Senin, 26 Desember 2011

(Buku of the Day) Aktivasi Sholawat Nabi; Menjadikan Sholawat Sebagai Doa Mustajab untuk Mewujudkan Segala Kebutuhan dan Hajat

Berdoa dengan Asma Rasulullah
025.jpg
Judul : Aktivasi Sholawat Nabi; Menjadikan Sholawat Sebagai Doa Mustajab untuk Mewujudkan Segala Kebutuhan dan Hajat
Penyusun : KH A Aziz Masyhuri
Penerbit : Pustaka Pesantren, Yogyakarta
Terbit : Pertama, 2011
Tebal : 226 Halaman
Peresensi : M Kamil Akhyari *)

Jika Anda bertanya, bagaimana cara mudah jadi orang kaya? Lalu dijawab, perbanyaklah membaca sholawat kepada Rasulullah! Mungkin Anda tidak akan percaya. Apa hubungannya orang kaya dengan banyak membaca sholawat? Bukankah rahasia sukses orang kaya adalah bekerja keras dan banting tulang tak mengenal siang dan malam demi mendapatkan selembar uang? Itulah mungkin pertanyaan-pertanyaan yang muncul dibenak Anda.

Secara logika memang tak ada sangkut pautnya antara kaya dan sholawat. Mungkin bagi Anda yang kurang suka membaca sholawat akan berkata, hanya orang yang sudah tidak waras yang mau kaya dengan memperbanyak bacaan sholawat. Diakui atau tidak, para ulama salaf telah membuktikan kedahsyatan bacaan sholawat, dan terbukti secara empirik.

Sejatinya, bacaan sholawat yang keluar dari bibir tak hanya mengandung muatan spritual-ukhrawi. Tapi juga mencakup urusan dunia, termasuk didalamnya orang yang butuh harta kekayaan. Mahalnya harga sembako, maraknya prostitusi dan semakin mahalnya harga kejujuran para elite bangsa ini disebabkab karena masih kurangnya membaca sholawat tidak sepenuhnya salah. Jika sholawat yang dibaca tak hanya sebatas keluar dari mulut, tapi juga dikaji maknanya niscaya hidup ini akan damai sejahtera sebagaimana Rasulullah contohkan.

Sholawat bukan hal yang baru di Indonesia. Setiap umat Islam Indonesia, setidaknya setiap tahun memperingati kelahiran Nabi Muhammad dan menyanjungnya melalui bacaan sholawat. Bahkan, sholawat tak hanya dilakukan antar pribadi dalam keseharian, tapi diformalkan dalam bentuk perkumpulan sholawat, mulai dari yang dibaca dengan lirih dan pelan sampai yang dibaca dengan keras dan disenandungkan.

Anda yang sudah melakukan hal itu namun belum mencapai tingkatan “haqq al yaqin” dan belum merasakan kedahsyatan sholawat mungkin masih bertaya-tanya, kenapa kemiskinan masih terjadi dimana-mana? Bukankah tidak sedikit penduduk negeri ini yang telah terbiasa mengamalkan sholawat.

Berdoa tak ubahnya melamar pekerjaan. Sebelum mendatangi kantor yang memutuhkan pekerja baru, sebelumnya harus mempersiapkan berbagai macam berkas yang telah dipersyaratkan untuk memenuhi kebutuhan administrasi. Memanjatkan doa pun demikian, sebelum menengadahkan tangan terlebih dahulu harus menjalankan kiat-kita doa mustajab. Ini terkadang yang kurang diperhatikan sehingga doa yang dipanjatkan tak kunjung terkabul.

Buku karya Pengasuh Pondok Pesantren Al Aziziyah Jombang Jawa Timur ini mencoba mengetengahkan kiat-kiat doa yang mudah dikabulkan, yang harus ditempuh seorang hamba sebelum memanjatkan doa. Para ulama mengakui kedahsyatan sholawat sebagai doa paling ampuh. Dalam buku ini, KH. A. Aziz Masyhuri menyusun berbagai macam sholawat (yang datang langsung dari Rasulullah maupun hasil kreasi ulama salaf) dengan khasiat yang berbeda-beda sebagai kekuatan doa paling mustajab untuk memenuhi segala macam kebutuhan hidup.

Selain itu, buku tersebut dilengkapi dengan kisah hikmah ulama tertentu yang telah menggapai kesuksesan hidup melalui kekuatan sholawat yang dipanjatkan.

Sayang, kisah-kisah menginspirasi ulama terdahulu yang telah mencapai puncak kesuksesan melalui amalan sholawat tidak mendapatkan porsi yang dominan. Sehingga kurang kuat untuk membantah orang yang apriori terhadap kekatan sholawat sebagai doa paling mustajab dengan menghadirkan bukti empirik.

Doa Mustajab

Setiap doa yang dipanjatkan, pertama kali yang harus ditempuh sebelum memanjatkan keinginanya, jiwa dalam keadaan suci. Termenologi suci tak hanya sebatas suci fisik sebagaimana pada umumnya. Bersihnya hati dari sifat-sifat yang kurang baik dapat mengambat terkabulnya doa. Perilaku juga jadi penentu diterima atau tidaknya sebuah doa.

Selain pribadi yang suci, syarat lain diterimanya sebuah doa, konsentrasi terhadap doa yang dipanjatkan. Khusyuk menjadi lambang sejauh mana seseorang serius meminta untuk mewujudkan segala hajat hidupnya.

Dan yang tak kalah penting konsistensi. Sebuah permohonan terkadang tidak langsung diterima, dan butuh proses panjang dan melelahkan untuk diterimanya. Sehingga dituntut sabar dan istiqamah sampai terkabul hajatnya. Salah satu syarakat terkabulnya sebuah doa adalah dawam, yaitu melaksanakan secara terus menerus dengan tidak ada henti-hentinya (hal. 30).

Jika doa Anda belum terkabul, sudahkan Anda menjalani semua kiat-kiat tersebut? Jika masih belum selamat mencoba! Wallahu a'lam.

*) Mahasiswa Institut Ilmu Keislaman Annuqayah (Instika) Sumenep Madura. Bergiat di Baet El Kamil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar