Selasa, 22 Mei 2012

(Ngaji of the Day) Peran Ulama Pesantren dalam Menghadapi Terorisme Global


Peran Ulama Pesantren dalam Menghadapi Terorisme Global

Oleh : HM Misbahus Salam



Pada saat saya mengikuti Seminar Internasional yang dilaksanakan PBNU bekerjasama dengan Republik Federal Jerman dari tanggal 16-18 Maret 2012 di Hotel Apita Green Cirebon. dengan tema Peran Ulama dalam menghadapi Terorisme Global, saya sempat membuat catatan yang mungkin ada perlu dibaca oleh warga Indonesia yang kerap kali terancam oleh gerakan radikalisme dan terorisme.


Acara pembukaan Seminar Internasional ini dilaksanakan di Pondok Pesantren Agiel Siroj Kempek Cirebon. Dr. Dipl. Ing. Wiku Wardhana selaku ketua panitia menyampaikan bahwa problem terorisme dalam arti tindakan kejahatan yang dilakukan atas pembenaran diri sendiri – tampaknya tidak pernah habis dan selalu menarik untuk dibahas. Ibarat tanaman, terorisme akan tumbuh dan berkembang selama akarnya masih menancap di tanah. Tanah yang subur merupakan lahan bagi tumbuh kembangnya terorisme sepanjang sejarah, yang umumnya bersumber pada persoalan sosial, ekonomi, politik, dan agama yang digerakkan oleh ideologi radikalisme.



Sedangkan Prof Dr Ing.Baharuddin Yusuf Habibie dalam sambutannya menyampaikan bahwa terorisme adalah tindakan teror atau tindakan kekerasan yang dilaksanakan secara sistimatik dan tidak dapat diperhitungkan (unpredictable) yang dilakukan terhadap negara, terhadap penyelenggara pemerintahan – baik eksekutif maupun legislatif, bahkan terhadap warga elit sosial-politik, terhadap perseorangan dalam negara, untuk memperjuangkan Sasaran Politik teroris.


Sebagai contoh, terorisme dalam arti yang luas yang terjadi pada abad 20 Dan 21 Antara lain :

§  Gerakan antikolonialise (Indonesia – Belanda, Vietnam-Perancis, Algeria – Perancis, Irlandia – Inggris, Vietnam- USA).

§  Permasalahan antar kelompok etnik, masalah keadilan dan wilayah (Palestina – Israel, Spanyol – Bask, India – Pakistan).

§  Konflik antara aliran keyakinan agama (Katholik – Protestan di Irlandia Utara), Islam Radikal (Iraq, Al-Qaida, Taliban).

§  Penyelesaian pertentangan radikal dalam suatu masyarakat (Malaysia, Indonesia, Filipina, Iran, Iraq, Nikaragua, El Salvador Argentina).

§  Kelompok revolusioner Baader-Menhof di Jerman, Kelompok “Red Army di Jepang, Brigade Merah di Itali, Al Fatah, Hamas, Zwickauer Neonazi – Trio di Jerman dsb. adalah beberapa contoh terorisme radikal dan revolutioner yang memanfaatkan teknologi sebagai prasarana teror yang paling canggih di akhir abad 20 dan awal abad 21.


Karena para aksi teror sudah menggunakan tehnologi canggih maka untuk mengantisipasinya juga harus dengan teknologi. Oleh karena itu kualitas hidup, sikap dan produktivitas sumberdaya manusia (SDM) dengan Imtaq (Iman dan Taqwa) dan Iptek (Ilmu pengetahuan dan tehnologi) melalui kualitas pendidikan, pembudayaan dan lapangan kerja merupakan prasarana ‘’anti terorisme’’ yang paling handal.


Kemudian sambutan dari Duta Besar Republik Federal Jerman, Dr. Noerbert Bass, menyampaikan bahwa di Indonesia ini banyak agama-agama dan hidup dengan penuh kerukunan dan pergaulan yang harmonis. Dari itu Jerman perlu banyak belajar kepada Indonesia. Ternyata ketaatan beragama tidak mengganggu hubungan sosial antar umat beragama. Berarti tidak ada agama yang mengajarkan pemeluknya melakukan terorisme.



Lalu sambutan terakhir dari ketua Umum PBNU, KH Said Agiel Siroj, mengungkapkan Pertama ; bahwa manusia dalam bahasa arabnya adalah "Insan" dari asal kata Anas, Anis, Anisa, Insan artinya harmoni, intim, akrab, bersahabat, saling menyukai dan mencintai. Jadi selama kita menjadi insan atau Manusia, dipundak kita ada amanah yang harus diimplementasikan yaitu "insaniyyah" kemanusian, yang harus hidup harmonis, ramah, saling menghormati, menghargai, dan mencintai. Oleh karena itu yang namanya Ikroh (kekerasan), Syiddah (Radikal), Tatharruf (ekstrim), Irhab (teror) semua itu musuh insaniyah. Kedua ; Islam, Laisa al-islamu aqidah wa syari’ah faqath walakinna al-islama dinu al-ilmi wa al-tsaqafah, wa dinu al-adaabi wa al-hadharah, wa dinu al-tamaddun wa al-insaniyah (Islam bukan hanya agama theologi dan ritual ibadah saja, akan tetapi Islam adalah agama ilmu pengetahuan, agama peradaban, agama budaya dan agama kemanusian). Ketiga, Pondok pesantren yang ada dibawah naungan Nahdlatul Ulama saya jamin tidak mengajarkan terorisme. Kalau ada Pondok Pesantren yang selama ini terlibat teroris yang jelas itu bukan pesantren NU, atau pesantren itu didirikan dengan sponsor pihak tertentu.


Kemudian dilanjutkan dengan Studium General, dengan nara sumber dari beberapa tokoh Agama (Islam, Kristen, Hindu, budha, Konghucu). Semua agama sepakat bahwa dalam ajaran agama manapun tindakan terorisme tidak dibenarkan. Mereka hanya berbuat mengatasnamakan agama demi kelancaran aksinya.


Terorisme terjadi akibat karena adanya 1 Kebencian baik secara personal, kelompok maupun negara, 2 Kebodohan, artinya mereka yang mau melakukan karena olah fikir dan olah rasa tidak difungsikan, sekalipun berilmu akan menjadi bodoh. 3 Keserakahan, akibat perbuatan serakah ini hingga memunculkan ketidakadilan dan orang yang merasa terdhalimi akan berbuat nekat untuk melakukan gerakan terorisme.


Oleh karena itu ada beberapa langkah preventif untuk mengantisipasi terorisme antara lain : Pertama, Melalui Pendidikan, Anak bangsa harus diberi pemahaman secara komprehensif agar pemikiran dan tindakannya tidak mudah diajak melakukan kekerasan. Kedua, Dialog Agama, ketiga, Memberikan pemahaman tentang keagamaan yang benar dan keempat, Kebijakan pembangunan yang berkeadilan.


Sedangkan bagi yang telah melakukan gerakan terorisme tidakan yang harus dilakukan adalah : 1. Pakai kekerasan lewat negara, 2. Dihukum yang seberat-beratnya, 3. Dirangkul, bagi yang memiliki kelompok kuat sambil diajak berfikir yang positif, 4. Di klasifikasi sesuai dengan kondisi.


Yang penting Nahdlatul Ulama (NU) sebagai ormas terbesar beserta pihak-pihak yang anti terorisme harus terus menerus melakukan ikhtiyar agar gerakan Ikroh (kekerasan), Syiddah (Radikal), Tatharruf (ekstrim), Irhab (teror) tidak terjadi di dunia ini khususnya di bumi Indonesia. Amien.


* Sekretaris PCNU Jember, Pengasuh Yayasan Raudlah darus Salam Sukorejo Bangsalsari Jember

Tidak ada komentar:

Posting Komentar