Jumat, 29 Juni 2012

(Masjid of the Day) Ibadurrohman Yang Gagah Merekah di Tengah-tengah Pemukiman Padat Jarakosta

Di tengah pemukiman yang sangat padat, terkadang ruang tamu bertemu dengan dapur tetangga. Gang-gang sempit yang hanya cukup berdua, ratusan pintu kontrakan berderet-deret yang kesemuanya penuh sesak dengan para buruh dan atau pekerja, serta suasana khas pinggiran suatu kota. Ya, Kampung Jarakosta, Desa Danau Indah, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi ini merupakan salah satu tempat yang memesona para pendatang untuk tinggal di dalamnya. Dikarenakan lokasinya yang teramat sangat berdekatan dengan salah satu sebuah Kawasan Industri besar di Kab. Bekasi, MM-2100.

dari sisi jalan desa kampung jarakosta, tersembul sebuah bangunan megah di antara padatnya suasana...




pemukiman padat, khas pinggiran kota di indonesia...




berdiri gagah merkah perkasa di tengah-tengahnya...




ibadurrohaman, dengan hijau yang khas asli jarakosta...




bersinggungan langsung seakan tanpa jarak dengan tetangga di sebelahnya




mari dekati pintu utamanya... ketuk, dan masuklah...




bersihkan diri dan hati, lantas bersujudlah di sana...




dan perhatikan di sudut terasnya, teronggok sebuah bedug nusantara...




di manakah gerangan ibadurrohman? ah, ternyata ia ada di sana...

Adhie: Pidato Susilo Pengaruhi Euro 2012


Pidato Susilo Pengaruhi Euro 2012

Oleh Adhie M Massardi

Selasa, 26 Juni 2012 , 15:59:00 WIB



PIALA Eropa 2012 sudah memasuki saat-saat paling genting. Setelah partai-partai di babak penyisihan grup digelar di Polandia dan Ukrania, dengan kualitas permainan yang nyaman ditonton, pada 20 Juni tersingkirlah setengah dari 16 timnas.



Memang ada sedikit kontroversi, atau tepatnya sensasi. Timnas Belanda (Grup B) yang didukung para pemain andal dan diunggulkan para petaruh, juga Polandia (Grup A) yang tuan rumah, dipaksa para seterunya jadi juru kunci di grup masing-masing.



Pada sesi perempat final, meskipun pertandingan menggunakan sistem knock out, tapi tidak sungguh-sungguh menegangkan. Karena semua orang hampir setuju bila harapan Republik Ceko dikandaskan Portugal yang dimotori si jenius Christiano Ronaldo (0-1).



Bukan hal aneh pula ketika Jerman mengakhiri mimpi Yunani dengan skor 4-2 untuk mengulang sukses pada 2004. Lalu dengan pemain yang tetap masih brilian, siapa meragukan Timnas Spanyol? Makanya, meskipun disikat 2-0, Perancis tidak merasa malu dipulangkan Spanyol lebih awal.



Makanya, di babak ini, partai Inggris vs Italia boleh dibilang yang paling bikin merinding para pendukungnya. Dengan kekuatan setiap lini yang relatif seimbang, Inggris dan Italia memang saling tukar serangan berbahaya. Itulah sebabnya di lapangan situasi jadi sangat alot. Waktu 90 menit jadi tak cukup. Partai ini akhirnya diakhiri dengan adu penalti. Inggris sial. Skor 2-4 yang menyakitkan!



Piala Eropa sejak tiga episode belakangan ini memang seperti “Liga Uni Eropa”. Tak ada timnas yang benar-benar superior. Menjadi tampak lebih hebat dari timnas lain hanya di atas kertas. Begitu turun lapangan, kekuatan nyaris selalu seimbang. Ini karena sirkulasi para pemainnya hampir merata ada di (liga negara-negara) Eropa.



Kunci kemenangan setiap timnas menjadi milik para pelatihnya. Bagaimana bacaan kekuatan lawan, dan bagaimana pula strategi menjinakkannya, sepenuhnya berada di tangan sang pelatih. Karena itu, pengalaman, integritas dan wibawa pelatih menjadi faktor dominan dalam setiap pertandingan.



Dalam laga lanjutan di sesi semi-final, bagi para analis adalah pertarungan antara Vicente Del Bosque (Spanyol) dan Seleccao Das Quinas (Portugal), serta Joachim Loew (Jerman) dan Cesare Prandelli (Italia).



Tapi yang menarik sekarang, pada turnamen sepakbola kedua terbesar setelah Piala Dunia ini, kekalahan sebuah timnas tidak lantas diidentikan dengan kesalahan sang pelatih. Itulah sebabnya dalam Euro 2012 ini kita nyaris tak mendengar pernyataan sang pelatih, atau gegeran publik yang minta sang pelatih mundur pasca kegagalan di Piala Eropa.



Saya curiga jangan-jangan para pelatih, juga masyarakat sepakbola Eropa, khususnya yang timnasnya berlaga di putaran final Piala Eropa, terpengaruh oleh pidato Presiden (RI) Susilo B Yudhoyono di hadapan para pendiri dan kader Partai Demokrat dalam acara Silaturahmi Nasional Tokoh Pendiri dan Deklarator Partai Demokrat di Puri Agung, Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Rabu, 14 Juni 2012.



Ketika itu, Susilo yang Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat itu, menangkis sorotan masyarakat terhadap (kader) patainya yang dinilai banyak terlibat skandal korupsi dengan mengatakan: “...di atas Partai Demokrat, ada empat partai lain yang persentasenya (dalam hal korupsi) itu mencapai 34,6 persen, 24,6 persen, 9,2 persen, dan 5,2 persen!”



Para pelatih timnas itu pasti juga mengatakan hal yang sama kepada para pendukungnya. “Kami bukan satu-satunya timnas yang gagal. Masih ada 15 timnas negara lain yang juga gagal meraih tropi Piala Eropa...”



Jadi, harap maklum...! [***]



Sumber:

(Khotbah of the Day) Memantapkan Iman di Bulan Sya’ban


Memantapkan Iman di Bulan Sya’ban

KH. Sofian, S.Ag

(Wakil sekretaris PCNU Buleleng Bali)



Rasulullah saw pernah berkata walaupun engkau mengumpulkan ilmu lebih banyak, niscaya tidak akan bermanfaat kepadamu selain kamu mengerjakan tiga perkara: 1. janganlah kamu mencintai dunia karena dunia itu bukanlah balasan bagi orang-orang mukmin, 2. janganlah kamu berteman dengan setan karena dia bukan teman-teman mukmin, 3. dan janganlah kamu menyakiti seseorang karena hal itu bukanlah perbuatan orang-orang mukmin.



اَلْحَمْدُ لله على نعمه فى شهر شعبان, الذى جعلنا من المسلمين الكاملين, وأمرنا باتباع سبيل المؤمنين, وأشْهَدُ أَنْ لَا إله إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الحق المبين وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصادق الوعد الأمين, اللهم صَلَّى عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى أله وَصَحْبِهِ أجمعين, وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أما بعد-



أوصيكم ونفسى بتقوى الله, وكونوا من المؤمنين الصادقين, واعلموا رحمكم الله إن للإيمان أيات وشعبن, فدونكم منها مانطق به القرأن, ومابينه رسول الله صلى الله عليه وسلم "المؤمن حقا إذا ذكرالله وجلت قلبه وخشعت نفسه, وفاضت عينه, من إذا سمع القرأن ثلج صدره وزاد إيمانه, وعلا يقينه, من يعتمد على ربه في نوال غايته, بعد أن بذل جهده فى سبيل حاجته, المؤمن حقا من أمن بكل ماجاء به القرأن, إيمانا لايزلزله شك وارتياب, وجاهد بنفسه وماله فى نصرة الدين وإقامة الحق المبين, المؤمن حقا لاسلطان للشيطان على نفسه, وأنه إيمان المرء يزيد بالطاعات وينقص بالمعصية.



Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah


Marilah di bulan Sya’ban ini kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menghadirkan hati kita kehadirat-Nya, atau berusaha selalu menghadiri berbagai panggilan dan kewajiban dari-Nya. Serta senantiasa berperilaku sebagaimana Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, tentunya dengan penuh hikmat, khusyu' dan ikhlas menjalaninya.


Diantara balasan bagi orang yang bertaqwa adalah senantiasa mendapatkan petunjuk yang dapat membedakan antara yang haq dan yang bathil, dapat membedakan antara yang baik dan yang buruk dan dapat pula membedakan antara yang bermanfaat dan mudlarat sebagaimana dijanjikan oleh Allah swt:


Artinya: Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, kami akan memberikan kepadamu Furqaan. dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.



Jama’ah Jum’ah yang Berbahagia


Bila manusia senantiasa membekali diri dengan taqwa kepada Allah maka ia akan senantiasa dapat memelihara dirinya dari segala macam perbuatan tercela yang menyimpang dari ketentuan syari’at Allah, yang dapat mencelakakan dirinya dan pada akhirnya dan pada akhirnya akan menjerumuskan ke jurang kesengsaraan dan kehancuran. Ia tidak akan mudah terbujuk dan terjerat rayuan dan godaan setan, serta tidak akan mudah terpengaruh oleh kerusakan zaman dan tidak mudah terlena gemerlap dan kemewahan dunia. Ia akan senantiasa dapat memfilter dan selanjutnya dapat membuang hal-hal yang berakibat buruk, tidak menguntungkan dan sia-sia, dan ia akan memilih segala sesuatu yang bermanfaat.



Orang yang bertaqwa akan senantiasa mengisi lembaran-lembaran hidupnya dengan hal-hal yang bermanfaat. Tipe orang yang bertaqwa adalah tipe orang sederhana dalam hidup, gemar melakukan amal soleh dan senantiasa menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulya. Mereka sadar, bahwa segala apa yang dianugerahkan oleh Allah dan dimilikinya tidak akan membawa manfaat, bila segala sesuatu yang ia miliki itu, baik itu ilmu, harta, pangkat bahkan ibadah yang dijalankan dan lain-lain tidak dilandasi taqwa kepada Allah swt.



Dalam suatu riwayat disebutkan, bahwa seorang dari kaum Bani Israil telah mengumpulkan buku sebanyak 80 peti yang berisi ilmu, namun tidak bermanfaat baginya, maka Allah memberi wahyu kepada Nabi mereka agar menasehati orang tersebut:



لَوْ جَمَعْتَ كَثِيْرًا مِنَ الْعِلْمِ لَمْ يَنْفَعْكَ اِلاَّ اَنْ تَعْمَل بِثَلاَثةِ اَشْياءٍ: لاَ تُحِبُّ الدُّنْيا فَلَيْسَتْ بِدارِ لمُؤْمِنِيْنَاْ وَلا تُصا حبِ الشَّيْطا نَ فَلَيْس بِرَ فِيْقِ ا ْلمُؤْمِنِيْنَ ولا تؤ ذِى اَحَدًا فَلَيْس بِحِرْفَةِ اْلمُؤْمِنِيْنَ



Artinya: Rasulullah saw pernah berkata walaupun engkau mengumpulkan ilmu lebih banyak, niscaya tidak akan bermanfaat kepadamu selain kamu mengerjakan tiga perkara: 1. janganlah kamu mencintai dunia karena dunia itu bukanlah balasan bagi orang-orang mukmin, 2. janganlah kamu berteman dengan setan karena dia bukan teman-teman mukmin, 3. dan janganlah kamu menyakiti seseorang karena hal itu bukanlah perbuatan orang-orang mukmin.



Oleh karena itu bila kita menginginkan ilmu yang telah kita pelajari bermanfaat, baik bagi diri kita sendiri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara, maka hendaknya meninggalkan tiga perkara tadi yaitu tidak terlalu mencintai dunia, tidak berteman dengan setan dan tidak menyakiti hati orang lain.


Demikianlah khotbah singkat kali ini, semoga kita semua senantiasa dapat mengamalkan berbagai ilmu kita sehingga menjadi ilmu yang bermanfaat.



بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ



Khutbah II




اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا


اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ


اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ





Sumber: NU Online

(Ngaji of the Day) Amalan Malam Nishfu Sya'ban dan Fadhilahnya


Amalan Malam Nishfu Sya'ban dan Fadhilahnya



Sya’ban adalah salah satu bulan istimewa, bulan yang dihormati dalam agama Islam, selain Muharram, Dzulhijjah dan Rajab. Lebih utama lagi pada malam ke lima belas, yang dikenal dengan nama malam Nisfu Sya’ban.



Sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Mu‘az bin Jabal Radhiallahu ‘anhu, bahwa pada malam ini “Allah menjenguk datang kepada semua makhlukNya di Malam Nishfu Sya‘ban, maka diampuni segala dosa makhlukNya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, at-Thabrani dan Ibnu Hibban).Begitu juga hadits riwayat Aisyah r.a.



عن عائشة بنت أبي بكر قالت: «قام رسول الله من الليل يصلي، فأطال السجود حتى ظننت أنه قد قبض، فلما رأيت ذلك قمت حتى حركت إبهامه فتحرك فرجعت، فلما رفع إلي رأسه من السجود وفرغ من صلاته، قال: يا عائشة أظننت أن النبي قد خاس بك؟، قلت: لا والله يا رسول الله، ولكنني ظننت أنك قبضت لطول سجودك، فقال: أتدرين أي ليلة هذه؟ قلت: الله ورسوله أعلم، قال: هذه ليلة النصف من شعبان، إن الله عز وجل يطلع على عباده في ليلة النصف من شعبان، فيغفر للمستغفرين، ويرحم المسترحمين، ويؤخر أهل الحقد كما هم»



Dari Aisyah radhiyallahu anha berkata bahwa Rasulullah SAW bangun pada malam dan melakukan shalat serta memperlama sujud, sehingga aku menyangka beliau telah diambil. karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Ketika beliau mengangkat kepalanya dari sujud dan selesai dari shalatnya, beliau berkata, “Wahai Asiyah, (atau Wahai Humaira’), apakah kamu menyangka bahwa Rasulullah tidak memberikan hakmu kepadamu?”Aku menjawab, “Tidak ya Rasulallah, namun Aku menyangka bahwa Anda telah dipanggil Allah karena sujud Anda lama sekali.” Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kamu malam apa ini?” Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”Beliau bersabda, “Ini adalah malam nisfu sya’ban (pertengahan bulan sya’ban). Dan Allah muncul kepada hamba-hamba-Nya di malam nisfu sya’ban dan mengampuni orang yang minta ampun, mengasihi orang yang minta dikasihi, namun menunda orang yang hasud sebagaimana perilaku mereka.” (HR Al-Baihaqi)



Begitulah kemurahan Allah swt yang diberikan kepada hambanya di malam Nisfu Sya’ban. Sehingga dalam kesempatan lain Aisyah meriwayatkan hadits lagi dengan banyaknya pengampunan itu semisal bulu kambing Bani Kalb



عن عائشة بنت أبي بكر قالت: «قال رسول الله : "إن الله ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا، فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب"



Sesungguhnya Allah ‘Azza Wajalla turun ke langit dunia pada malam nisfu sya’ban dan mengampuni lebih banyak dari jumlah bulu pada kambing Bani Kalb (salah satu kabilah yang punya banyak kambing). (HR At-Tabarani dan Ahmad)



Demikianlah hendaknya kesempatan ini tidak disia-siakan. Seorang muslim yang bijak tentunya akan memanfaatkan malam Nisfu Sya’ban sebaik-baiknya, dengan sebaik-baiknya memohon pengampunan dan melaksanakan amal kebaikan sebanyak-banyaknya. Demikian hadits riwayat Ali bin Abi Thalib menegaskan



عن علي بن أبي طالب قال: «قال رسول الله : "إذا كان ليلة النصف من شعبان فقوموا ليلها وصوموا نهارها فإن الله ينزل فيها إلى سماء الدنيا فيقول ألا من مستغفر فأغفر له ، ألا من مسترزق فأرزقه ألا من مبتلى فأعافيه ألا كذا ألا كذا حتى يطلع الفجر



Dalam hadis Ali, Rasulullah bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan salat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah bersabda: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (H.R. Ibnu Majah dengan sanad lemah).



Amalan Malam Nisfu Sya’ban


Berbagai amalan malam Nisfu Sya’ban dapat dimulai setelah sholat maghrib. Berpegang pada hadits Rasulullah saw, sebaiknya ibadah malam Nisfu Sya’ban ini dilakukan secara individual (tidak berjama’ah). Namun juga tidak ada pelarangan jika dilakukan secara berjama’ah. Dengan didahului shalat sunnah dua rakaat yang niatnya adalah



أصلى سنة نصف شعبان ركعتين لله تعالى



Artinya: Aku niat shalat sunat nisfu sya’ban 2 rakaat sebagai karena Allah Ta’ala.


Bilangan shalat sunnah Nisfu Sya’ban adalah 2 rakaat dengan 1 kali salam. Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Kafirun. Sedangkan pada rakaat setelah Al-Fatihah membaca surat Al-Ikhlas.



Dalam Ihya’ Ulumiddin, Imam Ghazali memberikan petunjuk agar dalam setiap rekaatnya setelah membaca fatihah hendaknya membaca surat al-Ikhlas sebelas kali. Atau dapat juga shalat sepuluh rakaat disetiap rakaatnya membaca Fatihah dan membaca al-Ikhlas seratus kali. Shalat ini disebut juga shalat al-khair, hal ini berdasar pada apa yang dilakukan oleh para ulama terdahulu.



Setelah shalat sunnah dua rekaat biasanya dilanjutkan dengan membaca surat yasin tiga kali yang dan ditutup dengan do’a malam Nisyfu Sya’ban di bawah ini



اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ



Artinya:


Ya Allah, Dzat Pemilik anugrah, bukan penerima anugrah. Wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kemuliaan. Wahai dzat yang memiliki kekuasaan dan kenikmatan. Tiada Tuhan selain Engkau: Engkaulah penolong para pengungsi, pelindung para pencari perlindungan, pemberi keamanan bagi yang ketakutan. Ya Allah, jika Engkau telah menulis aku di sisiMu di dalam Ummul Kitab sebagai orang yang celaka atau terhalang atau tertolak atau sempit rezeki, maka hapuskanlah, wahai Allah, dengan anugrahMu, dari Ummul Kitab akan celakaku, terhalangku, tertolakku dan kesempitanku dalam rezeki, dan tetapkanlah aku di sisimu, dalam Ummul Kitab, sebagai orang yang beruntung, luas rezeki dan memperoleh taufik dalam melakukan kebajikan. Sunguh Engkau telah berfirman dan firman-Mu pasti benar, di dalam Kitab Suci-Mu yang telah Engkau turunkan dengan lisan nabi-Mu yang terutus: “Allah menghapus apa yang dikehendaki dan menetapkan apa yang dikehendakiNya dan di sisi Allah terdapat Ummul Kitab.” Wahai Tuhanku, demi keagungan yang tampak di malam pertengahan bulan Sya’ban nan mulia, saat dipisahkan (dijelaskan, dirinci) segala urusan yang ditetapkan dan yang dihapuskan, hapuskanlah dariku bencana, baik yang kuketahui maupun yang tidak kuketahui. Engkaulah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi, demi RahmatMu wahai Tuhan Yang Maha Mengasihi. Semoga Allah melimpahkan solawat dan salam kepada junjungan kami Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amin. []



Sumber: NU Online

(Do'a of the Day) 09 Sya'ban 1433H


Bismillah irRahman irRaheem



In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Sharafallaahu 'ankassuu-a, wa akhadzat yadaaka khairan.



Semoga Allah memalingkanmu dari kejelekan dan semoga kedua tanganmu selalu mengambil yang baik.



Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 16, Bab 27.

Kamis, 28 Juni 2012

(Ngaji of the Day) Ka’bah Mean Time


Ka’bah Mean Time



Selama ini garis awal waktu (day date line) kita berkiblat ke Inggris. Kota Greenwich, yang letaknya dekat London, ditetapkan sebagai bujur 0 atau disebut Greenwich Mean Time (GMT). Setiap 15 derajat dari sana dihitung berbeda 1 jam dalam hitungan 24 jam. Perhitungan hari pun bermula dari bujur yang berjarak 180 derajat dari Greenwich.



Kenyataan ini dirasa patut mengusik kesadaran umat Islam, sekurang-kurangnya bagi keperluan ritual atau ibadah, untuk bersepakat menetapkan Ka’bah sebagai kiblat penetapan waktu; Ka’bah Mean Time. Caranya, kota Mekah yang terletak pada 40 derajat bujur timur itu ditetapkan sebagai bujur 0 derajat. Sehingga 180 derajat dari Mekah, yakni 140 derajat bujur barat dari Greenwich, ditetapkan sebagai garis awal batas tunggal. Dengan demikian, umat Islam sedunia dapat, misalnya, merayakan Idul Fitri atau Idul Adha pada hari yang sama.



Andaikan ide ini bisa diwujudkan, tentu Ka’bah kita akan semakin populer --meski sebenarnya tanpa itu pun, Ka’bah kita itu sudah jauh lebih populer dibanding dengan kota Greenwich. Hanya saja persoalannya, apa benar penetapan Ka'bah sebagai bujur 0 derajat akan berdampak positif bagi keperluan ritual, misalnya umat Islam sedunia bisa berhari raya pada hari yang sama?



Orang yang mengerti bahwa bola Bumi ini bulat dan mengerti bahwa umat Islam ada di mana-mana di seantero belahan Bumi yang bulat ini, tentu sulit mencema uraian tersebut di atas. Apakah hanya dengan menggeser day date line sejauh 40 derajat ke arah timur, atau lebih awal 2 jam 40 menit dari yang berlaku sekarang, umat Islam akan bisa berhariraya pada hari yang sama?



Orang yang memiliki sekelumit pengetahuan tentang ilmu falak atau ilmu hisab yang mengetahui bahwa awal bulan Hijriyah ditentukan berdasarkan kemunculan hilal di atas ufuk barat dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan day date line (garis batas tanggal) itu tadi, tentu akan geleng-geleng kepala menyimak ide Ka’bah Mean Time ini. Pindah-pindahkanlah posisi day date line itu ke mana suka, umat Islam di mana pun di belahan Bumi ini tidak akan pernah bingung tentang kapan saatnya mereka berhariraya karena pedoman untuk itu sudah konkret.



Umat Islam di satu belahan Bumi tertentu yang belum mengalami terbit hilal tidak akan memaksakan diri untuk berhariraya pada hari yang sama dengan umat Islam di belahan Bumi lain yang telah lebih dahulu mengalami terbit hilal. Sebab, Nabi SAW tidak memberi petunjuk demikian. Sedangkan sunnatullah mengenai gerakan bulan pada lintasannya mengakibatkan belahan bumi yang pertama kali mengalami terbit hilal selalu berubah setiap bulan.



Seandainya ide tentang Ka'bah Mean Time (KMT) ini bisa diterima secara internasional, kita umat Islam tentu saja ikut bangga. Kendati rasanya agak utopis, tetapi mari kita tunggu saja! Wallahu a'lam.



KH Abdul Salam Nawawi

Ketua Lajnah Falakiyah Nahdlatul Ulama (LFNU) Jawa Timur

(Do'a of the Day) 08 Sya'ban 1433H

Bismillah irRahman irRaheem



In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Baarakallaahu fiikum wa fiihim baarakallaahu.



Semoga Allah memberkahi apa yang masih ada padamu dan semoga Allah memberkahi apa yang ada pada mereka.



Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 16, Bab 25.

Rabu, 27 Juni 2012

Menunggu Bunda Belanja

Dahlan: Inisiatif Sendiri untuk Mencari Solusi


Inisiatif Sendiri untuk Mencari Solusi

Senin, 25 Juni 2012 , 04:14:00



TANPA diminta oleh Kementerian BUMN, para pimpinan tiga perusahaan ini berkumpul: Garuda Indonesia, Angkasa Pura I, dan Angkasa Pura II. Mereka saling curhat, kemudian mencari jalan keluar. Tiga perusahaan BUMN tersebut memang saling terkait. Yang satu bisa menghambat kemajuan yang lain. Atau sebaliknya.


Garuda memang tidak mau berhenti berprestasi. Setelah April lalu mengalahkan Malaysian Airlines dan sebulan kemudian mengalahkan Thai Airways, kini Garuda juga sudah diklasifikasikan sebagai penerbangan bintang empat.


Tentu, Garuda ingin naik kelas ke bintang lima. Di Asia baru lima penerbangan yang tergolong bintang lima: Singapore Airlines, Qatar Airways, Cathay Pacific Hongkong, Asiana Korea Selatan, dan jangan kaget: Hainan Airlines, sebuah penerbangan Hainan, pulau yang akan dijagokan menjadi "Balinya" Tiongkok.


Sebagai penerbangan bintang empat, Garuda kini sudah sejajar dengan 32 perusahaan penerbangan dunia seperti Air France Prancis, JAL Jepang, Dragonair Hongkong, Qantas Australia, dan Korean Air Korea. Garuda sudah keluar dari jajaran bintang tiga seperti Canadian Air Kanada, Royal Brunei, Saudian Airlines Arab Saudi, dan 116 perusahaan penerbangan lain.


Dalam pertemuan yang saya hadir hanya sebagai pendengar dan saksi tersebut, disepakati banyak hal. Ada 32 masalah yang akan dipecahkan bersama secara bertahap. Sebagian bisa langsung dikerjakan, sebagian lagi harus dikoordinasikan dengan instansi lain. Soal pelayanan imigrasi, visa on arrival, karantina, dan klinik kesehatan, misalnya, sama sekali di luar sistem komando kepala bandara. Masing-masing punya atasan sendiri.


Yang bisa diatasi sendiri, misalnya, soal troli, kebersihan, keindahan, dan ketertiban parkir. Mulai awal Juli nanti, misalnya, interior Terminal 2 Bandara Soekarno Hatta akan diperbarui, menjadi setingkat interior hotel binang lima. Mungkin penumpang agak terganggu oleh renovasi itu, namun demi kejayaan bersama harus kita lakukan.


Disadari sepenuhnya bahwa semua perusahaan penerbangan yang berbintang lima selalu didukung oleh bandara yang juga berbintang lima. Singapore Airlines dapat dukungan Bandara Changi yang begitu bagus. Cathay Pacific dapat dukungan bandara bintang lima Chep Lap Kok. Asiana dapat dukungan bandara yang sangat hebat seperti Incheon.


Direktur Utama Angkasa Pura II Tri S. Sunoko, yang antara lain membawahkan Bandara Soekarno Hatta, juga bertekad mengakhiri sistem yang primitif dalam pemungutan uang servis bandara. Akhir tahun ini pungutan itu akan langsung masuk ke harga tiket pesawat. Tahap pertama untuk Garuda dulu yang sistemnya siap dipadukan dengan sistem milik bandara. Dengan demikian, penumpang tidak perlu lagi membayar di loket khusus dan diperiksa lagi saat boarding.


Yang saya juga gembira adalah ketika mendengar tekad para direksi Angkasa Pura I dan II untuk berkaca ke tingkat internasional. Selama ini tidak ada keberanian untuk memasukkan bandara kita ke dalam sistem ranking internasional. Dengan demikian, kita tidak tahu bandara kita itu termasuk bintang lima, empat, tiga, dua, satu, atau tidak berbintang sama sekali.


Dalam pertemuan tersebut disepakati Bandara Soekarno Hatta Jakarta, Juanda Surabaya, Ngurah Rai Bali, Hasanuddin Makassar, dan Kuala Namu Medan didaftarkan untuk di-rank di tingkat internasional. Apa pun hasilnya akan diterima secara terbuka. Toh ada kesempatan untuk melakukan perbaikan, lalu dinilai lagi tahun berikutnya. Kalau ketakutan itu terus dipelihara, tidak akan ada dorongan yang kuat untuk berbenah.


Bagaimana pelayanan yang di luar wewenang kepala bandara? Sambil mencari sistem yang terbaik, pihak bandara akan melakukan lomba berhadiah uang yang cukup besar. Penumpang akan dilibatkan menilai pelayanan yang diberikan instansi-instansi tersebut.


Instansi yang mencapai standar yang telah ditetapkan akan mendapat hadiah uang cukup besar, yang dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Saya melihat keseriusan pimpinan tiga perusahaan itu. Pelebaran jalan-jalan di sekitar Bandara Cengkareng sudah mulai berfungsi dan memang terasa lebih lapang. Penataan parkir akan segera menyusul.


Usaha mengatasi masalah sendiri seperti itu juga dilakukan oleh teman-teman di menara kontrol Bandara Soekarno Hatta. Setelah empat kali berkunjung secara mendadak ke tower itu, saya mendapat giliran diundang oleh mereka. Saya pikir, saya akan didemo atau setidaknya dikeroyok. Ketika masuk ke ruang pertemuan di bagian bawah tower, pertemuan sedang berlangsung. Sekitar 50 orang memenuhi ruang itu.

Yang membuat saya kaget, tidak hanya teman-teman yang berprofesi petugas Air Traffic Control (ATC) yang hadir di situ. Terlihat juga para pilot dan manajer perusahaan penerbangan. Mereka sedang saling curhat: para pilot curhat mengenai pengalaman mereka mendarat atau take off di Soekarno Hatta dan awak ATC curhat mengenai kesulitan mereka sendiri.


Sayangnya, banyak pembicaraan itu yang kurang saya mengerti. Maklum, mereka banyak menggunakan bahasa langit. Tetapi, kurang lebih saya bisa menangkap maksudnya. Para pilot, manajer perusahaan penerbangan, dan kru ATC menyepakati banyak hal. Berbagai perubahan akan dilakukan.


Termasuk sepakat agar pembicaraan antara petugas menara kontrol dan pilot tidak menggunakan kalimat basa-basi atau sopan santun. Langsung saja pakai bahasa formal, singkat, tegas, agar lalu lintas pembicaraan bisa lebih padat.


Disepakati juga, dalam hal Bandara Soekarno Hatta benar-benar sangat padat, menara kontrol Jakarta akan menghubungi bandara di luar Jakarta, tempat pesawat tersebut akan berangkat menuju Jakarta. Lebih baik keberangkatan pesawat ditunda beberapa menit daripada tetap berangkat, tetapi sampai di Jakarta tidak bisa segera mendarat: berputar-putar dulu di langit Jakarta.


Ini menjadi keluhan yang berat karena membuat perusahaan penerbangan rugi besar. Penggunaan bahan bakar pesawat itu luar biasa boros dan mahal. Untuk jenis 737, setiap jam menghabiskan 3.500 liter BBM. Artinya, sekitar Rp 33 juta per jam.


Tim ATC Jakarta juga sedang memikirkan bagaimana kemampuan dua landasan yang ada bisa ditingkatkan. Sekarang ini dua landasan tersebut hanya bisa melayani pendaratan/tinggal landas pesawat 52 kali setiap satu jam. Jumlah itu sebenarnya masih bisa ditingkatkan, sebagaimana yang terjadi di bandara-bandara modern. Bahkan masih bisa ditingkatkan menjadi 72 kali.


Kalau peningkatan ini bisa dilakukan, tentu antrean mendarat dan tinggal landas tidak terlalu berat lagi. Salah satu pilihan yang sedang disimulasi sekarang adalah mengubah sistem: salah satu landasan hanya khusus untuk take off dan satunya lagi khusus untuk landing. Masih disimulasikan apakah pilihan ini akan lebih baik.


Kalau saja Bandara Kuala Namu Medan selesai akhir tahun ini dan bandara baru Ngurah Rai Bali selesai pertengahan tahun depan, setidaknya wajah bandara kita akan berubah banyak.


Begitu banyaknya pekerjaan yang harus kita lakukan. Begitu rumitnya persoalan. Tetapi, dengan kemauan yang keras, kita akan bisa melakukannya. Untuk bisa naik kelas, memang tidak cukup hanya bicara dan bicara. Perlu bekerja, bekerja, dan bekerja!


Dahlan Iskan

Menteri BUMN



Sumber:

(Tokoh of the Day) KH. Abdul Chalim, Majalengka (1898-1972)

KH Abdul Chalim Majalengka (1898-1972)

Pengurus SI Hijaz Termuda


Di balik setiap peristiwa-peristiwa penting sejarah, tentu terdapat nama-nama yang melambung. Nama-nama yang kemudian menjadi terkenal dan menjadikan figur-figur tertentu sebagai idola dan panutan di kemudian hari. Nama-nama inilah yang kemudian disebut sebagai tokoh. Beberapa di antaranya bahkan melegenda dan bertahan hingga beberapa generasi.


Namun tentu saja, tidak semua nama-nama yang terlibat dalam setiap peristiwa penting, kemudian ikut menjadi nama penting yang selalu disebut-sebut khayalak setelahnya. Di balik berdirinya Nahdlatul Ulama (NU), terdapat nama-nama besar yang kemudian melegenda dan dikenang hingga beberapa generasi. Namun tentu saja ada nama-nama yang juga sangat berperan dalam proses kelahiran NU sembari tetap menjadi nama-nama yang bersahaja dan merakyat. Tetap menjadi nama yang tidak menimbulkan rasa menjauh dari dunia kelahirannya. Salah satu di antara nama-nama yang tetap menjadi dekat dengan rakyat, tetap menjadi nama rakyat adalah KH Abdul Chalim bin Kedung, Leuwimunding Majalengka.


Ulama kelahiran tahun 1898 ini merupakan bagian sejarah besar. Namun tidak serta-merta menjadikan dirinya melambung manjauh dari rakyat kebanyakan. Meski namanya tercatat dalam berbagai peristiwa penting, namun KH Abdul Chalim tetap dikenal sebagai bagian dari rakyat kebanyakan.


Pentingnya Solidaritas Sosial dan Moderat


Hal ini dikarenakan KH Abdul Chalim menerapkan prinsip-prinsip solidaritas sosial sepanjang hidupnya. Solidaritas (ashobiyyah) inilah yang juga dididikkan kepada setiap santrinya. Solidaritas yang dianaut oleh KH Abdul Chalim ini berlaku dalam kelompok kecil maupun komunitas yang besar. Menurut KH Abdul Chalim, Solidaritas sangatlah penting dalam mempererat jalinan hubungan di antara komunitas-komunitas agama maupun politik. Tujuan gerakan keagamaan tidak akan tercapai tanpa adanya solidaritas politik.


Prinsip solidaritas juga perlu diterapkan sepanjang masa karena solidaritas merupakan salah satu barometer keseimbangan ibadah. Di mana ibadah yang dilakukan dengan benar sesuai dengan ketentuan syara’ dapat mendekatkan diri kepada Allah. Namun agar tidak terjebak dalam pengertian ibadah yang sempit, yakni ritual semta. Maka perlu dilakukan sebuah penyeimbangan. Nah menurut KH Abdul Chalim, penyeimbangan ini dapat dilaksanakan dengan terus menumbuhkan solidaritas dalam setiap sendi umat Islam.


Solidaritas ini sendiri, dapat berupa solidaritas politik maupun solidaritas sosial. Solidaritas politik artinya solidaritas bersama umat Islam untuk mencapai tujuan-tujuan kenegaraan dan kebangsaaan. Sedangkan solidaritas kemasyarakatan adalah  kebersamaan umat Islam dalam menciptakan harmonisasi kehidupan sehari-hari. Sehingga kehidupan umat Islam tidak monoton, memandang nilai ibadah bukan hanya dari sisi ibadah ritual mahdah saja. Namun keseluruhan kehendak dan usaha untuk mewujudkan kehidupan yang selaras dengan prinsip-prinsip syariah juga merupakan bentuk ibadah kepada Allah SWT.


Dalam pandangan KH Abdul Chalim, kepasrahan total dan tawakkal kepada Allah SWT adalah hal yang senantiasa diri dan seluruh keluarga serta murid-muridnya. Namun demikian, KH Abdul Chalim juga sangat mengedepankan kompromi dalam mencapai kesepakatan-kesepakatan melalui musyawarah.


Sifat terbuka yang dimiliki oleh KH Abdul Chalim ini tidak lepas dari pengaruh yang ditorehkan oleh guru tercintanya, KH Wahab Hasbullah Jombang. Selama berguru kepada KH Wahab Hasbullah, Abdul Chalim telah mendarmabhaktikan hidupnya demi perkembangan ilmu di kalangan para santri. Di mana Nahdlatul Wathan merupakan tempat yang sangat baik bagi Abdul Chalim dalam berguru dan menularkan kemempuan ilmiahnya.


Pendekatan ilmiah terhadap masyarakat dengan interaksi sosial keagamaan dalam Nahdlatul Wathan merupakan salah satu sumbangsih KH Abdul Chalim. Bagi KH Abdul Chalim pendekatan sosial kepada masyarakat untuk menerapkan kaidah-kaidah keilmuan syariat bagi kehidupan masyarakat menupakan sebuah terobosan yang sangat urgen dalam menyebarkan konsep-konsep keislaman yang membumi.


Kondisi perjuangan fisik kala itu menjadikan konsep-konsep yang ditawarkan oleh KH Abdul Chalim dapat diterima oleh rekan-rekannya di Nahdlatul Wathan. Konsep-konsep yang dimaksudkan sebagai pendekatan sosial adalah membuat perbandingan-perbandingan kiasan antara kondisi-kondisi yang digambarkan dalam kitab-kitab kuning dengan kenyataan hidup yang dialami oleh masyarakat Nusantara saat itu. Yakni merealisasikan berdirinya sebuah negara merdeka yang dapat menaungi seluruh penduduknya dalam sebuah aturan yang disepakati bersama.


Dengan demikian, dalam pandangan KH Abdul Chalim, solidaritas warga tetap dapat dipertahankan setelah penjajahan berhasil dienyahkan dari Nusantara kelak. Pendapat-pendapatnya mengenai solidaritas masyarakat Muslim, khususnya di tanah jajahan Hindia Belanda ini didapatkannya dari pengalamannya selama berguru kepada para ulama. Sejak dari daerah sekitar tanah kelahirannya ketika kecil hingga ke darah-dararah lain di Jawa Barat maupun Jawa Timur. Di mana Pesantren Trajaya di Majalengka, Pesantren Kedungwuni di kadipaten dan Pesantren Kempek di Cirebon adalah tempat Abdul Chalim menimba ilmu semasa kecilnya.


Mendamaikan Sengketa para Senior


Pada tahun 1914 ketika usianya baru menginjak enam belas tahun, Abdul Chalim berkesempatan untuk menuntut menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu ke tanah Hijaz. Di sanalah Abdul Chalim sempat menimba ilmu secara langsung dari Abu Abdul Mu’thi, Muhammad Nawawi bin Umar al-Bantani yang lebih tersohor dengan sebutan Imam nawawi al-Bantani.


Ketika menuntut ilmu di Hijaz inilah KH Abdul Chalim bertemu dengan berbagai ulama Nusantara dari daerah-daerah lainnya. Dari sinilah beberapa ulama ini kemudian menjadi teman sekaligus gurunya. Salah satu di antara ulama yang paling akrab sebagai teman sekaligus gurrunya ini adalah KH Wahab Hasbullah Jombang. Saat itu Abdul Chalim adalah anggota sekaligus pengurus Sarekat Islam (SI), termuda di Hijaz. Di mana SI adalah organisasi para ulama Nusantara yang berkonsentrasi untuk menentang kebijakan-kebijakan pemerintah penjajahan Hindia Belanda di Nusaantara. Melalui SI, kebijakan-kebijakan pemerintah jajahan yang tidak sesuai dengan syariat Islam dan sangat merugikan rakyat, ditentang secara konstitusional. Hingga pada gilirannya, para ulama pengurus SI kemudian menggabungkan diri ke NU setelah organisasi yang terakhir ini didirikan pada tahun 1926.


Selama menuntut ilmu di Mekkah inilah sifat moderat dan kompromi sebagi ulama yang berjiwa besar ditunjukkan oleh Abdul Chalim. KH Abdul Chalim-lah yang mendamaikan KH Wahab Hasbullah Jombang dan KHR Asnawi Kudus ketika keduanya terlibat sebuah persengketaan di Hijaz. Pada waktu itu kedua ulama yang sedang bersengketa ini merupakan senior sekaligus guru dari KH Abdul Chalim. Sementara itu Abdul Chalim juga patuh ketika KH Wahab Hasbullah menegurnya karena sering memperdengarkan kidung bergaya Pasundan ketika mereka sedang mengulang-ulang pelajaran.


Kelahirannya sebagai putra tunggal seorang kuwu di Majalengka menjadikan KH Abdul Chalim tidak cangung lagi ketika dilibatkan dalam berbagai kepengurusan di SI Hijaz. Demikian pun ketika ia kembali ke Tanah Air pada tahun 1917.


Sepulangnya dari tanah Suci, KH Abdul Chalim membantu orang tuanya di kampung untuk meringankan penderitaan rakyatnya akibat penjajahan belanda yang kian hari kian kejam saja.


Abdul Chalim terhitung menikahi empat orang wanita. Pada usia 21 tahun Abdul Chalim menikahi gadis Petalangan, Kuningan sebagai isteri pertama. Tiga tahun kemudian, Abdul Chalim menikahi Siti Noor, gadis asal Pasir Muncang Majalengka. Dalam perjalanan untuk mencari penghidupan ke daerah Jakarta sebagai pelayan toko dan kuli panggul di stasiun kereta api –meski dirinya adalah anak seorang kuwu, Abdul Chalim menyempatkan diri untuk mengajarkan ilmu agama kepada anak-anak di daerah Kramat Jati Jakarta. Ketika bekerja dan membuka pengajian di Kramat jati ini Abdul Chalim di dampingi oleh Istri keduanya, Siti Noor asal Majalengka.


Sedangkan isteri keempatnya dinikahi di tengah-tengah perjuangannya mengusir penjajahan Belanda seputar berkecamuknya pertempuran Surabaya ketika Resolusi Jihad dikumandangkan. Istrei ketiganya adalah Ny. Sidik Shindanghaji dari Leuwimunding. Sebelumnya, KH Abdul Chalim telah lebih dahulu menikahi Ny. Konaah sebagai isteri ketiga.


Tahun 1921 karena ayahnya meninggal dunia, maka KH Abdul Chalim kembali ke Majalengka dan memboyong istri pertamanya yang di Petalangan ke Leuwimunding. Sementara istri keduanya telah bercerai darinya. Namun karena situasi yang semakin tidak menentu, maka Abdul Chalim memulangkan kembali isterinya ini ke Petalangan demi alasan keamanan. Sementara Abdul Chalim sendiri kemudian mengabdikan diri sepenuhnya pada dunia pergerakan dan pendidikan.


Dor to Dor Kenalkan Aswaja


Abdul Chalim kemudian mengembara ke Surabaya untuk bergabung dengan teman-teman seperjuangannya. Di Surabaya, atas jasa Kyai Amin Peraban, Abdul Chalim bertemu kembali dengan KH Wahab Hasbullah senior sekaligus gurunya selama di Hijaz. Karena hubungan baiknnya, KH Abdul Chalim kemudian dipercaya sebagai pengajar di Nahdlatul Wathan di kampong Kawatan VI Surabaya. Selain mengajar KH Abdul Chalim juga dipercaya sebagai pengatur administrasi dan inisiator kegiatan belajar mengajar seta pembukaan forum-forum diskusi.


Sebagai seorang santri Pasundan yang pandai berkidung dan menguasai ilmu Balaghoh (sastra Arab kuno) maka KH Abdul Chalim kemudian banyak sekali menciptakan syair-syair berbahasa Arab untuk memompa semangat perjuangan santri-santri yang tergabung di dalam Nahdlatul Wathan.


Kedekatan KH Abdul Chalim dengan KH Wahab Hasbullah menjadikan yang pertama sebagai pengikut setia sekaligus semacam asisten bagi nama kedua. Melalui aktivitasnya di Nahdlatul Wathan inilah KH Abdul Chalim menerapkan gagasan-gagasan keagamannya tentang interaksi sosial dan solidaritas politik dan kebangsaan dalam masyarakat. Selain nahdlatul Wathan, KH Abdul Chalim juga tercatat sebagai pengajar di Tashwirul Afkar Surabaya.


Selama mengabdi di Surabaya, berkali-kali KH Abdul Chalim pulang ke Majalengka untuk menyampaikan kabar-kabar terbaru dari Surabaya yang kala itu merupakan pusat perjuangan kaum santri dalam membebaskan bangsa dari belenggu penjajahan dan kebodohan umat. Setiap pulang ke majalengka, KH Abdul Chalim selalu mendatangi rumah-rumah penduduk untuk mengajarkan dan memperkenalkan faham Ahlussunnah Waljamaah. KH Abdul Chalim selalu membagi-bagikan gambar-gambar dan surat kabar Swara Nahdlatoel Oelama kepada masyarakat di daerah Majalengka dan sekitarnya.


Tahun 1942 ketika ormas-ormas Islam dibekukan oleh pemerintah penjajahan Jepang, KH Abdul Chalim mendapat dua tantangan besar di daerahnya. Intervensi Jepang kepada para pemuda untuk bergabung dalam pasukan militer Jepang dan kebanggan para pemuda untuk menjadi komunis merupakan dilema yang sangat sulit dihadapi.


Dalam situasi inilah KH Abdul Chalim membentuk Hizbullah cabang majalengka bersama KH Abbas Buntet Cirebon. Hizbullah Majalengka kemudian bahu membahu bersama dengan kelompok-kelompok pejuang lainnya, baik dari laskar-laskar santri maupun laskar-laskar pemuda lainnya untuk mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.


Pada tahun 1955 KH Abdul Chalim menjadi anggota DPR dari partai NU dari perwakilan Jawa Barat. Sejak saat ini perjuangan KH Abdul chalim lebih dititikberatkan pada pemberdayaan warga NU Jawa Barat dengan membentuk berbagai wadah pemberdayaan masyarakat seperti PERTANU, PERGUNU dan pendirian lembaga-lembaga pendidikan NU di Jawa Barat lainnya.


Pada suatu hari tanggal 11 April 1972 M., selepas menunaikan ibada sholat KH Abdul Chalim menghadap Ilahi dengan tenang dan dimakamkan di kompleks pesantren Sabilul Chalim Leuwimunding, Majalengka.



Disarikan dari buku KH Abdul Chalim Kenapa Harus Dilupakan? karya J. Fikri Mubarok, oleh Syaifullah Amin

(Ngaji of the Day) Perjuangan dan Persaudaraan


Perjuangan dan Persaudaraan

Oleh: Ahmad Sadid Jauhari



Mukaddimah


Manusia memang memiliki sifat dan karakter macam-macam. Demikian menurut Hujjatul Islam AI Ghozali, karena bahan baku ciptaan manusia ini dari tanah lumpur campuran yang mempunyai karakter berbeda-beda. Secara global, nafsu pendorong manusia berbuat maksiat adalah berangkat dari 4 macam sifat yang ada pada manusia itu sendiri. Yaitu sifat ketuhanan (rububiyyah), sifat setan (syaitoniyyah) sifat binatang ternak (bahimiyah) dan sifat binatang buas (sabiiyyah).



Sombong, diktator, senang dipuji, ingin terkaya, ingin langgeng dalam posisi kekuasaan itu adalah nyerobot dari sifat ketuhanan. Iri, dendam, fetakompli, munafik, mengajak/merayu/tipu daya ke jalan sesat dan bid'ah adalah sifat setan. Rakus, tamak, hanya senang menuruti nafsu perut dan sex saja itu sifat binatang ternak. Emosi, menyerang, membunuh, merusak hak orang lain adalah bagian watak binatang buas. Dari filsafah diatas maka bisa dibayangkan betapa sulitnya mengajak umat manusia untuk rukun dan bersatu.



Tetapi manusia disamping memiliki nafsu yang lengkap juga memiliki akal yang sempurma sehingga manusia layak sebagai penghuni bumi ini (khalifatullah fil ardhi) Islam bukan memerintahkan manusia untuk membinasakan nafsu syahwatnya, tetapi Islam menganjurkan supaya akal mensiasati nafsu syahwatnya agar didalam melampiaskannya dengan cara yang benar. Disitulah letak mujahadah (perjuangan) yang berat tapi besar pahalanya. Sebaliknya, betapa besar dosanya kalau justru akal yang dikendalikan oleh nafsunya. Kerusakan alam (baca: negara) karena banyaknya otak-otak yang cerdas yg menjadi budak nafsunya untuk korupsi, arogansi jabatan politik, ekploitasi hasil bumi berlebihan, melindungi prostitusi dan pembenaran segala kejahatan atau kemaksiatan termasuk didalamnya ajakan faham atau sekte yang sesat karena tamak dengan dana melimpah dari foundation asing.



Pokok masalah.



Amar ma’ruf nahi munkar secara individual maupun kolektif adalah kewajiban bahkan kebutuhan dalam kehidupan sosial maupun agama (khususnya Islam). Tergetnya bukan hanya pahala di akhirat saja tetapi juga ketenteraman lahir batin di kehidupan sekarang.



Yang jadi masalah adalah definisi perkara ma'ruf dan munkar itu standarnya belum sepakat. Dan seandainya ada yang disepakati maka masih belum sepakat dalam cara amar dan nahinya. Karena belum sepakat, maka tidak mustahil timbul ungkapan sinis: "Mengatasi munkar dengan cara yang munkar bagai membersihkan najis dengan air kencing".



Disisi lain masih belum disepakati pula siapakah yang paling bertanggung jawab untuk amar ma'ruf dan nahi munkar ini. Kita sepakat bahwa penegak hukum adalah paling bertanggung jawab untuk hishah (istilah lain amar ma'ruf nahi munkar dari birokrasi), tetapi proporsi yang harus mereka tindak terkadang ada kesan overlapping atau di sisi lain ada kesan kekurangan. Fungsionaris Kamtibmas yang memang kurang mumpuni dari sudut pandang kuantitas mupun kualitasnya (baca: moral penegak hukum). Untuk itu semuanya kita harus menjadi polisi untuk membantu polisi itu sendiri. Tetapi tentu saja dengan batasan tertentu dan harus proporsional serta tidak melampaui wewenang (overacting).



Kondisi Lapangan



Agama itu semula ghorib dan akan kembali ghorib (langka, asing). Islam itu berkembang dan tidak surut. Kedua cuplikan hadits itu sepertinya kontradiksi. Dan bila ada 2 teks nash yang kontradiksi tapi masih bisa dikompromikan maka harus dikompromikan. Disini ada sebagian ulama yang memahami bahwa kata-kata ghorib itu berbentuk isim nakiroh. Isim nakiroh bila diulang 2 kali maka menurut teori sastra Arab (balaqah), yang pertama berbeda dengan yang kedua. Sehingga difahami bahwa memang umat Islam bertambah banyak dari segi kuantitas tetapi tetap surut dari sisi kualitas. Merosotnya kualitas umat Islam adalah akibat pengaruh internal dan juga eksternal.



Pengaruh internal adalah karena dangkalnya pengetahuan agama bagi kebanyakan umat dan atau tidak konsekuensinya umat terhadap etika atau syariah agama Islam itu sendiri.



Pengarnh eksternal adalah kuatnya serangan budaya dari luar Islam yang sangat gencar, sistemik, terencana, dana yang besar serta sarana dan prasarana yang lengkap. Diantara teori serangan, mereka yang sangat efektif dalam perang budaya yaitu :



1.     Undang-undang buatan manusia. Negara-negara berpenduduk muslim di dunia sekarang ini nyaris menggunakan sistem sekuler semua dan pobhia terhadap hukum syariat itu sendiri.

2.     Setelah jatuhnya Turki Utsmani, hampir seluruh sistem perpolitikan global atau nasional di negara-negara muslim sudah mengikuti dengan latah sekali kepada perpolitikan negara non muslim. Tidak punya jati diri dan tidak ada pakta negara-negara muslim yang ideal sebagaimana pakta AtIantik Utara (NATO). Sehingga dengan mudahnya negara adi daya mendiktekan kehendak terhadap negara-negara muslim.

3.     Westernisasi. Komunitas muslim sudah menilai bahwa apa yang datang dari Barat adalah positif. Sehingga meninggalkan budaya sendiri walaupun sebenarnya lebih manusiawi.

4.     Gender. Banyak dari kalangan intelektual muslim yang teperangkap dengan slogan emansipasi wanita ala Barat yang sebenamya malah menjerumuskan martabat wanita itu sendiri.

5.     Pendidikan. Kita terkadang terlena dengan mengejar target keberhasilan pengetahuan dan teknologi semata, sehingga pendidikan agama terkesampingkan. Ironisnya, terkadang target Iptek tidak terpenuhi dan Imtaq-nya terlanjur tidak/kurang terurus.

6.     Informasi. Media cetak dan elektronik dari musuh-musuh Islam telah menjadikan umat Islam terjajah dengan opini yang diciptakan oleh mereka. Contoh kongkrit adalah isu teroris yang sebenarnya diciptakan oleh mereka untuk memojokkan umat Islam.



Dari sinilah betapa beratnya perjuangan umat Islam di akhir zaman yang dijanjikan oleh Rasulullah SAW dengan lipat ganda pahala 50 kali dibanding masa keemasan Islam (khoirul qurun).



Way Out



"Hidup adalah Perjuangan dan Persaudaraan". Motto ini sering kita lupakan sebagian. Karena kita termotivasi dengan perjuangan saja terkadang kita lupa persaudaraan. Padahal perjuangan itu sendiri tujuannya adalah memperbanyak saudara. Itulah suri teladan dari Rasulullah SAW sebagai seorang pejuang yang tambah lama tambah banyak teman bukan tambah banyak lawan.



Setelah kita rasakan betapa berat perjuangan masa kini maka terkadang timbul 2 dampak negative: 1. Putus asa dan 2. membabi buta.



Putus asa dalam perjuangan adalah suatu dosa karena meninggalkan kewajiban amar ma'ruf nahi munkar. Orang yang putus asa lupa bahwa target perjuangan adalah pahala ibadah bukan kemenangan, karena kemenangan adalah hak perogratif Allah. Dan perlu intropeksi terhadap niat dia sendiri dalam berjuang. Sebab kemenangan gampang datang dari Allah bila si pejuang itu betul-betul berniat membela Allah bukan karena kepentingan pribadi atau kelompok.



Membabi buta bisa timbul dari kepanikan yang disebabkan kekesalan menunggu kesuksesan dalam perjuangan. Akibatnya muncul sikap arogansi, merasa benar sendiri atau merasa paling berjuang sendiri dan lainnya. Dari sinilah kemudian timbul pergesekan yang bisa nampak sangat keras antara individu para pejuang atau antara kelompok perjuangan. Untuk mengantisipasi gejolak semacam ini barangkali ada resep untuk mengatasinya:



1.     Ikhlas. Kita berjuang mestinya tetap istiqomah baik ketika dipuji atau dicaci. Ketika memulai amal perjuangan kita harus husnuddhon kepada Allah SWT bahwa amal kita pasti diterima dan dibantu oleh Allah. Dan setelah sukses berjuang kita harus suuddhon kepada nafsu kita apakah benar-benar amal kita diterima karena memang sudah bersih dari riya' atau 'ujub. Sebab kesuksesan tidak mesti diberangkatkan dari ikhlasnya suatu amal, karena terkadang perjuangan orang fasik lebih berhasil dibanding perjuangan orang sholeh.. Euforia dalam suatu keberhasilan perjuangan akan menimbulkan kecemburuan yang menyebabkan pergesekan atau perselisihan. Dan kita jangan sampai bernafsu terhadap keuntungan dibalik perjuangan. Ini sangat potensial jadi sumber konflik diantara kita sesama pejuang. Diantara alamat ikhlas yang lain adalah kesamaan kita dalam mengingkari suatu maksiat. Tidak benar bila kita berbeda dalam menyikapi maksiat yang di tempat jauh dengan maksiat yang di depan rumah kita, juga jangan bedakan maksiat yg dilakukan teman sendiri atau rival kita.



2.     Rahmah. Dengan niat menolong kepada pelaku kemunkaran maka kita berusaha agar dia dengan sadar dan legowo menerima amar ma'ruf nahi munkar kita. Ketika kita menegur atau menindak orang lain harus dengan rahmah sebagaimana ketika kita menasehati atau mengahajar anak kita sendiri yang kita sayangi. Jadi bukan dasar sentimen. Seandainya ada orang lain yang mendahului amar ma'ruf nahi munkar dan berhasil maka kita harus berterima kasih karena dia telah membantu kita dalam menyelamatkan umat yang kita sayangi.



3.     Bijaksana. Kita harus memahami klasifikasi musuh-musuh serta tingkat kejahatannya. Musuh yang paling musuh sebenarnya adalah nafsu kita sendiri. Sehingga kalau ada orang yang mencaci-maki kepada nafsu kita, sebenarnya orang itu telah membantu kita dalam menghadapi musuh. Jadi kita harus berterima kasih kepadanya bukan malah emosi atau dendam.



Musuh kita kedua adalah mereka yang memang ingin menghancurkan Islam dan umatnya. Tapi mengapa kita lebih berani dan tega melakukan invansi kepada ternan sendiri dari pada kepada musuh yang sebenarnya?



Kita juga harns bijaksana bahwa strategi perjuangan adalah hal yang bersifat ijtihadi. Jadi pendapatku benar tapi mungkin salah dan pendapatmu salah tapi mungkin juga benar. Untuk itu kita tidak harus merasa paling benar sendiri.



Di sisi lain kita juga harus bijaksana menyikapi sikap teman pejuang lain yang dinilai melanggar kesepakatan dengan musuh. Maka statemen kita adalah melanggar perjanjian tetap salah. Kita harus tetap setia dalam perjanjian walaupun bila yang melanggar perjanjian itu berhasil kita ikut bersyukur juga (seperti kasus Abu Bushair dalam perjanjian Hudaibiyah).



Mungkin itulah diantara jalan keluar agar kita bisa meminimalisir pergesekan diantara para pengabdi amar ma'ruf nahi munkar. Dengan mengatasi pergesekan itu kita bisa meningkatkan persatuan. Sebab bila kita tidak bersatu maka sama dengan kita membawa bendara putih tanda kegagalan dan menyerah kepada lawan. Wallahu A'lam bis showab.



*Pengasuh Ponpes Kencong Jember