Jumat, 30 Agustus 2013

(Do'a of the Day) 23 Syawal 1434H


Bismillah irRahman irRaheem

 

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Allaahumma anta rabbii. Laa ilaaha illaa anta. Khalaqtanii wa anaa 'abduka, wa ana 'alaa 'ahdika wa wa'dika mastatha'tu

 

Ya Allah, Engkaulah Tuhanku. Tidak ada Tuhanselain Engkau. Engkaulah yang menjadikan aku, sedangkan aku adalah hamba-Mu, dan aku berjanji setia kepada-Mu sekuat mampuku.

 

Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 18.

(Ponpes of the Day) Pondok Pesantren Kempek, Kabupaten Cirebon – Jawa Barat


Pondok Pesantren Kempek, Kabupaten Cirebon – Jawa Barat

 



 

Kempek adalah nama sebuah desa di wilayah Kecamatan Gempol Kabupaten Cirebon didekat kecamatan kecil Palimanan yang diapit antara dua jalur besar arah Jakarta dan arah Bandung. Kurang lebih 15 km sebelah barat kota Cirebon.


Kempek inilah yang dijadikan nama Pesantren pada tahun 1908 oleh pendirinya, yakni Mbah KH. Harun putra pasangan KH. Abdul Jalil yang berasal dari Pekalongan, dengan Nyai Hj. Kamali merupakan seorang perempuan berdarah Sunda dari Kedondong.


Setelah beliau wafat pada tanggal 23 Maret 1935, perkembangan pesantren kemudian dilanjutkan oleh putra dan menantu beliau, yakni KH. Yusuf Harun (putra), KH. Umar Sholeh (putra), KH. Manshur Zubair, Losari (menantu), KH. Zuhdi Ilyas, Surakarta (menantu), K. Muslim,Tegal (menantu), KH. Nashir Abu Bakar, Tegal (menantu), KH. Ma'shum Siroj, Gedongan (menantu), KH. Aqiel Siroj, Gedongan (menantu) dan KH. Hasan Harun (putra).


Untuk mengefektifkan penanganan pendidikan di pesantren sebagaimana yang telah dikembangkan secara berkesinambungan oleh Mbah KH. Harun (tahun 1908 – 1935), KH. Yusuf Harun (tahun 1935 – 1949) dan KH. Umar Sholeh Harun (tahun 1949 – 1999) serta sejak tahun 1999 dipegang oleh putra tunggalnya KH. Nawawi Umar sampai sekarang.

 

Pondok MTM KempekCirebon adalah wilayah penting bagi penyebaran ahlussunnah wal-jamaah yang dikembangkan Nahdlatul Ulama di Indonesia. Cirebon selalu melahirkan generasi emas yang mampu berkontribusi membangun peradaban Islam di Indonesia, sejak era Sunan Gunung Jati hingga reformasi. Posisi strategis inilah yang mendorong PBNU melangsungkan acara Konbes dan Munas Alim Ulama NU di Cirebon. Tepatnya di Pondok Pesantren Kempek.

 

Bicara tentang Pesantren Kempek, tentu kita tidak bisa melepaskan dengan kiprah "Pendawa Lima" (lima tokoh) yang memotori sejarah perkembangan Pesantren Kempek ini. Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabrata. Pandawa Lima adalah sebutan untuk lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Namun kisah Pandawa Lima kali ini ada di salah satu Pesantren tradisional yang dibangun lebih dari satu abad lampau, tepat nya pada tahun 1908 oleh AL Mukarrom Mbah KH Harun AL-KEMPEKY.

 

Lahirlah keluarga kecil dengan jasa yang sangat besar dan di kagumi oleh seluruh santri dan kiai. Yaitu keluarga Mbah Kiai Haji 'Aqiel Siroj'. Awalnya Kiai Aqil adalah salah satu santri di Pondok Pesantren Kempek yang di asuh oleh Mbah KH Harun. Karena beliau terkenal cerdasnya, lalu beliau dinikahkan oleh anak Mbah Kyai Harun dari istri kedua yaitu Nyai, Hj. Afifah.

 

Dibinalah keluarga kecil di ruang lingkup pesantren. Kiai Aqiel pada tahun 1960-an merintis Majlis Tarbiyatul Mubtadi'ien guna mengektifkan pendidikan di Pesantren Kempek Cirebon. Dan dari pernikahanya lahirlah 5 putra:

 

Abuya KH Ja'far Shodiq Aqiel Siroj.

 

Di antara putra-putra kiai Aqiel beliau adalah salah satu putra yang paling tegas, cerdas dan taguh dalam pendirinya. Kiai alumni Pondok Pesantren Lirboyo juga ini menjadi Pengasuh Majlis Tarbiyatul Mubtadi'ien Pondok Pesantren Kempek yang di rintis oleh ayahnya setelah ayahnya tiada. Beliau juga ia mendirikan Yayasan Kyai Aqiel Siroj (KHAS) Kempek guna memberikan pendidikan yang luas untuk pesantren kempek dan menjadi ketuanya.

 

Bukan hanya itu resolusi beliau. Beliau juga menjadi Ketua MUI Cirebon dan juga menjadi Mustasyar PCNU Cirebon. Kesibukannya bukan hanya dalam organisasi Islam tapi beliau juga kembangkan ilmunya dengan mengajar Kitab AlFiyah dengan santri-santri pesantren Kempek. Beliau di karuni 6 Putra-Putri dengan Ny.Hj. Daimah yaitu putri dari uwanya yaitu KH.Nashir Abu Bakar (KIai Kempek). putra-putrinya pun ikut membantu pengembangan MTM Pesantren Kempek Putra dan Putri juga Pendidikan Yayasan KHAS Kempek.

 

DR KH Said Aqiel Siroj.

 

Beliau lahir di komplek pesantren Kempek tepatnya pada 3 juli 1953. Putra kyai Aqiel ini adalah salah satu putra yang terjun langsung dalam orang yang berpengaruh di dunia. Beliau aktifkan pemikiran, kecerdasan dan ke'arifannya di Nahdlatul Ulama (NU) dengan membawa visi misi pesantren. Ia pun menjadi ketua Umum PBNU (2010-sekarang), Penasehat MTM Pondok Pesantren Kempek, dan juga menjadi wakil kakaknya di Yayasan KHAs Kempek Cirebon.

 

Di antara putra kyai Aqiel, hanya Kang Said-lah yang berlama lama di Makkah sampai berkeluarga di kota kelahiran Nabi ini. Dia mempunyai title yang sangat luar biasa. Beliau dikaruniai 4 putra dan putri. semua putra putri nya di lahirkan di arab dengan ibu Ny. Hj Nurhayati Abdul Qadir.

 

KH Muh. Musthofa Aqiel Siroj.

 

tutur katanya selalu membuat orang yang mendengarkan menjadi luluh hati, beliau adalah Mubaligh Kondang. Semua bahasa lokal hampir beliau kuasai. Anak ke tiga kyai Aqiel ini adalah kiai mubaligh yang handal dalam pembicaraan da'wahnya sampai-sampai beliaupun di jadikan Mustasyar Ikhwanul MUballighin. Ia pun menjadi Penasihat MTM Pondok Pesantren Kempek, dan juga menjadi mudhir pengajiannya para kyai wilayah 3 cirebon yaitu Majlis Dirosah Ilmiah Al-Ghadier di bawah naungan Yayasan KHAS Kempek dan MTM. BUkan hanya kakaknya (Kang SAid) yang aktif dalam Nahdlatul Ulama tapi kang Muh (nama akrab beliau) juga ikut berperan dalam kemaslahatan NU. Tepatnya menjadi Katib Syuriah PBNU. Dan menjadi bendahara dalam kependidikan Yayasan KHAs kempek. Kesibukannya bukan hanya di geluti dengan berdakwah dan berorganisasi saja tapi ia pun kembangkan ilmunya dengan mengajar para kyai-kyai sewilayah tiga cirebon setiap jum'at siang (ba'da jum'atan) dengan kitab Tafsir jalallain dan mengajar santri-santrinys dengan Kitab pasaran setiap pagi dengan Kitab Ihya Ulummuddien karangan Imam GHazali. Beliau di karuniai 4 putra dengan putri Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarah Mbah Kyai Maemun Zubair yaitu Nyai.Hj.Shobihah.

 

KH Ahsin Syifa aqiel Siroj.

 

Alim dan cerdas juga istiqamah. Ketiga kakak-kakaknya yang menuruni ayahandanya adalah kang Ahsin bahkan Abuya Ja'far sangat kagum dengan semua yang di miliki oleh adiknya ini. Kecil hingga dewasa sampai ayahnya wafat beliau hanya di didik oleh ayahnya, tidak seperti kakak-kakaknya atau adiknya.

Beliau tidak pernah mengijinkan kakaknya ke pesantren lain kecuali di ruang lingkup Pesantren Kempek. Kini beliau menjadi Pimpinan Majlis Tarbiyatul Mubtadi'ien Pesantren Kempek. Dan beliau selalu istiqamah dalam pembelajaran santri-santri Majlis Tarbiyatul Mubtadi'ien dengan berbagai kitab. Beliau di karuniai 2 putri dengan putri kiai kempek yaitu Nyai.HHj.Iin Muhsinah.

 

KH Ni'amillah Aqiel Siroj.

 

Cerdas dan gaul. KAng Ni'am adalah kiai yang mudah bergaul dengan siapa saja. Sopan dan santun, tegas dan bijaksana. Beliau di percaya menjadi kepala Madarasah KHAS Kempek dan menjadi ketua umum Muhadhoroh MTM Pesantren Kempek. Beliau di karuniai 3 Putra-Putri dengan Putri kiai Buntet Yaitu Nyai.Hj. Titim Fatimah.

 

Kelima Putra MMbah Kyai Aqiel Siroj banyak dijuluki oleh sebagian golongan dengan sebutan Pandawa Lima. Beliau-beliau inilah sang Pendekar dari Pesantren Kempek, ulama-ulama yang dibutuhkan oleh umat, bangsa negara.

 

Yayasa KHAS

 

Yayasan kyai Haji Aqiel Siroj (KHAS) Pondok Pesantren Kempek Cirebon merupakan yayasan yang berkonsentrasi pada pendidikan dengan berbasis pada nilai-nilai salaf. Dalam perkembangannya, lembaga ini mempunyai peran yang cukup signifikan dalam membentuk insan yang berwawasan ilmiah dan berakhlakul karimah sehingga menjadikan pondok Pesantren Kempek tetap survival dan eksis serta menjadi alternatif bagi orang tua untuk memberikan pendidikan terbaik bagi putra-putrinya.


Kurikulum modern dan tradisional yang diramu secara apik melahirkan alumni-alumni yang kompetitif dan mampu melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


TUJUAN
1. Membekali santri (siswa-siswi) dengan ilmu agama khususnya penguasaan  terhadap literature kitab-kitab kuning.

2. Mempersiapkan santri (siswa-siswi) dengan ilmu pengetahuan dan teknologi  inovatif yang berwawasan sosial kemasyarakatan.

3. Membentuk pribadi santri (siswa-siswi) yang mampu berprilaku religius  sekaligus membiasakan berfikir yang mencapai level diskoveri, inovasi & kreasi.


PROGRAM KEGIATAN

Yayasan KHAS mempunyai 4 unit pendidikan dengan perpaduan program antara kurikulum nasional (Diknas/Depag) dan kurikulum lokal (Pesantren). Program kurikulum nasional diberikan pada sore hari dan pagi serta malamnya para santri (siswa-siswi) mengikuti program belajar di pesantren.


Unit pendidikan Yayasan KHAS tersebut adalah :


1. Pesantren MTM Putra dan Putri (kurikulum lokal)
2. MTs KHAS Kempek (terakreditasi B – kurikulum Depag)
3. SMP KHAS Kempek ( SK. Ijin PSB – Kurikulum Diknas)
4. MA KHAS Kempek (terakreditasi B – kurikulum Depag)

EKSTRAKURIKULER
1. Bimbingan Al-Qur’an (tartil/tahfidz)
2. Bimbingan Nahwu – Sharaf
3. Kajian Kitab Fiqih, Tafsir, Hadits dan Tasawwuf
4. Diskusi keagamaan Dirosah Sunniyah
5. Pengembangan Bahasa Arab dan Inggris
6. Pengembangan Komputer dan Internet
7. Paskibra
8. Pramuka
9. PMR
10. Pengembangan Kreatifitas/Mading

SARANA DAN PRASARANA
1. Gedung tempat belajar
2. Laboratorium Komputer/labvolt
3. Perpustakaan
4. Masjid dan Musholla
5. Asrama
6. Sarana Olahraga
7. Koperasi, Kantin dan tempat makan
8. MCK dan Dapur Umum
9. Tanah luas status wakaf untuk pengembangan

TENAGA PENGAJAR
Tenaga pengajar terdiri dari : Para kyai/nyai dan ustadz/ustadzah pesantren, guru-guru MTsN, SMPN, MAN dan SMUN, guru-guru dengan kualifikasi S.1 dan S.2 lulusan Perguruan Tinggi Negeri/Swasta.

STRUKTUR PENGELOLA
A. Yayasan
Ketua : Buya H. Ja’far S. Aqiel Siroj
Waket : Prof. DR. KH. Said Aqiel Siroj
Sekretaris : KH. Ahsin Syifa Aqiel Siroj
Bendahara : KH. Moh. Musthofa Aqiel Siroj
B. Sekolah
Kepala MTs : H. Shofiyuddin, S. Ag
Kepala SMP : H. Ahmad Zaeni Dahlan, Lc, M. Phil
Kepala MA : Drs. Ibnu Sirin, M. Pd

Syarat-syarat pendaftaraan
1. Mengisi formulir pendaftaran
2. Menyerahkan fotocopy ijazah/STTB yang telah dilegalisir (2 lembar)
3. Menyerahkan STL/DNHUN asli beserta fotocopynya (2 lembar)
4. Menyerahkan fotocopy KTP orang tua/wali (2 lembar)
5. Menyerahkan salinan surat kenal lahir/akte kelahiran (2 lembar)
6. Menyertakan fotocopy ijazah diniyah takmiliyah/MD (1 lembar)
7. Menyertakan surat pindah dan raport bagi siswa pindahan
8. Pada tanggal 13 Juli 2009 berusia maksimal 18 tahun bagi MTs/SMP dan 21 tahun bagi MA
9. Menandatangani pernyataan orang tua/wali dan bersedia mentaati peraturan pendidikan
10. Menetap dan/atau mengaji di Muhadloroh MTM selama mengikuti pendidikan
11. Pendaftaran harus didampingi orang tua/wali

 

Alamat Pondok:

Jln. Tunggal Pegagan blok. Pesantren Ds, Kempek Kec, Gempol Kab. Cirebon 45161 Jawa Barat, Telp:62231-343604



Dari Berbagai Sumber

BamSoet: Politik Ekonomi Tanpa Militansi

Politik Ekonomi Tanpa Militansi

Bambang Soesatyo
Anggota DPR RI/
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia

FUNDAMENTAL ekonomi Indonesia itu lemah. Pertumbuhan ekonomi memang tinggi, tetapi dia tidak independen alias minus kemandirian. Akibatnya, sendi-sendi ekonomi negara mudah terguncang oleh perubahan eksternal berskala kecil sekali pun. Begitulah jadinya jika politik ekonomi dipraktikan tanpa militansi membangun kemandirian

Menjelang pekan terakhir Agustus 2013, grafik perekonomian nasional sungguh menggelisahkan. Perkembangan harga di dalam negeri semakin ekstrim alias terus menjauh dari jangjauan daya beli rakyat kebanyakan. Hari-hari ini, bukan hanya harga kebutuhan pokok yang mahal, bahkan harga valuta dolar AS terus bertambah mahal. Konsekuensinya,harga bahan pangan yang diimpor akan bertambah mahal pula. Semua kecenderungan ini menggambarkan rapuhnya fundamental ekonomi negara.

Indikator kerapuhan itu sudah terbaca ketika pemerintah bersikukuh menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjelang akhir Juni 2013. Kendati  jutaan keluarga sedang bergelut mengatasi beban puncak berkait dengan kebutuhan biaya pendidikan anak dan persiapan menyongsong bulan Ramadhan plus perayaan Indul Fitri, pemerintah sama sekali tak mau berkompromi. Sikap yang demikian mengindikasikan bahwa pemerintah sedang mengalami kesulitan likuiditas. Begitu keringnya likuiditas sehingga untuk menetralisir harga daging di pasar dalam negeri pun pemerintah tak mampu.

Gambaran kerapuhan itu menjadi semakin nyata ketika nilai tukar dolar AS terhadap rupiah terus menguat disertai dengan ambruknya indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penyebab depresiasi rupiah dan turunnya harga saham di BEI adalah keluarnya dana-dana asing dari Indonesia. Dana-dana itu keluar sebagai respons atas kebijakan otoritas moneter Amerika Serikat (AS) menghentikan program stimulus ekonomi, pertanda ekonomi AS telah terkonsolidasi.

Maka, kritik Ketua Majelis Pertimbangan Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais tentang kondisi riel perekonomian nasional dewasa ini sudah merangkum aspirasi berbagai elemen bangsa yang telah seringkali disuarakan. Ketika berpidato pada acara ulang tahun PAN ke-15 di Jakarta, baru-baru ini, Amien Rais berujar,” Kita ini, maaf saya katakan, jadi bangsa jongos di rumah sendiri. Tidak ada kemandirian, kurang berkeadilan, ekonomi kita hancur-hancuran. Semua itu bukan karena konstitusi, tapi people behind constitution."

Bahkan kecaman Amien itu ibarat menyambung lidah jutaan ibu rumah tangga yang sangat kecewa dengan ketidakberdayaan pemerintah mengendalikan aneka harga kebutuhan pokok selama bulan Ramadhan hingga hari-hari menjelang perayaan idul Fitri tahun ini. Sepanjang Juni, Juli hingga awal Agustus 2013, harga aneka kebutuhan pokok menjadi sangat mahal karena sebagian besar harus diimpor. Dari daging sapi hingga sejumlah jenis komoditi sayur mayur.

Karena Indonesia negeri agraris, ketergantungan yang begitu tinggi terhadap bahan pangan impor menjadi penjelasan yang sangat gamblang tentang rapuhnya fundamental perekonomian negara. Kalau sektor pertanian, perkebunan dan juga sektor peternakan dibangun berlandaskan semangat mewujudkan kemandirian, langkah impor tidak diperlukan. Sebaliknya, Indonesia seharusnya bisa swasembada dan menjadi leader dalam ekpor komoditi pangan.

Kalau saja agenda atau program revitalisasi sektor pertanian yang pernah dijanjikan dulu sudah direalisasikan, benih-benih kemandirian bangsa pasti sudah terbangun. Setidaknya, Indonesia tak perlu lagi impor cabai, tomat dan bawang. Sayang, janji revitalisasi sektor pertanian hanya pepesan kosong. Sebab, ketergantungan pada bahan pangan impor justru bertambah kuat.

Kalau sudah seperti itu kecenderungannya, jangan heran jika neraca perdagangan juga ikut rapuh alias gampang defisit. Kini, upaya menyeimbangkan neraca perdagangan tidak hanya dirongrong oleh besarnya kebutuhan devisa untuk belanja atau impor BBM, tetapi juga impor bahan pangan. Artinya, demi stabilitas, ketersediaan dua kelompok komoditas strategis ini harus selalu terjaga. Jadi, jelas bahwa taruhannya sangat mahal; antara menjaga stabilitas nasional dan ketidakseimbangan neraca perdagangan. Bisa dipastikan bahwa sangat sulit bagi pemerintah menjaga keseimbangan neraca perdagangan, karena tidak ada potensi apa pun yang dapat menurunkan impor BBM dan komoditi kebutuhan pokok.

Pekan lalu, pemerintah menerbitkan empat kebijakan ekonomi untuk menangkal ancaman krisis ekonomi. Paket kebijakan itu merupakan gabungan kebijakan Kementerian Perekonomian, Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kebijakan pertama fokus pada upaya memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Ekspor dipacu dan meringankan pajak bagi industri berorientasi ekspor. Impor migas diturunkan dengan memperbesar konsumsi biodiesel. Juga menaikkan pajak barang mewah untuk mobil CBU dan barang impor bermerek dari 75% menjadi 125% hingga 150%.

Kebijakan kedua  fokus menjaga pertumbuhan ekonomi. Defisit APBN-2013 tetap sebesar 2,38%, dan memberikan insentif kepada industri padat karya. Sedangkan
kebijakan ketiga berupaya menjaga daya beli. pemerintah dan BI menangkal gejolak harga dan inflasi.

Sementara kebijakan keempat  fokus pada upaya mempercepat investasi. Pemerintah akan mengefektifkan sistem layanan terpadu satu pintu perizinan investasi. Saat ini sudah dirumuskan pemangkasan perizinan hulu migas dari 69 izin menjadi 8 izin. Pemerintah juga akan mempercepat revisi peraturan daftar negatif investasi (DNI).

Namanya juga kebijakan, pastilah ideal. Namun, apakah empat kebijakan itu relevan untuk merespon depresiasi rupiah dan kejatuhan harga saham? Patut diragukan. Buktinya, pasar tetap saja bereaksi negatif. Ada dua tafsir yang bisa dimunculkan dari reaksi pasar seperti itu.

Pertama, pasar tidak yakin pemerintah kapabel menangkal ancaman krisis. Kedua, empat kebijakan itu memang tidak relevan dengan potensi ancaman terkini. Sebab, esensinya lebih mengarah pada upaya mempromosikan investasi dan membangun hambatan tarif untuk memperkecil volume impor barang mewah.

Padahal, persoalan paling utama yang sedang dihadapi perekonomian negara saat ini adalah nilai tukar atau depresiasi rupiah, khususnya terhadap dolar AS. Ekses dari menguatnya nilai tukar dolar AS sangat jelas; merongrong neraca perdagangan dan dampak atau pengaruhnya terhadap harga di pasar dalam negeri, karena BBM dan sebagian komoditi pangan diimpor.
Sepanjang tahun 2012 nilai impor pangan Indonesia mencapai Rp125 triliun. Lonjakan relatif tinggi, karena tahun 2011 masih di kisaran  Rp 90 triliun. Komoditi pangan yang diimpor meliputi beras, jagung, kedelai, biji gandum, tepung terigu, gula pasir, daging sapi dan daging ayam, garam, singkong dan kentang.  Tahun ini, nilai impor bahan pangan pasti melonjak lagi karena krisis daging sapi yang berkepanjangan.

Jadi, sudah jelas bahwa Indonesia bisa dibayangi krisis ekonomi karena faktor eksternal. Fakta ini membuktikan daya tahan ekonomi negara sangat lemah. Maka, harus ditumbuhkan militansi untuk membangun dan memperkuat fundamental ekonomi negara. Sebagai negara agraris, Indonesia mestinya mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan sendiri. Dengan sumber minyak yang cukup memadai, kebutuhan akan BBM mestinya tidak seluruhnya diimpor. Cukup dengan kemauan politik, kemandirian bangsa bisa diwujudkan. []



Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

(Ngaji of the Day) Tiga Tingkatan Shalat Sunnah


Tiga Tingkatan Shalat Sunnah

 

Seperti diketahui bahwa selain fardhu lima waktu, ada beberapa shalat tambahan yang sering disebut dengan shlat nawafil yang dalam bahasa indonesia bisa diterjemahkan sebagai shalat tambahan. Jika diperhatikan secara sekasama ternyata shalat nawafil ini ada beberapa tingkatan pertama sunnah, kedua mustahab, ketiga tathawwu’.


Meskipun ketiganya sering dikategorikan sebagai shalat sunnah, tetapi pada hakekatnya memiliki perbedaan. Dalam kitab Asrarus Shalat min Rub’il Ibadat, Imam Ghazali menerangkan bahwa yang dimaksud dengan shalat sunnah adalah shalat yang dinukil secara langsung dari Rasulullah saw yang mana beliau melakukannya secara terus menerus. Misalnya shalat rawatib yang mengiringi shalat fardhu (shalat sunnah qabliyah dan shalat sunnah ba’diyah), shalat dhuha, shalat tahajjud, shalat witir dan sebagainya.


Adapun yang dimaksud dengan shalat mustahab adalah shalat yang keutamaannya dijelaskan dalam hadits, tetapi tidak ada keterangan bahwa Rasulullah saw melaksanakannya secara terus menerus. Seperti shalat sebelum keluar dari rumah, shalat setelah datang dari bepergian, shalat pada beberpa malam dan hari tertentu (shalat sunnah malam ahad, shalat sunnah hari senin) dan lain sebagainya.


Sedangkan keterangan tentang shalat tathawwu’, adalah shalat selain itu semua yaitu shalat yang tidak ada keterangan dalam hadits maupun atsar. Tetapi seorang hamba melakukannya sebagai munajat kepada Allah swt. Begitulah yang dilakukan oleh seorang hamba yang ingin mendekatkan diri kepada Allah secara tulus ikhlas menyerahkan diri (tabarru’).


Ketiga kategori ini adalah ungkapan teoritis yang menurut Imam Ghazali tidaklah berpengaruh bila terjadi kesalahan penyebutan karena yang terpenting adalah pemahamannya. []

 

Sumber: NU Online

Kamis, 29 Agustus 2013

(Do'a of the Day) 22 Syawal 1434H


Bismillah irRahman irRaheem

 

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Allaahumma maghfiratuka ausa'u min dzunuubii wa rahmatuka arjaa 'indii min 'amalii.

 

Ya Allah, maghfirah-Mu lebih luas daripada dosa-dosaku, dan rahmat-Mu yang paling diharapkan di sisiku daripada amalku sendiri.

 

Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 18.

(Hikmah of the Day) Ketika Harun ar-Rasyid Ngaji ke Imam Malik


Ketika Harun ar-Rasyid Ngaji ke Imam Malik

 

Khalifah Harun ar-Rasyid termasuk pemimpin yang sangat dihormati rakyatnya. Tentu wibawa ini tak dicapainya secara gratis. Prestasi dalam pembangunan ekonomi, politik, budaya, dan pengetahuan tergolong gemilang.


Puncak kekuasaan dan kharisma kepribadiannya membuat setiap perintah sang khalifah dipatuhi semua orang. Hanya orang-orang khusus yang berani membangkang dari keinginan-keinginannya. Selain Abu Nawas, Imam Malik adalah salah satu orang yang bernyali istimewa ini.


Khalifah suatu hari mengutus al-Barmaki menjemput Imam Malik untuk mengajar di istananya.  “Ilmu pengetahuan harus didatangi, bukan mendatangi,” jawab Imam Malik atas perintah tersebut. Utusan itu akhirnya pulang ke Iraq dan menyampaikan pesan ini kepada Khalifah.


Ketika menunaikan haji, Khalifah sempat berjumpa Imam Malik dan menyuruhnya membacakan kitab karangannya. Imam Malik tetap menolak dan memintanya hadir di majelis pengajiannya.


“Bagaimana jika di rumah Anda saja?” bujuk Khalifah.


“Rumah saya reyot, tak layak untuk seorang pemimpin besar seperti Baginda,” kata Imam Malik merendah.


Pada momen kunjungan Khalifah ke Madinah, pakar hadits ini sekali lagi dijemput untuk membacakan al-Muwaththa’ di istana. Dengan agak berat hati ia lalu memenuhi ajakannya.


“Saya berharap Baginda bukan orang pertama yang tidak menghormati ilmu. Sungguh, saya tak bermaksud menolak permintaan Baginda. Saya hanya minta Baginda menghargai ilmu agar Allah menghargai Baginda,” tutur Imam Malik.


Khalifah pun akhirnya ikut Imam Malik ke rumah. Khalifah duduk di kursi spesialnya. Ia sempat merasa terganggu dengan banyaknya peserta pengajian, namun Imam Malik berutur, “Jika orang lain tak boleh menyimak kitab ini maka Allah akan menjauhkan rahmat darinya.”


Pengajian dimulai. Imam Malik menyuruh muridnya membaca al-Muwaththa’. Sebelum kitab dibaca tiba-tiba keluar dari lisan Imam Malik: “Para pencinta ilmu sangat menghargai ilmu. Tak seorangpun dapat duduk lebih tinggi dari ilmu.”


Mendengar sindiran itu, Khalifah pun turun dari kursi dan duduk di lantai bersama peserta yang lain. []

 

(Mahbib Khoiron)

(Ngaji of the Day) Ka’bah Mean Time


Ka’bah Mean Time

 

Selama ini garis awal waktu (day date line) kita berkiblat ke Inggris. Kota Greenwich, yang letaknya dekat London, ditetapkan sebagai bujur 0 atau disebut Greenwich Mean Time (GMT). Setiap 15 derajat dari sana dihitung berbeda 1 jam dalam hitungan 24 jam. Perhitungan hari pun bermula dari bujur yang berjarak 180 derajat dari Greenwich.

 

Kenyataan ini dirasa patut mengusik kesadaran umat Islam, sekurang-kurangnya bagi keperluan ritual atau ibadah, untuk bersepakat menetapkan Ka’bah sebagai kiblat penetapan waktu; Ka’bah Mean Time. Caranya, kota Mekah yang terletak pada 40 derajat bujur timur itu ditetapkan sebagai bujur 0 derajat. Sehingga 180 derajat dari Mekah, yakni 140 derajat bujur barat dari Greenwich, ditetapkan sebagai garis awal batas tunggal. Dengan demikian, umat Islam sedunia dapat, misalnya, merayakan Idul Fitri atau Idul Adha pada hari yang sama.

 

Andaikan ide ini bisa diwujudkan, tentu Ka’bah kita akan semakin populer --meski sebenarnya tanpa itu pun, Ka’bah kita itu sudah jauh lebih populer dibanding dengan kota Greenwich. Hanya saja persoalannya, apa benar penetapan Ka'bah sebagai bujur 0 derajat akan berdampak positif bagi keperluan ritual, misalnya umat Islam sedunia bisa berhari raya pada hari yang sama?

 

Orang yang mengerti bahwa bola Bumi ini bulat dan mengerti bahwa umat Islam ada di mana-mana di seantero belahan Bumi yang bulat ini, tentu sulit mencema uraian tersebut di atas. Apakah hanya dengan menggeser day date line sejauh 40 derajat ke arah timur, atau lebih awal 2 jam 40 menit dari yang berlaku sekarang, umat Islam akan bisa berhariraya pada hari yang sama?

 

Orang yang memiliki sekelumit pengetahuan tentang ilmu falak atau ilmu hisab yang mengetahui bahwa awal bulan Hijriyah ditentukan berdasarkan kemunculan hilal di atas ufuk barat dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan day date line (garis batas tanggal) itu tadi, tentu akan geleng-geleng kepala menyimak ide Ka’bah Mean Time ini. Pindah-pindahkanlah posisi day date line itu ke mana suka, umat Islam di mana pun di belahan Bumi ini tidak akan pernah bingung tentang kapan saatnya mereka berhariraya karena pedoman untuk itu sudah konkret.

 

Umat Islam di satu belahan Bumi tertentu yang belum mengalami terbit hilal tidak akan memaksakan diri untuk berhariraya pada hari yang sama dengan umat Islam di belahan Bumi lain yang telah lebih dahulu mengalami terbit hilal. Sebab, Nabi SAW tidak memberi petunjuk demikian. Sedangkan sunnatullah mengenai gerakan bulan pada lintasannya mengakibatkan belahan bumi yang pertama kali mengalami terbit hilal selalu berubah setiap bulan.

 

Seandainya ide tentang Ka'bah Mean Time (KMT) ini bisa diterima secara internasional, kita umat Islam tentu saja ikut bangga. Kendati rasanya agak utopis, tetapi mari kita tunggu saja! Wallahu a'lam.

 

KH Abdul Salam Nawawi

Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur

Rabu, 28 Agustus 2013

(Do'a of the Day) 21 Syawal 1434H


Bismillah irRahman irRaheem

 

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Allaahumma innaa nas'aluka muujibaati rahmatika, wa 'azaa 'ima maghfiratika, was salaamata min kulli itsmin, wal ghaniimata min kulli birrin, wal fauza bil jannati wan najaata minan naari.

 

Ya Allah, sesungguhnya kamu memohon kepada-Mu kepastian rahmat-Mu, ketetapan maghfirah-Mu, kesejahteraan dari setiap dosa, kemenangan dengan segala macam kebaikan, keberuntungan masuk surga, dan keselamatan dari neraka.

 

Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 18.

(Ponpes of the Day) Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya - Jawa Barat


Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya – Jawa Barat

 



 

Sejarah

 

Pondok Pesantren Suryalaya dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah kolonial Belanda maupun dari masyarakat sekitar. Juga lingkungan alam (geografis) yang cukup menyulitkan.


Namun Alhamdullilah, dengan izin Allah SWT dan juga atas restu dari guru beliau, Syaikh Tholhah bin Talabudin Kalisapu Cirebon semua itu dapat dilalui dengan selamat. Hingga pada tanggal 7 Rajab 1323 H atau 5 September 1905, Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad dapat mendirikan sebuah pesantren walaupun dengan modal awal sebuah mesjid yang terletak di kampung Godebag, desa Tanjung Kerta. Pondok Pesantren Suryalaya itu sendiri diambil dari istilah sunda yaitu Surya = Matahari, Laya = Tempat terbit, jadi Suryalaya secara harfiah mengandung arti tempat matahari terbit.

 

Pada awalnya Syeikh Abdullah bin Nur Muhammad sempat bimbang, akan tetapi guru beliau Syaikh Tholhah bin Talabudin memberikan motivasi dan dorongan juga bimbingan khusus kepadanya, bahkan beliau pernah tinggal beberapa hari sebagai wujud restu dan dukungannya. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru mursyid) dari Syaikh Tholhah bin Talabudin.

 

Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa disebut ikhwan.

 

Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dibantu oleh sembilan orang wakil talqin, dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu TANBIH.


Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad berpulang ke Rahmattullah pada tahun 1956 di usia yang ke 120 tahun. Kepemimpinan dan kemursyidannya dilimpahkan kepada putranya yang kelima, yaitu KH. Ahmad Shohibulwafa Tajul Arifin yang akbrab dipanggil dengan sebutan Abah Anom. Pada masa awal kepemimpinan Abah Anom juga banyak mengalami kendala yang cukup mengganggu, di antaranya pemberontakan DI/TII. Pada masa itu Pondok Pesantren Suryalaya sering mendapat gangguan dan serangan, terhitung lebih dari 48 kali serangan yang dilakukan DI/TII. Juga pada masa pemberontakan PKI tahun 1965, Abah Anom banyak membantu pemerintah untuk menyadarkan kembali eks anggota PKI, untuk kembali kembali ke jalan yang benar menurut agama Islam dan Negara.


Perkembangan Pondok Pesantren Suryalaya semakin pesat dan maju, membaiknya situasi keamanan pasca pemberontakan DI/TII membuat masyarakat yang ingin belajar Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah semakin banyak dan mereka datang dari berbagai daerah di Indonesia. Juga dengan penyebaran yang dilakukan oleh para wakil talqin dan para mubaligh, usaha ini berfungsi juga untuk melestarikan ajaran yang tertuang dalam asas tujuan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan Tanbih. Dari tahun ke tahun Pondok Pesantren Suryalaya semakin berkembang, sesuai dengan tuntutan zaman, maka pada tanggal 11 maret 1961 atas prakarsa H. Sewaka (Alm) mantan Gubernur Jawa Barat (1947 – 1952) dan mantan Mentri Pertahanan RI Iwa Kusuma Sumantri (Alm) (1952 – 1953). Dibentuklah Yayasan Serba Bakti Pondok Pesantren Suryalaya. Yayasan ini dibentuk dengan tujuan untuk membantu tugas Abah Anom dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah dan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa.

 

Setelah itu Pondok Pesantren Suryalaya semakin dikenal ke seluruh pelosok Indonesia, bahkan sampai ke Negara Singapura, Malaysia, Brunai Darussalam, dan Thailand, menyusul Australia, negara-negara di Eropa dan Amerika. Dengan demikian ajaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pun semakin luas perkembangannya, untuk itu Abah Anom dibantu oleh para wakil talqin yang tersebar hampir di seluruh Indonesia, dan juga wakil talqin yang berada di luar negeri seperti yang disebutkan di atas.

 

Pada masa kepemimpinan Abah Anom, Pondok Pesantren Suryalaya berperan aktif dalam kegiatan Keagamaan, Sosial, Pendidikan, Pertanian, Kesehatan, Lingkungan Hidup, dan Kenegaraan. Hal ini terbukti dari penghargaan yang diperoleh baik dari presiden, pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bahkan dari dunia internasional atas prestasi dan jasa-jasanya. Dengan demikian eksistensi atau keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya semakin kuat dan semakin dibutuhkan oleh segenap umat manusia.

 

Lembaga Pendidikan

 

Lembaga-lembaga Pendidikan yang didirikan Abah Anom, Secara langsung atau tidak langsung, berperan serta dalam mengembangkan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah. Kalau pengembangan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah pada masa Abah Sepuh terbatas melalui media tradisional pesantren, maka dimasa kepemimpinan Abah Anom, selain menggunakan media tradisional yang telah ada, juga melalui lembaga pendidikan formal yang didirikannya dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi semuanya amat berperan dalam mengembangkan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah.

 

Mengingat pendidikan mempunyai peranan penting untuk membentuk akhlak serta budi pekerti mulia dan dalam mencerdaskan bangsa serta untuk menanamkan ideologi dalam proses integrasi nasional. Selain itu terselenggaranya pendidikan formal yang baik juga dapat meningkatkan taraf dan mutu kehidupan bangsa.


Lembaga pendidikan yang ada dilingkungan Pondok Pesantren Suryalaya terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan formal yang ada terbagi menjadi dua, yaitu pendidikan formal umum dan Keagamaan.

Pendidikan Formal Umum
Pendidikan Non-Formal
·         Taman Kanak-kanak
·         Sekolah Menengah Umum
·         Sekolah Menengah Kejuruan
·         Pengajian Tradisional
Pendidikan Formal Keagamaan
 
·         Madrasah Tsanawiyah
·         Madrasah Aliyah
·         Madrasah Aliyah Keagamaan

 

Inabah

 

Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu (mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur’an yakni dalam Luqman surat ke-31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10; dan pada surat yang lainnya.


Abah Anom menggunakan nama inabah menjadi metode bagi program rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan kehendak Allah atau taat.


Dari sudut pandang tasawuf orang yang sedang mabuk, yang jiwanya sedang goncang dan terganggu, sehingga diperlukan metode pemulihan (inabah). Metode inabah baik secara teoretis maupun praktis didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulama, Metode ini mencakup :

 

Mandi.
Lemahnya kesadaran anak bina akibat mabuk, dapat dipulihkan dengan mandi dan wudlu. Mandi dan wudlu akan mensucikan tubuh dan jiwa sehingga siap untuk 'kembali' menghadap Allah Yang Maha Suci.


Makna simbolik dari wudlu adalah: mencuci muka, mensucikan bagian tubuh yang mengekspresikan jiwa; mencuci lengan, mensucikan perbuatan; membasuh kepala, mensucikan otak yang mengendalikan seluruh aktifitas tubuh; membasuh kaki, dan mensucikan setiap langkah perbuatan dalam hidup.

 

Sholat.
Anak bina yang telah di bersihkan atau disucikan melalui proses mandi dan wudlu, akan dituntun untuk melaksanakan sholat fardhu dan sunnah sesuai dengan metode inabah. Tuntunan pelaksanaan sholat fardhu dan sunnah sesuai dengan ajaran islam dan kurikulum ibadah yang dibuat oleh Abah Anom.

 

Talqin Dzikir.

Anak bina yang telah pulih kesadarannya diajarkan dzikir melalui talqîn dzikr. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qalbu. Dzikir tidak cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut pula, melainkan harus dipancarkan dari qalbu untuk dihunjamkan ke dalam qalbu yang di talqin. Yang dapat melakukan talqin dzikir hanyalah orang-orang yang qalbunya sehat (bersih dari syirik) dan kuat (berisi cahaya ilahi).

 

Pembinaan.
Anak bina ditempatkan pada pondok inabah guna mengikuti program Inabah sepanjang 24 jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh Abah Anom mencakup mandi dan wudlu, shalat dan dzikir, serta ibadah lainnya.

 

Disamping kegiatan-kegiatan tersebut diatas, juga diberikan kegiatan tambahan berupa : Pelajaran baca Al-Qur’an, berdoa, tata cara ibadah, ceramah keagamaan dan olah raga. Setiap anak bina di evaluasi untuk mengetahui sejauhmana perkembangan kesehatan jasmani dan rohaninya. Evaluasi diberikan dalam bentuk wawancara atau penyuluhan oleh ustadz atau oleh para pembina inabah yang bersangkutan.


Atas keberhasilan metoda Inabah tersebut, KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse, dan juga penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya di bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja.

 

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh DR. Juhaya S. Praja, dalam tahun 1981-1989, 93,1% dari 5.845 anak bina yang mengikuti program inabah dapat dikembalikan ke keadaan semula dan dapat kembali hidup di masyarakat dengan normal.

 

Lokasi

 

Jl. Ds. Tanjungkerta, Kec. Pagerageung – Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat 46158

Telepon : 0265 – 455828, 455801

 

Pasukan Jin dan Malaikat


Pasukan Jin dan Malaikat

 

Kalangan pesantren sangat akrab dengan istilah jin, bahkan konon beberapa kiai memiliki santri yang terdiri dari para jin bahkan mereka di antaranya menjadi khadam (pelayan) kiai. Banyak juga kiai yang tidak mau berurusan dengan mahluk itu. Namun demikian semuanya mengenal dengan baik, sekalipun bagi mereka yang belum pernah menyaksikan.

 

Alkisah ketika NU hendak melaksanakan Rapat Akbar di Lapangan Timur senayan yang mahaluas itu dengan menghadirkan satu juta warga membuat mesyarakat geger, terutama kalangan aparat keamanan dan menteri dalam negeri. Menurut polisi, susah mengamankaan massa yang sedemikian besar. Sementara menurut Mendagri yang bagian mengeluarkan perizinan, secara teknis sulit bagaimana mengatur mereka, menyediakan makanaan dan menyediakan WC untuk mereka.

 

Melihat kenyataan itu pemerintah menghendaki agar PBNU NU mengurungkan niatnya. Pemerintah tidak berani melarang secara terus terang karena tujuan rapat akbar itu merupakan doa bersama dan Apel Kesetiaan Pada Pancasila. Padahal saat itu Pancasila sedang digunakan rezim untuk memukul pihak lain yang dianggap berseberangan dengan pemerintah. Dengan cara itu NU tidak bisa lagi dituduh tidak setia apalagi anti Pancaasila.

 

Persoalan itu ramai di kabar media masssa, hal itu mendorong beberapa paranormal mendatangi panitia yang diketuai oleh Abu Hasssan. Ditengah menghadapi terpaan halangan yang berbagai macam itu kelihatan Abu Hasan terpengaruh oleh promosi paranormal yang mengaku bisa mendatangkan pasukan jin untuk mengamankan Rapat Akbar tersebut. Lalu Abu Hasan menanyakan hal itu pada Wakil Sekjen PBNU H Ahmad Bagdja. Wasekjen itu tidak menolak tetapi menyanggupi untuk mencari jalan yang lebih bagus. Lalu diserahkan lah urusan pasukan jin itu kepada Ahmad Bagdja.

 

Setelah bertemu pengurus PBNU, paranormal tadi sempat berbincang dengan wartawan, sehingga isu akan hadirnya ribuan pasukan jin itu juga menghiasi media masssa, yang bikin pemerintah dan masyarakat makin kaget. Sejak saat itulah wacana tentang jin muncul dalam perbincangan pilitik dan publik.

 

Dalam setiap rapat panitia, setelah membicarakan soalal acara, konsumsi akomodasi dan keamanan yang ditangani oleh belasan ribu banser itu, Abu Hassan masih menandaskan bahwa sesuangguhnya banser haarus tetap berkordinasi dengan pasukan besar yang dipimpin Pak Bagdja. Tentu saja peserta penasaran, pasukan besar mana yanag dibawa pak Baagdja, sehingga semuanya merasa hormat pada Pak Bagdja, sementara yang bersangkutan hanya tersenyum dalam hati. Tetapi setidaknya ia puas bisa meyakinkan pada panitia menghadapi tekanan Orde Baru dari segala penjuru itu. Sehingga isu pasukan jin juga bisa mengguatkan niat mereka dan termasuk membuat grogi aparat yang mau menggnggu acara itu. Karena itu Bagjda dan Gusa Dur hanya tersenyum ketika dikonfirmasi wartawan tentang adanya pasukan jin tersebut.

 

Ketika dana dirturunkan, Bagdja merasa geli dengan pekerjaan barunya itu, sebab ia sama sekali tidak mengenal paranormal, apalagi Jin. Lalu dibicarakanlah dengan beberapa tokoh NU, kemudian diambil keputusan dana tersebut digunakan untuk melakukan doa memohon keselamatan kepada Allah di berbagai masjid dan Surau yang ada di Jakarta. Dengan doa itu para pengurus NU yakin Allah akan menurunkan pasukannya terdiri dari malaikat unutk melindungi mereka. Maka dibelilah ribuan tasbih dan dicetak pula ribuan eksemplar surat yasin dengan logo PBNU. Dengan demikian selama dua minggu mereka melakukan riyadloh untuk kesuksesan dan keselamatan Rapat Akbar.

 

Karena sejak revolusi 1966 belum ada model mobilisasi masa besar, sehingga membuat repot penyelenggara dan aparat keamanan termasuk pemerintah. Maka dengan adanya doa itu ketua panitia menjadi makin percaya diri. Dengan kesiapan panitia itu Gus Dur juga semakin tegar tidak mau mundur dari niatnya walaupun tekanan dari Orde Baru cukup kuat, ditambah komentar para pengamat yang meremehkan acara tersebut, hanya sebagai show of force yang tidak berarti.

 

Baiklah acara dijalankan dan ternyata berjalan lancar. Orang mengira, itu karena dijaga jin. Sementara kalangan NU merasa mereka berada di bawah lindungan Allah, karena memang mereka selalu memanjatkan doa adalam acara itu. Namun demikian Abdurrahman Wahid tetapi masih kurang puas karena merasa beberapa peserta dari luar kota dihadang oleh aparat keamanan sehingga mereka tidak bisa menghadiri Rapat Akbar. (MDZ)

 

Sumber: NU Online

Dahlan: Sorgum, Sapi, dan Burung di Belu


Sorgum, Sapi, dan Burung di Belu

Senin, 26 Agustus 2013


Pesawat militer CN 295 TNI-AU mendarat mulus di landasan yang hanya 1.200 meter yang masih berdebu di Atambua, Belu. Kabupaten yang berbatasan dengan Timor Leste. Itulah kali pertama saya naik pesawat yang sudah lama saya sebut-sebut namanya, tapi belum pernah saya rasakan terbangnya.


Cuaca pagi Atambua sangat cerah. Meski mulai menggersang, udaranya enak, tidak panas menyengat: 28 derajat Celsius. Ini berbeda dengan kedatangan saya ke Atambua lima bulan lalu. Saya harus lewat jalan darat dari Dili, Timor Leste. Itu karena mendung tebal terus menggelayut di langit Atambua sepanjang hari. Itulah hari pencanangan gerakan sorgum dengan langkah awal uji coba penanaman pertama. Hujan terus mengguyur upacara. Wah, ini pertanda akan tersendat atau justru sebaliknya, akan berkah.


Hujan itu ternyata berkah. Sabtu lalu, ketika saya ke Atambua lagi, sorgumnya sudah panen. Bagus lagi. Murid-murid SMK Atambua dan SMK Kupang juga sudah bisa memamerkan semua peralatan buatan mereka: pemerah batang sorgum untuk jadi gula, perontok biji sorgum, penyosoh, alat destilasi bioetanol, pencacah ampas, mixer pupuk, dan seterusnya.


Ini hasil dari pendidikan dua bulan di Jakarta. Anak-anak SMK itu memang dikirim ke Jakarta untuk melakukan reverse engineering. Dengan demikian, Atambua tidak bergantung pada alat-alat impor atau buatan pabrik. Mereka bisa bikin sendiri. Dan kalau rusak, bisa memperbaiki sendiri. Tidak akan terulang cerita lama: Bantuan peralatan untuk pedesaan kebanyakan tidak berfungsi karena begitu rusak tidak tahu cara memperbaikinya.


Bupati Belu Joachim Lopez tidak hanya gembira karena sorgumnya sudah panen, tapi lebih gembira lagi karena telah terjadi perubahan cara berpikir petani. Itu yang dia ucapkan di panggung. Bupati Belu memang lagi ingin mengubah pola pikir masyarakatnya.


Lopez berhasil mengubah adat lama yang sangat menghambat upaya meningkatkan perekonomian masyarakat. Misalnya adat kematian. Bupati mengeluarkan peraturan baru: Orang meninggal harus segera dikubur. Paling lama dua hari. Tidak boleh lagi mayat ditahan sampai seminggu. Apa hubungannya dengan ekonomi?


“Kalau mayat ditahan selama tujuh hari, berarti ada tujuh sapi yang dipotong,” katanya. Itu berarti upaya mengembangkan ternak sapi hanya habis dibuat pesta. Apalagi, banyak juga yang sampai berutang untuk membeli sapi itu.


Apa sanksi bagi yang menahan mayat lebih dari dua hari” Jelas: Tidak akan ada pendeta yang datang untuk memberkati pemakamannya. Untuk itu, Bupati Lopez minta dukungan Keuskupan Atambua. Uskup setuju. Kini setiap ada kematian, maksimum hanya dua sapi yang dipotong.


Demikian juga saat banyak sapi memangsa tanaman muda sorgum. Bupati bikin kesepakatan dengan masyarakat adat. Ketua adat pun membuat keputusan: Kalau ada sapi yang masuk ke ladang sorgum, sapinya boleh dipotong. Sejak itu, tidak ada lagi tanaman sorgum yang rusak. Pernah terjadi satu sapi lolos ke ladang sorgum. Ketua adat benar-benar memutuskan untuk memotong sapi itu. Aman.


Setelah sorgumnya berbuah, muncul ancaman baru. Kali ini masyarakat adat tidak mungkin lagi bisa mengatasi: serbuan burung! Ribuan burung datang bertengger di pucuk sorgum! Sambil mematuk-matuk.

Saya terpikir, kinilah saatnya minta bantuan mahasiswa. Terutama fakultas pertanian dan elektro. Merekalah yang kini harus menemukan cara mengatasi burung. Yang bisa menemukan ide yang realistis-aplikatif akan saya beri hadiah.


Dirut PT Batantekno Dr Yudiutomo Imardjoko yang ahli nuklir terkemuka di dunia itu (termasuk ahli nuklir untuk tanaman dan makanan) akan mengumumkan di website PT Batantekno (www.batantek.com) detail sayembara tersebut.


Batantekno sendiri akan mencoba berbagai ilmu dan teknologi yang mereka kuasai, namun siapa tahu ada mahasiswa atau dosen yang memiliki ide yang lebih baik.


Batantekno memang ditugasi untuk mengurus sorgum di NTT sebagai bentuk pengabdian untuk daerah miskin. Dananya berasal dari PT Pertamina, PT Askes, dan beberapa BUMN lain. Tapi, teknologi dan manajemennya diserahkan ke Batantekno.


Saya salut dengan kegigihan tim Batantekno ini. Dr Yudiutomo, yang pada umur 35 tahun sudah dipanggil Kongres Amerika Serikat untuk mempertanggungjawabkan penemuannya di bidang nuklir, ingin menuntaskan soal sorgum ini.


Waktu itu Yudi ikut mengajukan rancangan teknologi penyimpanan sampah nuklir yang bisa bertahan sampai 10.000 tahun. Karena dianggap hebat, Yudi dipanggil kongres. Dia diminta memaparkan penemuannya. Akhirnya, Yudi terpilih masuk tiga terbaik rancangan penyimpanan sampah nuklir di AS. Tiga-tiganya disetujui untuk diikutkan tender di masa yang akan datang.


“Disertasi doktor saya di AS memang soal penyimpanan sampah nuklir,” kata Yudi.


Kini Yudi dan Batantekno dipercaya oleh perusahaan nuklir AS untuk merancang reaktor nuklir buat kedokteran di sana. Saya pun mengizinkan Batantekno untuk membuat perusahaan patungan dengan perusahaan nuklir AS.


Waktu saya meninggalkan Atambua untuk ke Rote, Flores, dan Bali, Yudi masih tinggal di Atambua. Setelah panen sorgum ini, dia masih harus menuntaskan model bisnisnya. Agar keberlanjutan proyek sorgum ini lebih terjamin.


Di Rote saya juga bertemu dengan seorang bupati yang hebat: Lens Haning. Dia juga berhasil mengubah kebiasaan yang menyulitkan pengembangan ekonomi masyarakatnya. Dia keluarkan peraturan baru: Upacara-upacara adat hanya boleh menyembelih satu ekor sapi.


Rakyat bisa menerima aturan baru itu. Terbukti, Haning terpilih lagi untuk periode kedua. Tinggal menunggu pelantikannya.


Bupati Haning juga punya tekad lain: Saya sanggup mengeluarkan daerah ini dari status daerah tertinggal kalau pemerintah pusat membangunkan tiga bendungan irigasi di Rote. Biaya masing-masing hanya sekitar Rp 15 miliar!


Begitulah! Harapan, hope, dan optimisme bisa muncul di mana-mana dan dari siapa saja, dengan berbagai jabatannya. (*)


*) Dahlan Iskan, Menteri BUMN


Sumber: