Rabu, 12 Oktober 2011

(Ngaji of the Day) Tahli Panjang dan Pendek

Tahli Panjang dan Pendek



TAHLIL berasal dari kata "hallala - yuhallilu - tahlilan". Artinya membaca kalimat "laa ilaaha illallah". Setiap melihat orang yang tengah berdzikir dzahar (jelas) seringkali suaranya dikeraska dan pada awalnya membaca tahlil itu dengan bacaan panjang. Bagaimana liku-liku tahlil dipanjangkan itu, beritkut adalah penjelasan beberapa kyai Buntet yang dihimpun redaksi.



DZIKIR (tahlil) yang dipanjangkan di awal bacaan memiliki maksud pengha­pusan dosa besar. Disamping itu Tahlil merupakan shadaqah (hadiah) dan syafaat (penolong) bagi orang lain.



Kita sering mendengar atau bahkan meng­­­ucapkan sendiri saat bertahlil (dzikir): Laa ilaaha ill Allah, biasanya sekali kalimat itu dibaca 3 x dipan­jang­kan ucapannya. Setelah itu dilanjutkan sebagaimana biasanya hingga akhir.



Paraulama dahulu jelas tidak asal mela­kukan tahlil (dzikir). Termasuk gerakan kepala dan juga gaya ucapaan­nya. Semata-mata hal ini meng­ikuti ulama dahulu (salafusholeh). Se­buah khabar (atsar) yang tertulis da­lam kitab Hasyiah 'alaa mukhtashor Ibnu Abi Jamroh Lil Bukhory, menulis riwa­yat Anas ra.



عن أنس قال: من قال لا اله الا الله ومدّها هدمت له اربعة آلاف ذنب من الكبائر. قيل فان لم يكن له هذه الكبائر؟ قال: يغفرله ذنوب أبويه وأهله وجيرانه.



Artinya: "Dari Anas bin Malik ra. berkata: "Barangsiapa yang mem­baca dzikir Laa ilaaha ill Allah dan dipan­jangkan ucapannya, maka diha­puskan empat ribu dosa besar. Ditanyakan ba­gaimana seandai­nya, si pembaca dzikir itu tidak mempunyai dosa be­sar? Maka dosa besar (selain syirik) itu akan meng­hapus kesa­lahan pada ke­dua orang tua­nya, keluarga­nya atau tetang­ganya."



Tahlil Menghapus Dosa



Dosa dalam pengertian agama adalah bila diperintah tidak mengerjakan dan bila dila­rang tetap saja dilanggar. Atau gam­pangnya dosa itu akan melekat manaka­la: sudah tahu salah, tetap saja dilanggar!



Sejatinya, orang yang selalu merasa dirinya hina (berdosa) adalah yang baik, daripada merasa dirinya suci. Bahkan Allah swt dengan tegas melarang: "…Ja­nganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa." (An Najm: 32)



Karenanya, dalam pandangan tasawwuf tidak mengenal dosa kecil. Sebab dosa ibarat noda hitam yang mengotori hati manusia. Jika saja kotoran itu terkum­pul, lama kelamaan menjadi besar. Kare­na itu sebagaimana kebiasaan para ula­ma dahulu (jadul) dan ulama kemudian mereka cinta sekali pada tahlilan. Sebab tahlil itu sendiri salah satu fungsinya merupakan pengha­pus dosa-dosa. Bah­kan konon, jikapun dosanya itu sebanyak buih di lautan. Sebagaimana hadits diri­wayat­kan Bu­kha­ri Muslim:



عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم من سبح في دبر صلاة الغداة مائة تسبيحة وهلل مائة تهليلة غفرت له ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر.



Artinya: "Dari Abi Hurairah ra, bersabda Rasulullah saw: Barangsiapa bertasbih dan bertahlil 100 kali, di akhir shalat maka dihapuskanlah dosa-dosa­nya mes­kipun se­ba­nyak buih di lautan." (HR. Nasai no. 1337) Tertulis pula di hampir semua (buku) pera­wi terkenal.



Tahlil: Shodaqah & Syafaat



Bahwa tahlil itu sendiri disamping penghapus dosa, juga meru­pa­kan sha­daqah. ..... وكل تهليلة صدقة ..."Dalam setiap tahlil itu shadaqah" (Shoheh Muslim hadits no. 1181).



Di samping sedekah, tahlilan juga bisa mem­berikan pertolongan bagi orang lain. Pertolongan ini disebut syafaat. Yaitu usaha perantaraaan dalam mem­berikan sesuatu manfaat bagi orang lain, atau mengelakkan sesuatu madhorot bagi orang lain. Contoh: mestinya orang mendapat celaka, tetapi tidak jadi. Itulah salah satu man­faat dari syafaat. Barang­siapa yang memberikan syafa'at yang baik, niscaya ia akan memperoleh ba­gian (pahala) daripadanya." (QS. Annisa:85).



Syafa'at yang baik itu salah satunya adalah mendoakannya. Tahlil merupa­kan syafaat sebab di dalamnya merupa­kan shodaqah (hadiah). Bukankah hadiah (shadaqah) itu dapat membantu orang lain. "Siapa yang mensyafa'ati sese­­orang, sungguh ia telah member­ikan hadiah….." (Lihat Kitab Sunan Ahmad pada hadits no. 21.221).



Rasulullah saw bersabda: "Sungguhnya, laki-laki dari umatku, dapat memberikan syafaat (pertolongan) pada individu lain, sampai tiga orang se­hing­ga masuk syurga….. " (Lihat Sunan Turmudzi hadits no. 2364 dan Sunan Ahmad hadits no. 10721)



Karena itu, tidaklah salah apa yang dikata­kan oleh Shahabat Anas bin Malik ra bahwa membaca tahlil yang dipan­jang­kanbisa mengha­pus dosa besar. Baik untuk sendiri, dosa kedua orang tua, bahkan tetangga pun ikut serta me­nikmati manfaatnya. Karena tahlil da­pat memberikan syafaat bagi orang lain.



Apa yang disampaikan oleh Shahbat Anas ra dalam kitab Abi Jamroh itu boleh jadi merupakan Ilham. Sebab Nabi saw pun pernah mendapat ilham selama 6 bulan di Gua Hira. Setelah itu me­ningkat dengan diberi wahyu. Ilham itu sendiri akan terus datang kepada hamba-hamba Allah lainnya. "maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya" (QS. As Syams: 8)



Menurut Muhammad bin Ka'ab ra, bahwa jika Allah menghendaki kebaikan pada seorang hamba, niscaya Allah mengilhamkan suatu petunjuk kebaikan, kemudian ia mengamalkan­nya. Sebalik­nya, jika pada orang jahat, akan diilham­kan kejahatan lalu menger­jakannya. (Tafsir Al Qurthubi)



Akhirnya, tidaklah salah jika para kyai, ulama dan orang-orang shaleh dengan tegas dan yakin serta mantap untuk tetap mengerjakan tahlilan (dzikiran) dengan berjama'ah pada majlis tahlil, maupuan sendirian. Karena di dalamnya istimewa.



Hebatnya Majlis Tahlil



Dikatakan hebat, karena bila di dalam­nya ada orang yang berdosa, akan dimpuni, bahkan pengikut dzikir yang tidak rutinpun, akan diampuni pula.



Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda: "…… Para Malaikat sentiasa memerhati majlis-majlis zikir. Apabila mereka dapati ada satu majlis yang dipenuhi dengan zikir, mereka turut mengikuti majlis tersebut di mana mereka akan melingkunginya dengan sayap-sayap mereka sehinggalah memenuhi ruangan antara orang yang menghadiri majlis zikir tersebut dan langit. Apabila orang ramai yang hadir dalam majlis tersebut bubar, para malikat naik ke langit.



"Baginda bersabda: Allah s.w.t bertanya para malaikat sedangkan Allah me­ngetahui pergerakkan mereka dengan firmanNya: Dari mana kamu datang? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hambaMu di dunia. Mereka bertasbih, bertakbir, bertahlil, bertahmid serta berdoa memohon dariMu. Allah s.w.t berfirman: Apakah yang mereka pohonkan? Para Malaikat menjawab: Mereka memohon Syurga dariMu…...



"……..Para Malaikat berkata lagi: Wahai Tuhan kami, di antara mereka terdapat seorang hambaMu. Dia penuh dengan dosa, sebenarnya dia tidak berniat untuk menghadiri majlis tersebut, tetapi setelah dia melaluinya dia terasa ingin menyertainya lalu duduk bersama-sama orang ramai yang berada di majlis itu. Baginda bersabda: Allah berfirman: Aku juga telah mengampuninya. Mereka adalah kaum yang tidak dicelakakan dengan majlis yang mereka adakan." (HR. Bukhari Muslim. Lihat Al Bayan hadits no. 1573)



Wallahu a'lam.



Santri Pondok Pesantren Buntet, Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar