Kamis, 31 Januari 2013

BamSoet: Lubang di Benteng Keadilan

Lubang di Benteng Keadilan

 

Bambang Soesatyo

Anggota Komisi III DPR RI/

Presidium Nasional KAHMI 2012-2017

 

LUBANG besar di benteng keadilan itu bertutur tentang cacat cela ribuan oknum hakim. Demikian besarnya lubang itu sehingga sudah menggoyahkan kepercayaan rakyat. Kini, bagi pencari keadilan di negara ini, benteng keadilan tidak ideal lagi untuk berlindung.

 

Sebab, banyak oknum hakim kini begitu mudah tergoda dan menjadi sangat kompromistis terhadap berbagai bentuk dan modus kejahatan. Kebenaran tidak lagi di atas segala-segalanya. Ruang persidangan sudah dijadikan tempat untuk bertransaksi oleh begitu banyak oknum hakim. Bagi kelompok oknum hakim seperti ini, di atas segala-galanya adalah uang sogok. Maka, ada kasus hakim agung yang memalsukan vonis dengan tulisan tangan, ada hakim yang tertangkap tangan saat menggenggam uang suap, hingga ada juga oknum hakim yang tertangkap saat berpesta sabu di kelab malam.

 

Kecenderungan inilah yang mendasari keprihatinan Komisi III DPR ketika melaksanakan uji kepatutan dan kelayakan para calon hakim agung, baru-baru ini. Delapan hakim agung memang sudah terpilih guna merespons tambahan kebutuhan Mahkamah Agung (MA). Namun, berbagai kalangan, termasuk unsur pimpinan DPR, terang-terangan menyatakan tidak puas atas hasil seleksi itu. Komisi III DPR pun kecewa, karena tambahan delapan hakim agung itu diyakini tidak akan efektif memperbaiki kerusakan parah yang terjadi dalam dunia peradilan Indonesia.

 

Kasus Hakim Agung Ahmad Yamanie dan kasus Hakim Puji Wijayanto memberi gambaran utuh tentang kerusakan parah dunia peradilan Indonesia. Yamanie bersama dua koleganya membatalkan hukuman mati bagi terpidana gembong narkoba Hanky Gunawan menjadi 15 tahun hukuman penjara. Namun, Hakim Agung Yamanie masih berusaha meringankan hukuman itu. Caranya pun konyol. Dia memalsukan vonis itu dengan tulisan tangan  menjadi 12 tahun. Sedangkan apa yang dilakukan Hakim Puji Wijayanto membuat banyak orang hanya bisa geleng kepala. Hakim Puji ditangkap saat dia berpesta sabu di sebuah kelab malam. MA pun menyikapi dua kasus ini sebagai tamparan keras yang amat memalukan korps hakim.

 

Catatan tentang perilaku tak terpuji oknum hakim cenderung meningkat. Beberapa tahun lalu, MA pernah mengakui bahwa sekitar 30 persen hakim di setiap daerah, termasuk Ketua Pengadilan Negeri (PN) dan Pengadilan Tinggi (PT), bermasalah atau nakal. Perilaku tercela para hakim itu dilaksanakan dengan beragam modus, sehingga di kalangan korps hakim dikenal istilah ‘anak emas’ dan ‘anak perak’.

 

Dari akumulasi temuan MA dan laporan masyarakat, terlihat bahwa kasus pelanggaran etika atau kejahatan yang melibatkan oknum hakim memang cenderung meningkat. Menurut, kalau per 2007 hanya ada 14 kasus hakim yang melanggar etika, jumlahnya terus bertambah di tahun-tahun berikutnya. Per 2008, tercatat 38 kasus, lalu naik menjadi 78 kasus pada 2009, dan bertambah lagi menjadi 110 kasus pada 2010. Sementara itu, tahun lalu, Komisi Yudisial (KY) mengumumkan telah menerima 1.357 laporan tentang hakim bermasalah, sementara jumlah tahun sebelumnya mencapai 1.724 laporan. Laporan hakim bermasalah itu berasal dari masyarakat.   

 

Menurut MA, dalam rentang waktu 2007 – 2012, Jumlah hakim yang mendapatkan hukuman disiplin mencapai 366 hakim. Khusus tahun 2012, jumlah hakim yang menerima hukuman mencapai 110 hakim. MA tidak hanya memberi sanksi kepada ratusan oknum hakim. Hingga akhir 2012 misalnya, MA juga menjatuhkan hukuman kepada puluhan pegawai, dari level panitera, panitera muda, panitera pengganti, pejabat struktural dan nonstruktural, juru sita, serta juru sita pengganti.

 

Itulah lubang besar di benteng keadilan negara ini. Lubang yang menggambarkan kerusakan serius dunia peradilan tanah air. Potret kerusakan itu terlihat begitu telanjang pada kasus Hakim Agung Yamanie, kasus Hakim Puji, termasuk kasus vonis bebas oleh hakim tipikor dalam perkara mantan walikota bekasi Mochtar Muhammad. 

 

Hentikan Brutalitas

  

Ada dua target ketika Komisi III DPR melaksanakan uji kepatutan dan kelayakan calon hakim  agung baru-baru ini. Pertama, memenuhi tambahan calon hakim agung yang dibutuhkan MA. Sebelumnya, hanya ada 44 hakim agung untuk menghadapi beban pekerjaan sebanyak 12 ribu tunggakan perkara di MA. Dengan tambahan delapan hakim agung yang baru, jumlah hakim agung belum ideal untuk beban pekerjaan sebanyak itu.

 

Sedangkan target kedua adalah memilih sosok hakim agung dengan reputasi dan integritas yang teruji, berkeahlian di atas rata-rata, dan visioner. Para hakim agung yang paham tentang kerusakan dunia peradilan tanah air; tahu apa saja yang harus diperbaiki dan bagaimana cara memperbaiki kerusakan itu.  Namun, target ini tak terpenuhi karena kualifikasi peserta seleksi rata-rata standar.

 

Karena itu, MA dan KY harus lebih bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam memperbaiki kerusakan yang terjadi pada bidang peradilan saat ini. Kedua institusi itu sebaiknya membangun sinergi dan merumuskan program bersama. Sinergi dan program bersama bisa terwujud jika kedua institusi tidak terperangkap dalam rivalitas. MA dan KY harus fokus pada dahaga rakyat Indonesia akan keadilan, serta kebutuhan negara-bangsa akan kepastian hukum. Keadilan akan menenteramkan dan mewujudkan ketertiban umum. Sedangkan kepastian hukum menjadi modal yang mutlak demi terlaksananya pembangunan di semua sektor kehidupan.

 

Perbaikan di bidang peradilan merupakan program yang mendesak. MA dan KY harus arif memaknai perkembangan dan perubahan perilaku masyarakat. Sebab, perkembangan dan perubahan perilaku masyarakat pada akhirnya memengaruhi dinamika penegakan hukum dan keadilan. Partisipasi masyarakat dalam melaporkan kasus-kasus oknum hakim bermasalah adalah contoh tentang sikap kritis publik terhadap model keadilan versi hakim terlapor.

 

Pun, dari laporan masyarakat itu, bisa dirumuskan beragam makna. Tak hanya sekadar kecewa dan prihatin atas perilaku tak terpuji oknum hakim yang dilaporkan, tetapi laporan-laporan itu layak juga dimaknai sebagai benih-benih ketidakpercayaan masyarakat terhadap oknum hakim dan lembaga peradilan.

 

Atau, kalau mengacu pada maraknya konflik horizontal di sejumlah kota dan daerah akhir-akhir ini, bisa jadi karena para pihak yang terlibat dalam rangkaian konflik itu tidak  percaya lagi terhadap semua institusi penegak hukum, termasuk hakim dan lembaga peradilan. Ketidakpercayaan itu mendorong mereka untuk menyelesaikan masalah dengan cara mereka sendiri, menggelar konflik berdarah yang tak jarang menelan korban jiwa.

 

Sangat penting bagi MA dan KY untuk menghayati perkembangan dan perubahan perilaku masyarakat itu dan menjadikannya materi yang harus dipertimbangkan dalam merumuskan program-program kerja bersama.

 

Jangan biarkan brutalitas menggejala dalam dunia peradilan. Sebab, jika masyarakat melihat oknum hakim bertindak brutal, ruang publik pun akan sarat brutalitas karena lembaga peradilan dinilai tidak layak lagi untuk mengadu dan berlindung.

 

Jumlah hakim saat ini masih dibawah 5.000. Namun, diyakini bahwa dari jumlah itu, masih sangat banyak hakim yang setia dan taat azas pada profesinya, serta menghayati benar eksistensinya sebagai Wakil Tuhan di ruang sidang. Kalau MA dan KY bertekun memperbaiki dunia peradilan di negara ini, para hakim baik-baik itu bisa menutup lubang besar di benteng keadilan itu, dan memulihkan lembaga peradilan sebagai tempat yang ideal untuk mengadu dan berlindung. []

 

Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

Cara Seniman Menemukan Kebesaran Tuhan


Cara Seniman Menemukan Kebesaran Tuhan

 

Dalam ilmu teologi diajarkan beberapa argumen tentang adanya Tuhan, baik melalui dalil kosmologi, dalil ontologism atau argumen teleologis, tetapi seorang seniman lain lagi menemukan tuhan dengan dalil aksiologis, bukan yang berkaitan dengan nilai etis, tetapi berkaitan dengan nilai estetis, yakni keindahan, sebagaimana dialami oleh seorang pelukis maestro Affandi seperti dalam penuturannya berikut ini.

 

Setelah menyelesaikan lukisan Bunga Matahari obyek kesayangannya, Affandi tampak pucat. Berbeda dari biasa usai melukis wajahnya cerah karena ia telah berhasil menumpahkan perasaaan di atas kanvas.

Affandi mendekati Rukmini yang duduk di teras. Dia menarik kursi di sisi Rukmini. Anaknya heran melihat perubahan wajah Affandi.

 

“Ada apa, Pi?” Rukmini kuatir dengan ayahnya. “Tidak ada apa-apa, Rukmini”, jawab Affandi terbata-bata.


“Papi kok seperti orang cemas?” Rukmini memperhatikan lebih teliti.


“Rukmini, Tuhan itu memang hebat ya”, bisik Affandi pelan sambil menyeka keringat di dahinya.


“Maksud Papi bagaimana?” Rukmini tak mengerti ke mana arah pembicaraaan Affandi.


“Bunga matahari ciptaan Tuhan jauh lebih hebat dai Bunga Matahari lukisan Papi” Affandi menyandarkan tubuhnya, lalu memandang jauh ke angkasa luas. “Saya sudah berusaha melukis sebagus-bagusnya, tapi tetap tidak bisa menandingi ciptaaan Tuhan. Sungguh, Allah itu Maha Besar.”

 

Kini Rukmini mengerti duduk persoalannya. Maka dia mengimbangi ucapan-ucapan yang keluar dari lubuk hati ayahnya. “Memang, Pi, Tuhan itu Maha Kuasa dan Bijaksana. Sebab itu kita wajib menyembah-Nya”. Rukmini menggenggam tangan ayahnya sambil menatap dalam-dalam.


“Aku mengerti, Rukmini. Tapi, aku isin, aku malu”. Suara Affandi kembali pelan.


“Papi malu pada siapa?


“Aku malu sama Tuhan, sama keluarga, sama masyarakat dan diriku sendiri. Aku ini kan beragama Islam, tapi kok ndak salat”. Affandi bergumam.


“Papi kan bisa mulai sembahyang. Tak ada yang terlambat di mata Tuhan”.


“Ya, Papi akan mencoba. Aku malah sudah naik haji, tapi kok malah ndak salat”. Affandi mengulangi penyesalannya.

 

Sejak berdialog panjang dengan Rukmini, Affandi mencoba untuk mulai melakukan salat. Kadang-kadang ada ayat yang terlupa. Tapi, berkat keinginannya yang besar untuk sembahyang, pelan-pelan ia mulai menjalankannya.


Tuhan yang dihayati Affandi bukan Tuhan kata orang, tetapi Tuhan yang ia cari melalui proses yang panjang, karena itu ekpreasi pengenalannya lebih dalam ketimbang mereka yang hanya ikut-ikutan. Pencarian itu dilakukan beriring dengan proses kreativitasnya sebagai seorang seniman besar, yang ternyata tidak mampu menandingi kreativitas Tuhan, dan juga estetika yang disajikan Tuhan dalam setiap ciptaan, penuh akurasi, sempurna dan otentik.

 

[MDZ]

 

Disadur dari buku Ray Rizal, Affandi Hari Sudah Tinggi, Penerbit Metro Pos, 1990.

(Ngaji of the Day) Mengenang Akhlak Kanjeng Nabi Muhammad SAW


Mengenang Akhlak Kanjeng Nabi Muhammad SAW

 

Yaa rabbi salli 'alaa Muhammad,
Yaa rabbi salli 'alaihi wasallim.
Yaa rabbi balligh hul wasillah,
Yaa rabbi khushshah bil fadhiilah.
Ya Allah Tuhan kami, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad,
Ya Allah Tuhan kami, limpahkanlah rahmat dan salam kepadanya.
Ya Allah Tuhan kami, sampaikanlah wasilah kepada Nabi Muhammad,
Ya Allah Tuhan kami, istimewakanlah karunia-Mu kepadanya.
 
 
Yaa rabbi wardha 'anissha haabah,
Yaa rabbi wardha 'anis sulaalah.
Yaa rabbi wardha 'anil masyaa-yikh,
Yaa rabbi farham waalidiina.
Ya Allah Tuhan kami, ridailah para sahabatnya,
Ya Allah Tuhan kami, ridailah para keturunanya.
Ya Allah Tuhan kami, ridailah para guru dan ulama,
Ya Allah Tuhan kami, kasih sayangilah para orang tua kami.
 
 
Yaa rabbi warhamnaa jamii'a,
Yaa rabbi warham kulla muslim.
Yaa rabbi waghfir likullli mudznib,
Yaa rabbi laa taqtha' rajaana.
Ya Allah Tuhan kami, kasih sayangilah kami semua,
Ya Allah Tuhan kami, kasih sayangilah setiap orang muslim.
Ya Allah Tuhan kami, ampunilah setiap orang muslim yang berdosa,
Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau putuskan harapan kami.
 
 
Yaa rabbi yaa saami' du'aana,
Yaa rabbi ballighnaa nazuuruh.
Yaa rabbi taghsyaanaa binuurih,
Yaa rabbi hifdhaanak wa amaanak.
Ya Allah Tuhan kami, Engkaulah yang mendengar do'a kami,
Ya Allah Tuhan kami, sampaikanlah kami untuk menziarahi Nabi.
Ya Allah Tuhan kami, terangilah kami dengan cahaya Nabi,
Ya Allah Tuhan kami, lindungilah kami dan selamatkanlah kami.
 
 
Yaa rabbi waskin naa jinaanak,
Yaa rabbi ajirnaa min 'adzaabik.
Yaa rabbi warzuq nas syahaadah,
Yaa rabbi hithnaa bis sa'aadah.
Ya Allah Tuhan kami, berilah kami tempat tinggal di surga-Mu,
Ya Allah Tuhan kami, jauhkanlah kami dari adzab-Mu.
Ya Allah Tuhan kami, berilah kami rezeki dengan mati syahid,
Ya Allah Tuhan kami, bahagiakanlah kehidupan kami.
 
 
Yaa rabbi washlih kulla mushlih,
Yaa rabbi wakfi kula mu'dzii.
Yaa rabbi nakhtim bil musyaffa',
Yaa rabbi salli 'alaihi wasallim.
Ya Allah Tuhan kami, perbaikilah setiap orang yang berusaha untuk berbuat baik,
Ya Allah Tuhan kami, hindarkanlah kami dari orang yang suka menyakiti.
Ya Allah Tuhan kami, kami akhiri do'a kami dengan mengharap pertolongan,
Ya Allah Tuhan kami, limpahkanlah rahmat dan salam kepada Nabi.

 

Allaahumma shalli wa sallim wa baarik 'alaihi.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam dan berkah kepada Nabi SAW.

 

Setelah Nabi sallallahu 'alayhi wasallam wafat, seketika itu pula kota Madinah bising dengan tangisan ummat Islam; antara percaya - tidak percaya, Rasul Yang Mulia telah meninggalkan para sahabat. Beberapa waktu kemudian, seorang arab badui menemui Umar dan dia meminta, "Ceritakan padaku akhlak Muhammad!". Umar menangis mendengar permintaan itu. Ia tak sanggup berkata apa-apa. Ia menyuruh Arab badui tersebut menemui Bilal. Setelah ditemui dan diajukan permintaan yg sama, Bilal pun menangis, ia tak sanggup menceritakan apapun. Bilal hanya dapat menyuruh orang tersebut menjumpai Ali bin Abi Thalib.

 

Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad Orang Badui ini mulai heran. Bukankah Umar merupakan seorang sahabat senior Nabi, begitu pula Bilal, bukankah ia merupakan sahabat setia Nabi. Mengapa mereka tak sanggup menceritakan akhlak Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam. Dengan berharap-harap cemas, Badui ini menemui Ali. Ali dengan linangan air mata berkata, "Ceritakan padaku keindahan dunia ini!." Badui ini menjawab, "Bagaimana mungkin aku dapat menceritakan segala keindahan dunia ini…." Ali menjawab, "Engkau tak sanggup menceritakan keindahan dunia padahal Allah telah berfirman bahwa sungguh dunia ini kecil dan hanyalah senda gurau belaka, lalu bagaimana aku dapat melukiskan akhlak Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam, sedangkan Allah telah berfirman bahwa sungguh Muhammad memiliki budi pekerti yang agung! (QS. Al-Qalam[68]: 4)"

 

Badui ini lalu menemui Siti Aisyah r.a. Isteri Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam yang sering disapa "Khumairah" oleh Nabi ini hanya menjawab, khuluquhu al-Qur'an (Akhlaknya Muhammad itu Al-Qur'an). Seakan-akan Aisyah ingin mengatakan bahwa Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam itu bagaikan Al-Qur'an berjalan. Badui ini tidak puas, bagaimana bisa ia segera menangkap akhlak Nabi kalau ia harus melihat ke seluruh kandungan Qur'an. Aisyah akhirnya menyarankan Badui ini untuk membaca dan menyimak QS Al-Mu'minun [23]: 1-11.

 

Bagi para sahabat, masing-masing memiliki kesan tersendiri dari pergaulannya dengan Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam. Kalau mereka diminta menjelaskan seluruh akhlak Nabi, linangan air mata-lah jawabannya, karena mereka terkenang akan junjungan mereka. Paling-paling mereka hanya mampu menceritakan satu fragmen yang paling indah dan berkesan dalam interaksi mereka dengan Nabi terakhir ini.

 

Mari kita kembali ke Aisyah. Ketika ditanya, bagaimana perilaku Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam, Aisyah hanya menjawab, "Ah semua perilakunya indah." Ketika didesak lagi, Aisyah baru bercerita saat terindah baginya, sebagai seorang isteri. "Ketika aku sudah berada di tempat tidur dan kami sudah masuk dalam selimut, dan kulit kami sudah bersentuhan, suamiku berkata, 'Ya Aisyah, izinkan aku untuk menghadap Tuhanku terlebih dahulu.'" Apalagi yang dapat lebih membahagiakan seorang isteri, karena dalam sejumput episode tersebut terkumpul kasih sayang, kebersamaan, perhatian dan rasa hormat dari seorang suami, yang juga seorang utusan Allah.

 

Nabi Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam jugalah yang membikin khawatir hati Aisyah ketika menjelang subuh Aisyah tidak mendapati suaminya disampingnya. Aisyah keluar membuka pintu rumah. terkejut ia bukan kepalang, melihat suaminya tidur di depan pintu. Aisyah berkata, "Mengapa engkau tidur di sini?" Nabi Muhammmad menjawab, "Aku pulang sudah larut malam, aku khawatir mengganggu tidurmu sehingga aku tidak mengetuk pintu. itulah sebabnya aku tidur di depan pintu." Mari berkaca di diri kita masing-masing. Bagaimana perilaku kita terhadap isteri kita? Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam mengingatkan, "berhati-hatilah kamu terhadap isterimu, karena sungguh kamu akan ditanya di hari akhir tentangnya." Para sahabat pada masa Nabi memperlakukan isteri mereka dengan hormat, mereka takut kalau wahyu turun dan mengecam mereka.

 

Buat sahabat yang lain, fragmen yang paling indah ketika sahabat tersebut terlambat datang ke Majelis Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam. Tempat sudah penuh sesak. Ia minta izin untuk mendapat tempat, namun sahabat yang lain tak ada yang mau memberinya tempat. Di tengah kebingungannya, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam memanggilnya. Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam memintanya duduk di dekatnya. Tidak cukup dengan itu, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam pun melipat sorbannya lalu diberikan pada sahabat tersebut untuk dijadikan alas tempat duduk. Sahabat tersebut dengan berlinangan air mata, menerima sorban tersebut namun tidak menjadikannya alas duduk akan tetapi malah mencium sorban Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam tersebut.

 

Senangkah kita kalau orang yang kita hormati, pemimpin yang kita junjung tiba-tiba melayani kita bahkan memberikan sorbannya untuk tempat alas duduk kita. Bukankah kalau mendapat kartu lebaran dari seorang pejabat saja kita sangat bersuka cita. Begitulah akhlak Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam, sebagai pemimpin ia ingin menyenangkan dan melayani bawahannya. Dan tengoklah diri kita. Kita adalah pemimpin, bahkan untuk lingkup paling kecil sekalipun, sudahkah kita meniru akhlak Rasul Yang Mulia.

 

Nabi Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam juga terkenal suka memuji sahabatnya. Kalau kita baca kitab-kitab hadits, kita akan kebingungan menentukan siapa sahabat yang paling utama. Terhadap Abu Bakar, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam selalu memujinya. Abu Bakar- lah yang menemani Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam ketika hijrah. Abu Bakarlah yang diminta menjadi Imam ketika Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam sakit. Tentang Umar, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam pernah berkata, "Syetan saja takut dengan Umar, bila Umar lewat jalan yang satu, maka Syetan lewat jalan yang lain." Dalam riwayat lain disebutkan, "Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam bermimpi meminum susu. Belum habis satu gelas, Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam memberikannya pada Umar yang meminumnya sampai habis. Para sahabat bertanya, Ya Rasul apa maksud (ta'wil) mimpimu itu? Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam menjawab "ilmu pengetahuan."

 

Tentang Utsman, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam sangat menghargai Utsman karena itu Utsman menikahi dua putri Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam, hingga Utsman dijuluki Dzu an-Nurain (pemilik dua cahaya). Mengenai Ali, Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam bukan saja menjadikannya ia menantu, tetapi banyak sekali riwayat yang menyebutkan keutamaan Ali. "Aku ini kota ilmu, dan Ali adalah pintunya." "Barang siapa membenci Ali, maka ia merupakan orang munafik."

 

Lihatlah diri kita sekarang. Bukankah jika ada seorang rekan yang punya sembilan kelebihan dan satu kekurangan, maka kita jauh lebih tertarik berjam-jam untuk membicarakan yang satu itu dan melupakan yang sembilan. Ah…ternyata kita belum suka memuji; kita masih suka mencela. Ternyata kita belum mengikuti sunnah Nabi.

 

Saya pernah mendengar ada seorang ulama yang mengatakan bahwa Allah pun sangat menghormati Nabi Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam. Buktinya, dalam Al-Qur'an Allah memanggil para Nabi dengan sebutan nama: Musa, Ayyub, Zakaria, dll. tetapi ketika memanggil Nabi Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam, Allah menyapanya dengan "Wahai Nabi". Ternyata Allah saja sangat menghormati beliau.

 

Para sahabat pun ditegur oleh Allah ketika mereka berlaku tak sopan pada Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam. Alkisah, rombongan Bani Tamim menghadap Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam. Mereka ingin Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam menunjuk pemimpin buat mereka. Sebelum Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam memutuskan siapa, Abu Bakar berkata: "Angkat Al-Qa'qa bin Ma'bad sebagai pemimpin." Kata Umar, "Tidak, angkatlah Al-Aqra' bin Habis." Abu Bakar berkata ke Umar, "Kamu hanya ingin membantah aku saja," Umar menjawab, "Aku tidak bermaksud membantahmu." Keduanya berbantahan sehingga suara mereka terdengar makin keras. Waktu itu turunlah ayat: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya. Takutlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah maha Mendengar dan maha Mengetahui. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menaikkan suaramu di atas suara Nabi. janganlah kamu mengeraskan suara kamu dalam percakapan dengan dia seperti mengeraskan suara kamu ketika bercakap sesama kamu. Nanti hapus amal- amal kamu dan kamu tidak menyadarinya" (QS. Al-Hujurat 1-2)

 

Setelah mendengar teguran itu Abu Bakar berkata, "Ya Rasul Allah, demi Allah, sejak sekarang aku tidak akan berbicara denganmu kecuali seperti seorang saudara yang membisikkan rahasia." Umar juga berbicara kepada Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam dengan suara yang lembut. Bahkan konon kabarnya setelah peristiwa itu Umar banyak sekali bersedekah, karena takut amal yang lalu telah terhapus. Para sahabat Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam takut akan terhapus amal mereka karena melanggar etiket berhadapan dengan Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam.

 

Dalam satu kesempatan lain, ketika di Mekkah, Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam didatangi utusan pembesar Quraisy, Utbah bin Rabi'ah. Ia berkata pada Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam, "Wahai kemenakanku, kau datang membawa agama baru, apa yang sebetulnya kau kehendaki. Jika kau kehendaki harta, akan kami kumpulkan kekayaan kami, Jika Kau inginkan kemuliaan akan kami muliakan engkau. Jika ada sesuatu penyakit yang dideritamu, akan kami carikan obat. Jika kau inginkan kekuasaan, biar kami jadikan engkau penguasa kami"

 

Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam mendengar dengan sabar uraian tokoh musyrik ini. Tidak sekalipun beliau membantah atau memotong pembicaraannya. Ketika Utbah berhenti, Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam bertanya, "Sudah selesaikah, Ya Abal Walid?" "Sudah." kata Utbah. Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam membalas ucapan utbah dengan membaca surat Fushilat. Ketika sampai pada ayat sajdah, Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam pun bersujud. Sementara itu Utbah duduk mendengarkan Nabi sampai menyelesaikan bacaannya.

 

Peristiwa ini sudah lewat ratusan tahun lalu. Kita tidak heran bagaimana Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam dengan sabar mendengarkan pendapat dan usul Utbah, tokoh musyrik. Kita mengenal akhlak nabi dalam menghormati pendapat orang lain. Inilah akhlak Nabi dalam majelis ilmu. Yang menakjubkan sebenarnya adalah perilaku kita sekarang. Bahkan oleh si Utbbah, si musyrik, kita kalah. Utbah mau mendengarkan Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam dan menyuruh kaumnya membiarkan Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam berbicara. Jangankan mendengarkan pendapat orang kafir, kita bahkan tidak mau mendengarkan pendapat saudara kita sesama muslim. Dalam pengajian, suara pembicara kadang-kadang tertutup suara obrolan kita. Masya Allah!

 

Ketika Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam tiba di Madinah dalam episode hijrah, ada utusan kafir Mekkah yang meminta janji Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam bahwa Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam akan mengembalikan siapapun yang pergi ke Madinah setelah perginya Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam. Selang beberapa waktu kemudian. Seorang sahabat rupanya tertinggal di belakang Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam. Sahabat ini meninggalkan isterinya, anaknya dan hartanya. Dengan terengah-engah menembus padang pasir, akhirnya ia sampai di Madinah. Dengan perasaan haru ia segera menemui Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam dan melaporkan kedatangannya. Apa jawab Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam? "Kembalilah engkau ke Mekkah. Sungguh aku telah terikat perjanjian. Semoga Allah melindungimu." Sahabat ini menangis keras. Bagi Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam janji adalah suatu yang sangat agung. Meskipun Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam merasakan bagaimana besarnya pengorbanan sahabat ini untuk berhijrah, bagi Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam janji adalah janji; bahkan meskipun janji itu diucapkan kepada orang kafir. Bagaimana kita memandang harga suatu janji, merupakan salah satu bentuk jawaban bagaimana perilaku Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam telah menyerap di sanubari kita atau tidak.

 

Dalam suatu kesempatan menjelang akhir hayatnya, Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam berkata pada para sahabat, "Mungkin sebentar lagi Allah akan memanggilku, aku tak ingin di padang mahsyar nanti ada diantara kalian yang ingin menuntut balas karena perbuatanku pada kalian. Bila ada yang keberatan dengan perbuatanku pada kalian, ucapkanlah!" Sahabat yang lain terdiam, namun ada seorang sahabat yang tiba-tiba bangkit dan berkata, "Dahulu ketika engkau memeriksa barisan di saat ingin pergi perang, kau meluruskan posisi aku dengan tongkatmu. Aku tak tahu apakah engkau sengaja atau tidak, tapi aku ingin menuntut qishash hari ini." Para sahabat lain terpana, tidak menyangka ada yang berani berkata seperti itu. Kabarnya Umar langsung berdiri dan siap "membereskan" orang itu. Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam pun melarangnya. Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam pun menyuruh Bilal mengambil tongkat ke rumah beliau. Siti Aisyah yang berada di rumah Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam keheranan ketika Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam meminta tongkat. Setelah Bilal menjelaskan peristiwa yang terjadi, Aisyah pun semakin heran, mengapa ada sahabat yang berani berbuat senekad itu setelah semua yang Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam berikan pada mereka.

 

Rasul memberikan tongkat tersebut pada sahabat itu seraya menyingkapkan bajunya, sehingga terlihatlah perut Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam. Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam berkata, "Lakukanlah!"

 

Detik-detik berikutnya menjadi sangat menegangkan. Tetapi terjadi suatu keanehan. Sahabat tersebut malah menciumi perut Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam dan memeluk Nabi seraya menangis, "Sungguh maksud tujuanku hanyalah untuk memelukmu dan merasakan kulitku bersentuhan dengan tubuhmu!. Aku ikhlas atas semua perilakumu wahai Rasulullah." Seketika itu juga terdengar ucapan, "Allahu Akbar" berkali-kali. Sahabat tersebut tahu, bahwa permintaan Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam itu tidak mungkin diucapkan kalau Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam tidak merasa bahwa ajalnya semakin dekat. Sahabat itu tahu bahwa saat perpisahan semakin dekat, ia ingin memeluk Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam sebelum Allah memanggil Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam ke hadirat-Nya.

 

Suatu pelajaran lagi buat kita. Menyakiti orang lain baik hati maupun badannya merupakan perbuatan yang amat tercela. Allah tidak akan memaafkan sebelum yang kita sakiti memaafkan kita. Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam pun sangat hati-hati karena khawatir ada orang yang beliau sakiti. Khawatirkah kita bila ada orang yang kita sakiti menuntut balas nanti di padang Mahsyar di depan Hakim Yang Maha Agung ditengah miliaran umat manusia? Jangan-jangan kita menjadi orang yang muflis. Na'udzu billah…..

 

Nabi Muhammad sallAllahu 'alayhi wasallam ketika saat haji Wada', di padang Arafah yang terik, dalam keadaan sakit, masih menyempatkan diri berpidato. Di akhir pidatonya itu Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam dengan dibalut sorban dan tubuh yang menggigil berkata, "Nanti di hari pembalasan, kalian akan ditanya oleh Allah apa yang telah aku, sebagai Nabi, perbuat pada kalian. Jika kalian ditanya nanti, apa jawaban kalian?" Para sahabat terdiam dan mulai banyak yang meneteskan air mata. Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam melanjutkan, "Bukankah telah kujalani hari-hari bersama kalian dengan lapar, bukankah telah kutaruh beberapa batu diperutku karena menahan lapar bersama kalian, bukankah aku telah bersabar menghadapi kejahilan kalian, bukankah telah kusampaikan pada kalian wahyu dari Allah…..?" Untuk semua pertanyaan itu, para sahabat menjawab, "Benar ya Rasul!"

 

Rasul sallAllahu 'alayhi wasallam pun mendongakkan kepalanya ke atas, dan berkata, "Ya Allah saksikanlah… Ya Allah saksikanlah… Ya Allah saksikanlah!". Nabi sallAllahu 'alayhi wasallam meminta kesaksian Allah bahwa Nabi telah menjalankan tugasnya. Di pengajian ini saya pun meminta Allah menyaksikan bahwa kita mencintai Rasulullah sallAllahu 'alayhi wasallam. "Ya Allah saksikanlah betapa kami mencintai Rasul-Mu, betapa kami sangat ingin bertemu dengan kekasih-Mu, betapa kami sangat ingin meniru semua perilakunya yang indah; semua budi pekertinya yang agung, betapa kami sangat ingin dibangkitkan nanti di padang Mahsyar bersama Nabiyullah Muhammad, betapa kami sangat ingin ditempatkan di dalam surga yang sama dengan surganya Nabi kami. Ya Allah saksikanlah… Ya Allah saksikanlah... Ya Allah saksikanlah" []

 

KH. Dr. Nadirsyah Hosen, LLM, MA, PhD

Ra'is Syuriah Pengurus Cabang Istimewa NU Australia dan Selandia Baru

(Do'a of the Day) 19 Rabiul Awwal 1434H


Bismillah irRahman irRaheem

 

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Yaa badratim min haaza kulla kamaali,

Maa dza yu'abbiru 'an 'ulaa kamaqaalii.

Antal ladzii asyraqta fii ufuqil 'ulaa,

Famahauta bil anwaari kulla dhalaali.

 

Wa bikastanaaral kaunu yaa 'alamal hudaa,

Bin nuuri wal in'aami wal ifdhaali.

Sahllaa 'alaikallaahu rabbii daaiman,

Abadam ma'al ibkaari wal aashaali.

 

Wa 'alaa jamii'il aali wal ash-haa biman,

Qad kashshahum rabbul 'ulaa bikamaali.

 

Wahai bulan purnama yang penuh sempurna,

Maka kata-kata apa yang dapat saya ungkapkan untuk menyingkap keagunganmu.

Engkaulah yang telah terbit bersinar di ufuk yang tinggi,

Sehingga dengan mudah engkau dapat menghapus segala kesesatan dengan cahayamu.

 

Wahai sumber petunjuk, karenamu alam memantulkan cahayanya,

Karena petunjukmu berisikan sinar terang, kenikmatan dan keutamaan.

Semoga Allah Tuhanku selalu melimpahkan rahmat untukmu,

Sepanjang masa, baik di waktu pagi maupun petang.

 

Juga semoga untuk semua keluarga dan sahabat-sahabat Nabi,

Yaitu orang-orang yang telah diistemewakan Allah dengan kesempurnaan.

 

Allaahumma shalli wa sallim wa baarik 'alaihi.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam dan berkah kepada Nabi SAW.

 

[]

 

Dari Kitab iqdl al-Jawahir ditulis oleh Syekh Jafair Al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim

Rabu, 30 Januari 2013

Dahlan: Dari Buli, Ria Berdikari Ingin Angkat Harga Diri


Dari Buli, Ria Berdikari Ingin Angkat Harga Diri

 

Tiba di lokasi ini saya diberi pilihan: naik jip atau sepeda motor trail. Hati ingin memilih trail, tapi otak mengatakan jangan. Udara lagi sangat panasnya. Matahari sangat teriknya.

 

Saya pun menunjuk mobil setengah tua yang rodanya cocok untuk off-road itu. “Tapi, harus saya yang nyetir,” ujar wanita muda berjilbab putih dan bercelana jins itu. “Di sini tidak ada tebing yang bisa ditabrak,” tambahnya.

 

Saya tahu wanita itu lagi menyindir saya yang suka mengemudikan mobil sendiri dan baru saja menabrakkan mobil listrik Tucuxi ke tebing terjal di Magetan.

 

Hari itu, Senin minggu lalu, saya memang ingin mengelilingi ranch besar milik BUMN yang sudah lama telantar. Yakni, lahan peternakan sapi seluas 6.000 ha milik PT Berdikari United Livestock (Buli), anak perusahaan PT Berdikari (Persero). Lokasinya di Desa Bila, tidak jauh dari Danau Tempe di Kabupaten Sidenreng Rappang (lazim disingkat Sidrap), Sulawesi Selatan.

 

Sudah lama ranch tersebut begitu-begitu saja. Nasibnya tidak jauh berbeda dengan ranch yang ada di Sumba, yang luasnya juga sekitar 6.000 ha. PT Berdikari sudah lama tidak bisa berdiri di atas kakinya sendiri. Bukan saja tidak bisa membantu program pemerintah di bidang peternakan, bahkan justru terlalu bergantung kepada pemerintah. Wajah PT Berdikari adalah wajah yang muram. Karena itu, awal tahun lalu direksinya diganti.

 

Sebagaimana juga di Sumba, sebenarnya ingin sekali saya bermalam di Bila. Tapi, ternyata tidak perlu. PT Buli sudah mulai bergerak dengan konsep yang jelas. Tanda-tanda kehidupan mulai tampak di daerah yang terletak sekitar lima jam naik mobil dari Makassar itu.

 

Wanita berjilbab putih itu dengan tangkas segera naik mobil dan mengendalikan kemudi. Dialah Ir Ria Kusumaningrum, yang tahun lalu diangkat jadi direktur PT Buli. Ria adalah lulusan Fakultas Peternakan IPB tahun 2004.

 

Ria sangat tangkas mengemudi. Saya duduk di sebelahnya. Di kursi belakang duduk Dirut PT Berdikari Librato El Arif, yang hanya bisa tersenyum melihat percakapan tadi. Arif-lah yang mengangkat wanita muda tersebut menjadi direktur PT Buli yang waktu itu dalam keadaan sulit-sulitnya. Arif cukup jeli memilih orang. Dia tidak salah memilih Ria sebagai direktur untuk peternakan besar yang lagi sakit parah itu.

 

Sambil mengemudikan mobil di jalan off-road yang berjungkit-jungkit itu, Ria terus menceritakan apa yang sedang dan masih terus dia lakukan. “Di lahan ini akan kami buat ranch, bisa untuk 50.000 sapi,” ujar Ria dengan semangatnya. Ucapan itu kelihatannya mustahil terwujud. Terdengar seperti omong besar. Setahun lalu, ketika saya mulai mengkaji persoalan peternakan ini, tidak pernah ada pemikiran seperti itu.

 

Waktu itu yang sering diteorikan adalah: Lahan 6.000 ha maksimum hanya akan bisa dihuni 6.000 ekor sapi. Angka 50.000 yang disebut Ria jauh dari teori itu.

 

Konsep awal ranch Buli itu memang sama dengan yang ada di Sumba. Sapi dibiarkan hidup liar di padang gembalaan. Murah dan mudah. Tinggal memelihara beberapa kuda dan anjing untuk menggembalakannya.

 

Tapi, kenyataannya sangat berbeda. Baik di Sumba maupun di Sidrap, cara seperti itu tidak bisa berkembang. Ada beberapa persoalan teknis. Misalnya soal bagaimana menjaga kualitas sapi. Untuk sapi yang dibiarkan liar, kualitas keunggulannya merosot. Sebab, terjadi perkawinan inses. Sering terjadi anak laki-laki yang sudah besar mengawini ibunya atau saudara kandungnya. Sulit mengawasinya.

 

Yang seperti itu tidak terjadi di luar negeri. Di sana sapi jantan yang tidak unggul langsung dikebiri. Itulah yang tidak mungkin dilakukan di Indonesia. Masih ada pendapat yang mengatakan bahwa pengebirian seperti itu melanggar ajaran agama tertentu.

 

Ria yang setelah lulus menekuni penelitian ternak tropik itu tidak mau meneruskan sistem peternakan liar seperti konsep tersebut. Itu sesuai dengan arahan direksi PT Berdikari dan hasil diskusi dengan para ahli dari Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar yang aktif membantu Ria di Buli.

 

Cara baru itu pun ditunjukkan kepada saya. Setelah mengunjungi instalasi pengolahan kompos dan makanan ternak, saya dibawa ke pinggir sebuah danau kecil yang ada di tengah-tengah ranch. Di situlah ada sebuah kandang yang terbuka. Yakni, hamparan rumput yang dipagari dengan kayu setinggi 1,5 meter yang dirangkai dengan kawat berduri. Luas kandang itu hanya sekitar 3.000 meter persegi. Tidak ada atapnya. Di dalam kandang itu (di Jawa lebih tepat disebut kombong) terdapat 150 sapi yang hidup mengelompok.

 

Uji coba sistem kombong itu sudah berlangsung empat bulan. Sapi tidak dibiarkan liar lagi meski juga tidak dimasukkan ke kandang. Uji coba tersebut sudah bisa disimpulkan: berhasil baik. Karena itu, sistem kombong akan dikembangkan. Ria sudah membangun 15 kombong. Tidak harus di dekat danau karena sarana untuk minum sapi bisa dibangun di tengah kombong.

 

Ke depan, Ria berencana membangun 500 kombong di lahan 6.000 ha itu. Fungsi tiap kombong akan dibedakan. Ada kombong untuk anak-anak sapi dengan umur tertentu. Satu kombong bisa dihuni 200 anak sapi. Lalu, ada kombong untuk sapi yang lebih besar yang sudah siap dihamili. Kombong seperti itu diisi 150 ekor sapi. Ditambah pejantan unggulan. Lalu, ada kombong untuk sapi besar yang hanya berisi 100 ekor.

 

Sapi-sapi yang sudah bunting dimasukkan ke kandang tertutup. Di situ disiapkan sarana untuk melahirkan yang sehat. Juga disiapkan nutrisi yang lebih baik.

 

Ke depan, pagar kombong itu tidak lagi dibuat dari kayu kering. Pagar tersebut akan berupa pagar hidup. Ria sudah membuat pembibitan pohon jabung. Saya pun dibawa ke area pembibitan. Ada 400.000 bibit pohon jabung yang disiapkan. Saya percaya saja pada angka itu. Daripada diminta menghitung sendiri.

 

Bibit-bibit pohon jabung itulah yang akan ditanam rapat membentuk pagar hidup kombong. Pohon tersebut akan berdwifungsi: untuk pelindung sapi dan untuk dijual kayunya setelah berumur lima tahun. Juga ada fungsi menghemat: daripada beli kayu untuk pagar. Pohon jabung adalah pohon yang lekas bongsor yang kini lagi sangat happening di Jawa Barat.

 

Maka, setahun lagi sudah akan kelihatan bentuknya. Lahan 6.000 ha itu akan dibentuk menjadi kombong-kombong sapi. Tiap 10 ha satu kombong. Di setiap lahan 10 ha itu ditanami rumput gajah (2 ha) dan sorgum (3 ha). Di tengah-tengah tanaman rumput dan sorgum itulah kombong untuk kandang sapi. Fungsi rumput tidak lain untuk makanan sapi. Sedang fungsi sorgum untuk makanan manusianya dengan batang dan daun untuk sapinya.

 

Dengan demikian, akan ada blok-blok 10 ha di Buli yang tidak saja memudahkan pengawasannya, tapi juga bisa menampung lebih banyak sapi di dalamnya. Dengan metode itulah ranch di Bila bisa menampung 50.000 sapi.

 

Masyarakat sekitar peternakan akan dilibatkan. Kelompok-kelompok peternakan di sekitarnya akan diberi kesempatan memiliki kombong seperti itu. Sapinya milik masyarakat dengan modal dari PKBL BUMN. Wakil bupati Sidrap yang ikut hadir hari itu akan mengajak warganya untuk ikut cara Buli tersebut. Inilah ranch model Buli, model Berdikari, model Ria. Berbeda dengan Australia atau Jawa.

 

Setahun lagi saya berjanji bertemu Ria di Bila. Dan akan bermalam di situ. Sambil menikmati makanan Sidrap yang enak-enak. Dan mengelilingi kombong-kombong pohon hidup yang sudah jadi.

 

Inilah roh baru PT Berdikari. Saya memang meminta Berdikari fokus menangani peternakan sapi. Tidak usah usaha macam-macam seperti di masa lalu, yang semuanya berantakan. Usaha asuransinya harus dilepas. Demikian juga usaha mebelnya. Fokus: sapi, sapi, dan sapi.

 

Negara lagi memerlukan peran BUMN seperti Berdikari. Indonesia terlalu besar mengimpor sapi. Tidak boleh Berdikari justru jadi benalu negeri. Terbukti, ketika fokus, direksinya bisa menemukan jalan yang begitu hebat dan asli. Yang akan bisa ikut mengatasi kekurangan daging sapi di dalam negeri.

 

Terlalu besar kita impor sapi. Menghabiskan devisa dan harga diri. (*)

 

Dahlan Iskan, Menteri BUMN

 

Sumber:

(Ngaji of the Day) Memuliakan Hari Kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW


Memuliakan Hari Kelahiran Kanjeng Nabi Muhammad SAW


Ketika memasuki bulan Rabiul Awwal, umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi SAW dengan berbagai cara, baik dengan cara yang sederhana maupun dengan cara yang cukup meriah. Pembacaan shalawat, barzanji dan pengajian­pengajian yang mengisahkan sejarah Nabi SAW menghiasi hari-hari bulan itu.


Sekitar lima abad yang lalu, pertanyaan seperti itu juga muncul. Dan Imam Jalaluddin as-Suyuthi (849 H - 911 H) menjawab bahwa perayaan Maulid Nabi SAW boleh dilakukan. Sebagaimana dituturkan dalam Al-Hawi lil Fatawi:


"Ada sebuah pertanyaan tentang perayaan Maulid Nabi SAW pada bulan Rabiul Awwal, bagaimana hukumnya menurut syara'. Apakah terpuji ataukah tercela? Dan apakah orang yang melakukannya diberi pahala ataukah tidak? Beliau menjawab: Menurut saya bahwa asal perayaan Maulid Nabi SAW, yaitu manusia berkumpul, membaca Al-Qur’an dan kisah-kisah teladan Nabi SAW sejak kelahirannya sampai perjalanan kehidupannya. Kemudian menghidangkan makanan yang dinikmnti bersama, setelah itu mereka pulang. Hanya itu yang dilakukan, tidak lebih. Semua itu termasuk bid’ah al-hasanah. Orang yang melakukannya diberi pahala karena mengagungkan derajat Nabi SAW, menampakkan suka dta dan kegembiraan atas kelahiran Nnbi Muhammad SAW yang mulia". (Al-Hawi lil Fatawi, juz I, hal 251-252)


Jadi, sebetulnya hakikat perayaan Maulid Nabi SAW itu merupakan bentuk pengungkapan rasa senang dan syukur atas terutusnya Nabi Muhammad SAW ke dunia ini. Yang diwujudkan dengan cara mengumpulkan orang banyak. Lalu diisi dengan pengajian keimanan dan keislaman, mengkaji sejarah dan akhlaq Nabi SAW untuk diteladani. Pengungkapan rasa gembira itu memang dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan. Sebagaimana firman Allah SWT :

 

قُلْ بِفَضْلِ اللهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَالِكَ فَلْيَفْرَخُوا


Katakanlah (Muhammad), sebab fadhal dan rahmat Allah (kepada kalian), maka bergembiralah kalian. (QS Yunus, 58)


Ayat ini, jelas-jelas menyuruh kita umat Islam untuk bergembira dengan adanya rahmat Allah SWT. Sementara Nabi Muhammad SAW adalah rahmat atau anugerah Tuhan kepada manusia yang tiadataranya. Sebagaimana firman Allah SWT:

 

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ


Dan Kami tidak mengutusmu (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS. al-Anbiya',107)


Sesunggunya, perayaan maulid itu sudah ada dan telah lama dilakukan oleh umat Islam. Benihnya sudah ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW. Dalam sebuah hadits diriwayatkan:

 

عَنْ أبِي قَتَادَةَ الأنْصَارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِ اْلإثْنَيْنِ فَقَالَ فِيْهِ وُلِدْتُ وَفِيْهِ أُنْزِلَ عَلَيَّ صحيح مسلم


Diriwayatkan dari Abu Qatadah al-Anshari RA bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa Senin. Maka beliau menjawab, "Pada hari itulah aku dilahirkan dan wahyu diturunkan kepadaku”. (HR Muslim)


Betapa Rasulullah SAW begitu memuliakan hari kelahirannya. Beliau bersyukur kepada Allah SWT pada hari tersebut atas karunia Tuhan yang telah menyebabkan keberadaannya. Rasa syukur itu beliau ungkapkan dengan bentuk puasa.


Paparan ini menyiratkan bahwa merayakan kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW termasuk sesuatu yang boleh dilakukan. Apalagi perayaan maulid itu isinya adalah bacaan shalawat, baik Barzanji atau Diba', sedekah dengan beraneka makanan, pengajian agama dan sebagainya, yang merupakan amalan-amalan yang memang dianjurkan oleh Syari' at Islam. Sayyid Muhammad' Alawi al-Maliki mengatakan:

"Pada pokoknya, berkumpul untuk mengadakan Maulid Nabi merupakan sesuatu yang sudah lumrah terjadi. Tapi hal itu termasuk kebiasaan yang baik yang mengandung banyak kegunaan dan manfaat yang (akhirnya) kembali kepada umat sendiri dengan beberapa keutamaan (di dalamnya). Sebab, kebiasaan seperti itu memang dianjurkan oleh syara' secara parsial (bagian­bagiannya)”


“Sesungguhnya perkumpulan ini merupakan sarana yang baik untuk berdakwah. Sekaligus merupakan kesempatan emas yang seharusnya tidak boleh punah. Bahkan menjadi kewajiban para da'i dan ulama untuk mengingatkan umat kepada akhlaq, sopan santun, keadaan sehari-hari, sejarah, tata cara bergaul dan ibadah Nabi Muhammad SAW. Dan hendaknya mereka menasehati dan memberikan petunjuk untuk selalu melakukan kebaikan dan keberuntungan. Dan memperingatkan umat akan datangnya bala' (ujian), bid'ah, kejahatan dan berbagai fitnah". (Mafahim Yajib an Tushahhah, 224-226)


Hal ini diakui oleh Ibn Taimiyyah. Ibn Taimiyyah berkata, "Orang-orang yang melaksanakan perayaan Maulid Nabi SAWakan diberi pahala. Begitulah yang dilakukan oleh sebagian orang. Hal mana juga di temukan di kalangan Nasrani yang memperingati kelahiran Isa AS. Dalam Islam juga dilakukan oleh kaum muslimin sebagai rasa cinta dan penghormatan kepada Nabi SAW. Dan Allah SWT akan memberi pahala kepada mereka atas kecintaan mereka kepada Nabi mereka, bukan dosa atas bid'ah yang mereka lakukan". (Manhaj as-Salaf li Fahmin Nushush Bainan Nazhariyyah wat Tathbiq, 399)


Maka sudah sewajarnya kalau umat Islam merayakan Maulid Nabi SAW sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan juga karena isi perbuatan tersebut secara satu persatu, yakni membaca shalawat, mengkaji sejarah Nabi SAW, sedekah, dan lain sebagainya merupakan amalan yang memang dianjurkan dalam syari'at Islam.

 

KH Muhyiddin Abdusshomad

Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris), Ketua PCNU Jember