Senin, 20 Juni 2011

(Ngaji of the Day) Perpustaka​an, Jalan Panjang Mengusung Peradaban

Perpustakaan, Jalan PanjangMengusung Peradaban

Tinta sejarah, lewat catatan-catatannyamenjadi saksi bahwa ada keterkaitan erat antara kemajuan peradaban suatu bangsadengan munculnya perpustakaan. Logikanya, perpustakaan menjadi mediatormunculnya gairah intelektual yang lebih tinggi. Gairah yang tinggi melahirkanilmuwan-ilmuwan. Dan, ilmuwan-ilmuwan tersebut menjadi titik tolak kemajuanperadaban bangsa.

Dalam catatan sejarah, logika di atas sudahterbukti. Sebenarnya sebelum Masehi, perpustakaan-perpustakaan besar sudahbermunculan. Perpustakaan pertama kali berada di daerah Nipur, pada mileniumketiga sebelum masehi (SM). Selanjutnya pada tahun (668-627 SM), Raja Assiriamendirikan perpustakaan yang berisi sekitar 25.000 buku. Beberapa abadkemudian, di Athena berdiri perpustakaan di sekolah Plato dan Epicurean. Laluperpustakaan terkenal didirikan oleh Aristoteles. Tahun (295 SM), di daerahMesir didirikan sebuah pepustakaan yang koleksinya tidak kurang dari 500.000buku. Di Asia kecil, tepatnya pada masa pemerintahan Attalus (197 SM) danEumenes (159 SM) didirikan sebuah perpustakaan yang hampir menandingiperpustakaan Alexanderia di Mesir.

Sebuah kenyataan menarik disini adalah hampirseluruh tempat yang disebut di atas, merupakan daerah yang paling majuperadabannya. Sebut saja kota Athena yang keagungannya masih terasa sampai saatini. Di kota itulah lahir para filosof kenamaan seperti Socrates, Plato,Aristoteles, Tales,dll. Pemikiran mereka begitu berpengaruh bagi perkembangandunia dan sampai detik ini, pemikiran-pemikiran mereka masih dipelajari diuniversitas-universitas dunia, termasuk di Indonesia.

Jika kemajuan peradaban senantiasa ditandaidengan maraknya pepustakaan dan gairah intelektual yang tinggi dari masyarakatbangsa tersebut, sebaliknya, kemerosotan peradaban suatu bangsa, selaluditandai dengan hancur lebur dan luluhlantaknya perpustakaan. Sekitar abad ke-5masehi, Roma dihancurkan oleh tentara Barbar Jerman. Perpustakaan umum danpribadi turut serta dibakar dan diluluhlantakkan. Beberapa data sempatterselamatkan dan diungsikan di gereja-gereja. Sayang, ketika buku-buku ituberpindah ke gereja, ilmu yang semula berkembang secara bebas menjadi tertawan.Maka inilah yang disebut dengan masa Abad Pertengahan (Middle Age). Dunia Baratmengalami kemerosotan pada titik yang paling bawah.

Sementara dunia Barat berada pada masakegelapan peradaban, maka dunia Islam bangkit. Kesadaran dan kecintaan terhadapilmu pengetahuan pada jaman itu begitu tinggi. Buktinya,perpustakaan-perpustakaan dengan berbagai jenisnya muncul bertebaran diberbagai wilayah Islam, membidani lahirnya para ulama dan ilmuwan besar Islam,seperti Jabir Ibnu Hayyan, al-Farobi, Ibnu Sina, dll.

Perpustakaan-perpustakaan tersebut adalahtiga puluh enam perpustakaan di Baghdad, yang di antaranya adalah BaitulHikmah, sebuah kombinasi yang baik dari perpustakaan, akademi dan saranapenerjemahan, yang didirikan oleh Khalifah Abbasiyah, al-Ma`mun, sekitar tahun318 H; perpustakaan Umar al-Waqidi (736 H) yang diperkirakan memiliki banyaksekali buku yang kalau ditimbang beratnya sama dengan dua puluh ekor unta;Darul Ilmi (991); perpustakaan sekolah tinggi Nidzamiyah (1064); perpustakaansekolah Mustansiriyyah (1233); perpustkaan al-Baiqani, berisi banyak sekalibuku, sehingga untuk mengangkutnya saja membutuhkan enam puluh tiga keranjangdan dua ratus lima puluh koper; dan Perpustakaan Muhammad bin Kamil dengan10.000 buah buku.

Di Persia, terdapat perpustakaan pribadimilik Nuh bin Mansyur, perpustakaan Ibnu Hamid (w.971), perpustakaan penyairIbnu Hamdun (w.935), perpustakaan Adud ad-Daulah (982).

Di Kairo, berdiri perpustakaan Baitul Hikmah(998) yang berisi tidak kurang dari 100.000 volume, termasuk 2.400 buahal-Qur’an berhiaskan emas dan perak yang disimpan dalam ruangan terpisah,perpustakaan al-Fadhil (1068), perpustakaan Bin Fatiq, perpustakaan al-Ma’arifberisi ribuan buku dari setiap cabang ilmu pengetahuan.

Di Spanyol, berdiri lebih dari tujuh puluhperpustakaan yang di antaranya adalah perpustakaan Khalifah al-Hakim (976),berisi 600.000 jilid, yang secara hati-hati diseleksi seluruh penyalur bukuyang ahli dari semua pasar Islam; perpustakaan Abdul Mutrif (1011), seoranghakim Cordoba yang kebanyakan berisi buku-buku langka.

dan masih banyak lagiperpustakaan-perpustakaan pribadi yang tidak diketahui jumlahnya.

Bisa dikatakan, sejarah keemasan Islammenunjukkan bahwa perpustakaan ternyata bukan hanya rumah baca dan gudang buku,tapi juga pabrik buku; wadah berbagai penulisan, penyalinan, penerjemahan danpenerbitan naskah serta sebagai pusat riset para cendekiawan besar.

Hampir sama dengan kemerosotan yang terjadidi dunia Barat pada masa Abad Pertengahan, awal mula kemunduran Islam ditandaidengan hancurnya perpustakaan-perpustakaan Islam. Hal itu berawal setelahpeyerangan habis-habisan tentara Mongol terhadap Daulah Abbasiyah di Baghdadpada tahun 1258. Tentara Mongol tidak menyisakan satupun perpustakaan, semuanyadibakar habis. Dikabarkan, begitu banyaknya buku yang dibakar dan yang dibuangke sungai laut, membuat laut di daerah Baghdad berwarna hitam oleh tinta bukutersebut. Nasib yang sama juga terjadi di Samarkand dan Bukhara serta perpustakaanTripoli juga hancur pada saat Perang Salib berlangsung.

Sementara itu Barat yang menyadari pentingnyailmu pengetahuan, mulai bangkit dari tidur panjang Abad Pertengahan. Satupersatu perpustakaan-perpustakaan bermunculan di sana. Mulai bermunculan parakolektor buku dan pecinta pengetahuan. Tahun 1542, Martin Luther mengirim suratke seluruh kota Jerman, ia meminta agar dengan segenap daya dan upaya,mencurahkan seluruh tenaga untuk mendirikan perpustakaan, book house, tamanbacaan dan sebagainya. Dan permintaan tersebut mendapat sambutan hangat denganbermunculannya banyak perpustakaan di Jerman. Salah satunya adalahperpustakaan-perpustakaan yang berada di Hamburg dan Augsburg.

Pasca revolusi Prancis, pada tahun 1789,semangat intelektualisme juga mulai marak di daerah itu. Banyak sekaliperpustakaan-perpustakaan yang tumbuh di sana. Salah satu perpustakaan yangmasih bertahan hingga saat ini adalah Bibliotheque Nationale.

Hingga saat ini, banyak sekali berdiriperpustakaan di Barat. Beberapa perpustakaan yang bisa disebut antara lain:Library Congress di Washington (1800), The Brithis Museum Library di Inggris(1753), Lenin Library di Moskow (1917) dan The Bibliotheque Royale Albert diRoma (1837).

Begitulah sekelumit sejarah panjangperpustakaan dunia. Walaupun bukan menjadi indikator satu-satunya yang menjadipenyebab munculnya gairah intelektual, tampaknya susah untuk diingkari, bahwaperpustakaan memang memainkan peran penting di balik kemajuan peradaban. Adasemacam hubungan tak terpisahkan antara pengetahuan dan buku; antara buku dangudangnya buku, yakni perpustakaan.

Bangaimana dengan pesantren? Inilahpertanyaan yang seharusnya direnungkan bersama. Jika mengamati perjalanansejarah pesantren hingga saat ini, maka tampaknya, perpustakaan bukanlahmenjadi hal yang signifikan. Minim pesantren yang memiliki perpustakaan. Bahkanhanya nol koma berapa persen dari jumlah keseluruhan pesantren. Ironis memang,tapi demikianlah kenyataannya. Sebagai lembaga yang mengkhususkan diri di duniapendidikan, pesantren justru tidak pernah memperhatikan pengadaan danpengembangan perpustakaan.

Padahal kalau kita mau jujur, perpustakaanmerupakan salah satu bagian yang paling fundamental dalam setiap institusipendidikan. Di ruang perpustakaan seorang ilmuwan bisa menelaah habispengetahuan-pengetahuan yang telah ditemukan oleh pendahulunya. Dariperpustakaan seseorang mampu mengembangkan wawasan pemikirannya. Di sanaseseorang bisa melakukan riset-riset kecil, observasi-observasi hingga mampumemberikan sumbangan yang signifikan bagi dunia ilmu pengetahuan.

*) Penulis adalah Alumni Santri Sidogiri asalProbolinggo. Tulisan ini dimuat di Buletin SIdogiri edisi 24.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar