Umar terampuni adalah kasih sayangnya pada burung Usfur. Ia menyayangi burung Usfur di dunia, maka Aku (Allah) menyayanginya di akherat.

Dari kisah ini kita belajar untuk selalu menyayangi pada semua mahluk hidup. Mungkin terlihat sepele, tapi bisa jadi ternyata amal itu yang diterima di sisi Allah sehingga bisa menjadi jalan menuju kebahagian abadi. Maka tebarkanlah kasih sayang di muka bumi ini, niscaya para penghuni langit akan menyayangi kepada. (hal.22)

Kisah inspiratif lainnya bisa dipetik dari kedermawanan Sayyidina Utsman bin Affan. Beliau merupakan sahabat Nabi Saw yang paling banyak mengeluarkan harta benda untuk kepentingan dakwah Islam. Salah satu bentuk kedermawanannya adalah saat menyerahkan seluruh harta benda yang dimiliki, yaitu 100 unta lengkap dengan pelananya serta 1000 dinar demi membantu pasukan Islam melawan serbuan dari pasukan Romawi. Kedermawanan beliau juga tercermin saat ia berani membeli sebuah sumur dari pemiliknya yang beragama Yahudi dengan harga yang sangat fantastis, yaitu 25-35 dirham. Lalu sumur yang tadinya hanya bisa dinikmati oleh mereka yang berantong tebal itu disadaqahkan Utsman untuk kaum Muslimin.

Sifat dermawan beliau yang dipaparkan di sini sudah selayaknya dimiliki oleh kaum muslimin. Terlebih, saat ini di sekitar kita kian banyak orang yang sangat memerlukan bentuk nyata dari kedermawanan para orang kaya. Karena bagaimana pun, nikmat harta yang sedang kita rasakan dan miliki pada hakekatnya adalah hanya sebatas titipan Tuhan dan akan kembali pada-Nya.(hal90-95).

Tentu masih ada ragam kisah ibadah para sahabat Nabi lainnya yang sangat luar biasa. Bila Baginda Nabi adalah rembulan, maka para Sahabat Beliau laksana gemintang yang akan memperindah lukisan malam, yang akan menerangi gulita hingga “fajar kebenaran” memancar di ufuk setiap jiwa orang beriman.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar