Jumat, 30 Maret 2012

(Masjid of the Day) Petunjuk Al Hidayah di Tengah Menyemutnya Kampung Rawa Semut, Kota Bekasi

Hampir seluruh penjuru Kampung Rawa Semut, Kelurahan Margahayu, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, sepertinya tidak ada yang lengang dari berbagai lalu-lalang kendaraan. Dari pagi sebelum matahari terbit sampai tengah malam, wilayah ini sangat akrab dengan kemacetan yang setiap harinya semakin krodet. Deru dan debu kendaraan bermotor yang dipicu secara bersamaan, menimbulkan sebuah rasa yang terkadang menjengkelkan. Namun tidak tahu entah kepada siapa rasa jengkel itu harus dilabuhkan.

ada secercah petunjuk untuk melabuhkan rasa kejengkelan itu akibat kemacetan yang serasa tidak berujung, di sudut sana...





warga setempat bersepakat menamakannya dengan al hidayah...




kekeluargaan al hidayah, margahayu...






kelapangan di dalamnya, melegakan semua yang menghampirinya... termasuk dimas tercinta...



coba lihat juga di atasnya, interior yang sangat indah...



dan... ternyata tidak lupa bedug walaupun mungil dan kentongan, sebagai ciri khas budaya nusantara raya...


kesemrawutan di rawa semut ternyata masih indah juga...

Pecel Lele D&D

Adhie: Menteri Senior dan Kenaikan Harga BBM


Menteri Senior dan Kenaikan Harga BBM

Oleh: Adhie M. Massardi

Sabtu, 24 Maret 2012 , 16:48:00 WIB



RENCANA kenaikan harga BBM (bahan bakar minyak) terus dipergunjingkan. Banyak orang mendadak jadi ahli ekonomi dan perminyakan. Tapi di TV orang-orang Partai Demokrat jadi tampak ceria.


Benar, kenaikan harga BBM memang sukses menenggelamkan isu penggarongan APBN yang dilakukan tokoh-tokoh penting Partai Demokrat. Di pengadilan Tipikor (tindak pidana korupsi) yang menyidangkan (bekas) Bendahara Umum Partai Demokrat M Nazaruddin itu, yang disiarkan langsung sejumlah stasiun TV, memang mencuat nama Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh (Wakil Sekjen) dan juga Andi Mallarangeng, Sekretaris Dewan Pembina pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono.


Kenaikan harga BBM direspon negatif mahasiswa dan elemen masyarakat di mana-mana sebenarnya bukan karena rakyat Indonesia tidak paham kalau BBM itu barang langka, dan di muka bumi harganya terus melonjak-lonjak. Ada dua perkara yang bikin rakyat berang atas kebijakan rezim Yudhoyono menaikan harga BBM.


Pertama, tentu saja, karena daya beli mayoritas rakyat Indonesia sejak 2004 terus merosot. Logikanya, kalau daya beli masyarakat tinggi, harga BBM berapa pun tak akan jadi masalah. Pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,5 persen yang diiklankan pemerintah Yudhoyono, kalau toh benar, hanya terjadi di lingkaran penguasa dan kroninya yang korup.


Kedua, rezim ini sudah mengalami social distrust. Kehilangan kepercayaan publik. Hal ini diperkuat oleh pernyataan bersama para pemuka agama (Islam, Kristen, Hindu, Budha, Konghucu). Di Gedung PP Muhammadiyah, pada awal 2011 itu, para pemimpin umat lintas agama menyebut pemerintahan Yudhoyono sebagai “Rezim Pembohong” alias pendusta!


Akibatnya, berbagai alasan yang dikemukakan pemerintah dengan berbusa-busa untuk melegitimasi rencana kenaikan harga BBM tidak dipercaya rakyat. Bahkan ketika pemerintah “menyewa” para analis dan akademisi dari perguruan tinggi ternama untuk membantu menyosialisasikan dan merasionalisasikan rencana kenaikan harga BBM, rakyat tetap tidak percaya. Sekali lancung ke ujian,seumur hidup rakyat tak percaya!


Publik tetap berkeyakinan bahwa kenaikan harga BBM akan sangat menyengsarakan rakyat. Kebijakan pemerintah menyabut subsidi BBM sepenuhnya atas “perintah” pihak asing, terutama yang memiliki jaringan distribusi pompa bensin di Indonesia.


Tidak ada hubungannya dengan menyelamatkan APBN yang konon defisit gara-gara harga minyak dunia meroket.


Sebab di mata masyarakat, APBN kita jebol bukan (semata) karena tersedot subsidi BBM, tapi akibat dikorupsi secara berjamaah oleh partai penguasa. Setiap tahun tak kurang dari Rp 200 trilyun lenyap disikat para koruptor yang berlindung di pusat-pusat kekuasaan.


Jadi, kalau memang mau menyelamatkan APBN, kenapa bukan korupsinya dulu yang disikat? Kenapa bukan tata kelola dan tata niaga minyak yang dikuasai para “mafia minyak” yang dibenahi dulu? Kenapa untuk semua kesalahan itu harus rakyat yang menanggungnya?


Benar, pemerintah memang mengalokasikan dana puluhan trilyun rupiah untuk, ngakunya, dibagikan kepada rakyat miskin dalam bentuk Bantuan Langsung Sementara Masyarakat alias “balsem”. Tapi, sebagaimana dulu BLT (bantuan langsung tunai), “balsem” kali ini pun niscaya tidak akan tepat sasaran, dan sebagian besar pasti dikorupsi, karena kita tahu reputasi para koruptor yang bercokol di pemerintahan.


Sebagaimana balsem yang hanya bisa sementara saja menghangatkan badan yang sakit, “balsem” versi Cikeas ini juga tak bakal sanggup menyelamatkan nasib puluhan juta rakyat yang dimiskinkan oleh kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro-pemilik modal asing.


Manfaat paling besar dari “balsem” justru bakal dipetik Presiden Yudhoyono dan Partai Demokrat yang nyaris kolaps digerogoti isu Nazaruddin dan korupsi APBN. Dengan mengguyur rakyat dengan uang tunai puluhan trilyun rupiah selama 9 bulan, dan bisa diperpanjang sampai menjelang pemilu 2014, memang bisa membuat Partai Demokrat kembali memenangi pemilu 2014 secara gilang-gemilang.


Kalau itu yang terjadi, sangat mudah bagi Partai Demokrat untuk kembali menyalonkan dan memenangi pemilihan presiden 2014-2019. Bisa Bu Ani Yudhoyono, bisa juga kerabat dekatnya. Lalu bagaimana nasib SBY? Hampir bisa dipastikan, mereka akan bilang begini: “Karena tenaga dan pikirannya masih dibutuhkan rakyat Indonesia, Pak SBY diposisikan sebagai Menteri Senior...!” [***]



Sumber:

(Khotbah of the Day) Jauhi Narkoba, Lindungi Keluarga


Jauhi Narkoba, Lindungi Keluarga

Oleh: H. Moch Bukhori Muslim, Lc. MA





اَلْحَمَدُ ِللهِ الْوَاحِدِ الْقََهَّارِ الْعَظِيْمِ الْجَبَّارِ الْعَالِمِ بِمَا فِيْ الْضَمَائِرِ وَخَفِيِّ الأَسْرَارِ ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى النِّعَمِ وَتَوَلَّى كَالأمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ شُكْرَ عِبَادِهِ الأخْيَارِ ، وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الكَرِيْمُ الغَفَّارُ ، وَأشْهَدُ أنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخُتَارُ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمِّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ مَا دَامَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ ، أما بعدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقًاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ


Hadirin Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia


Pada hari yang mulia ini, tak henti-hentinya saya mengingatkan kepada kita semua, untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Mengapa? Karena sikap saling ingat-mengingatkan ini akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman.


Inilah inti sari firman Allah SWT,



وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ


Artinya: ”Dan (tetaplah) memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat 51 : 55)


Hadirin Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia


Semakin hari kehidupan kita di dunia ini terasa semakin sibuk saja. Banyak hal silih berganti menerpa diri, komunitas, masyarakat dan bangsa ini. Banyak kemaksiatan merajalela di sekeliling kita. Salah satunya adalah penyalahgunaan Narkoba (psikotropika).


Kemaksiatan jenis ini bahkan sudah sangat menggerogoti masyarakat kita. Telah banyak korban berjatuhan tanpa memandang siapa pun dia. Bahkan banyak di antara korban-korban ini berasal dari kalangan anak di bawah umur. Naudzubillah min dzalik.


Hal ini terutama sekali terjadi pada masyarakat perkotaan, bahkan telah merambah hingga pedesaan. Karenanya, penyakit masyarakat ini harus segera diberantas agar tatanan nilai kehidupan, baik moral maupun tatanan sosial tidak hancur karenanya.


Betapa memprihatinkan, sering kali satu keluarga tertangkap sebagi pengedar narkoba, bapak, anak dan ibunya sekaligus adalah pengedar narkoba. Seakan-akan mereka telah kompak untuk berbuat nista. Naudzubillah tsumma na’udzubillah.


Meskipun kebiasaan yang tidak terpuji ini, sebenarnya telah ada sejak zaman jahiliyah. Ketika itu masyarakat jahiliyah senang melakukan perjudian, minum khamr, perzinahan, perampokan dan lain sebagainya. Sehingga rangka memberantas sifat-sifat jahat tersebut, Allah SWT, memberikan larangan yang sangat tegas kepada manusia untuk segera menjauhi perbuatan tidak terpuji tersebut. Sebagaimana firman Allah,



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنصَابُ وَالأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ


Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Ma’idah 5 : 90)


Namun rupanya kejahatan telah menjadi salah satu watak dunia. Kita sebagai hamba Allah hanya dapat memilih, jalan mana yang semestinya kita tempuh. Jalan kebaikan ataukah jalan kemungkaran. Maka tentu saja sebagai hamba yang bertaqwa, kita harus memilih jalan ketaqwaan, jalan kesalehan, dan jalan keimanan. Bukannya jalan kemungkaran dan kenistaan seperti penyalahgunaan narkoba ini.


Ma’asyirol Muslimin rahimakulullah!


Melalui mimbar ini, mari kita menela’ah sebentar, mengapa Narkoba diharamkan. Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa segala sesuatu yang memabukan adalah haram. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah di atas. Ketika Allah SWT melarang sesuatu, tentulah terdapat mudharat di dalamnya. Sebagaimana ketika Allah menganjurkan sesuatu, berarti terdapat manfaat di dalamnya. Ditambah lagi telah jelas bagi kita, bahwa penyalahgunaan narkoba nyata-nyata hanya mengakibatkan keburukan, kesengsaraan, kerusakan tatanan dan kehancuran. bagi pribadi pemakai khususnya dan bagi masyarakat sekitar serta bagi bangsa pada umumnya.


Maka dalam hal ini, pemerintah kita, sungguh telah mengambil kebijakan yang bersesuaian dengan perintah Allah dan Rasulnya melalui pelarangan penyalahgunaan Narkoba (psikotropika) ini.


Karenanya, kita harus menerima dengan satu kata sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami mematuhinya). Dengan demikian kita telah mematuhi perintah Allah dan Rasulnya serta sekaligus telah menjadi warga negara yang baik. Sesuai perintah Allah,



يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisaa’ 4 : 59)


Faktor selanjutnya adalah karena narkoba merusak tatanan kehidupan. Banyak sekali dampak negatif yang disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba, seperti merusak moral, membuat korbannya mengalami gangguan kejiwaan.


Menurut teori kedokteran, orang yang mabuk karena minuman keras akan terputus ribuan syaraf otaknya sehingga mengurangi daya ingat. Si pemakai biasanya cenderung tidak memperhatikan lagi moralitas dan pentingnya akhlak dalam kehidupan. Bahkan menyebabkan seringkali narkoba menjadikan seseorang sebagai pribadi yang ”anti sosial”. Pemakai mengalami kecenderungan malas berinteraksi dengan orang lain.


Padahal, kehidupan layak dan interaksi sosial yang aktif tentu saja lebih membawa berkah bagi orang-orang di sekitarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,



خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ


Yang artinya: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang membawa manfaat bagi manusia yang lainnya”


Narkoba membuat seseorang menjadi sakit, lemah dan mengalami goncangan jiwa semasa hidupnya. Seorang pecandu akan mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Para ahli mengatakan, bahwa penyakit fisik yang yang akan ditimbulkan oleh Narkoba antara lain seperti kanker, hepatitis C, sangat rentan terhadap Virus HIV dan lain sebagainya.


Hadirin jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia!


Rasanya tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali mengambil sikap menjauhi narkoba. Sikap mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebelum keluarga kita dilanda narkoba, mari kita lebih waspada dan berhati-hati dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai kepala rumah tangga. Dan tetap menyadari diri sebagai hamba Allah SWT Yang memiliki kewajiban untuk beribadah kepada-Nya, dengan penuh ketaqwaan dan keimanan.


Demikianlah khutbah kita pada hari ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan perlindungan-Nya kepada kita semua. Amiin ya Rabbal ’alamin.



بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ





Sumber: NU Online

(Ngaji of the Day) Sembahyang Hadiyah untuk Mayit


Sembahyang Hadiyah untuk Mayit



Kematian bagi makhluk hidup adalah suatu kemestian. Meskipun berbeda cara dan penyebabnya sakit, tua, kecelakaan, dan seterusnya. Jasadnya pun, bisa dimana saja, atau musnah sama sekali tanpa bekas. Kematian lambat atau cepat adalah mutlak bagi makhluk termasuk manusia.



Manusia adalah makhluk yang terbebani tanggung jawab dalam hayatnya, terutama terhitung sejak baligh. Perbuatan manusia akan dibalas menurut baik dan buruknya. Pertanggungjawaban mereka akan dihisab kelak di hari Kiamat. Allah sebagai hakim yang adil, takkan keliru dalam menghitung dan mengadili amal setiap orang.Namun, sebelum pembalasan hari Kiamat, nikmat dan siksa kubur benar adanya. Manusia yang telah terpisah jiwa dari raganya, akan didatangi malaikat untuk pertanyaan tentang Tuhan, rasul, pedoman hidup dan seterusnya. Malaikat ini akan bersikap sesuai perintah, menyiksa dan memberikan nikmat bagi mayit.



Manusia kecuali para rasul, dalam hidupnya tak lepas dari dosa. Dosa inilah yang lalu mesti ditebus dengan siksa kubur oleh yang bersangkutan. Jerit pedih mereka yang sudah mati memang tak didengar oleh manusia yang hidup. Dalam keterangan Rasulullah, hanya hewan hidup lah yang mendengar jeritan mayit yang tersiksa. Mayit pun harus menanggung kelakuan buruknya di dunia. Mereka hanya bisa menerima siksa tanpa bisa melakukan sesuatu apapun.



Mengingat itu, kita yang masih hidup mesti mengambil satu langkah agar dapat meringankan siksa kubur mayit. Lebih istimewa lagi, kita lakukan terhadap orang yang kita kenal, cintai atau yang sangat berjasa dalam kehidupan kita, orang tua, guru, atau kiai.



Diantaranya dengan memberikan hadiah kepada mayyit. Hadiah itu bisa berupa shalat dua rakaat atau berupa sedekah yang pahalanya ditujukan kepada mayyit. Seperti yang diterangkan Rasulullah SAW dalam sabdanya;



روي عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال لا يأتى على الميت أشد من الليلة الأولى, فارحموا بالصدقة من يموت. فمن لم يجد فليصل ركعتين يقرأ فيهما: أي في كل ركعة منهما فاتحة الكتاب مرة, وآية الكرسى مرة, وألهاكم التكاثر مرة, وقل هو الله أحد عشر مرات, ويقول بعد السلام: اللهم إني صليت هذه الصلاة وتعلم ما أريد, اللهم ابعث ثوابها إلى قبر فلان بن فلان فيبعث الله من ساعته إلى قبره ألف ملك مع كل ملك نور وهدية يؤنسونه إلى يوم ينفخ فى الصور.



Diriwayatkan dari Rasulullah, Ia bersabda, “Tiada beban siksa yang lebih keras dari malam pertama kematiannya. Karenanya, kasihanilah mayit itu dengan bersedekah. Siapa yang tidak mampu bersedekah, maka hendaklah sembahyang dua raka‘at. Di setiap raka‘at, ia membaca surat Alfatihah 1 kali, Ayat Kursi 1 kali, surat Attaktsur 1 kali, dan surat Al-ikhlash 11 kali. Setelah salam, ia berdoa, ‘Allahumma inni shallaitu hadzihis shalata wa ta‘lamu ma urid. Allahummab ‘ats tsawabaha ila qabri fulan ibni fulan (sebut nama mayit yang kita maksud),’ Tuhanku, aku telah lakukan sembahyang ini. Kau pun mengerti maksudku. Tuhanku, sampaikanlah pahala sembahyangku ini ke kubur (sebut nama mayit yang dimaksud), niscaya Allah sejak saat itu mengirim 1000 malaikat. Tiap malaikat membawakan cahaya dan hadiah yang kan menghibur mayit sampai hari Kiamat tiba.” [Syekh Nawawi Albantani, Nihayatuz Zain, (Bandung, Almaarif) Hal. 107].



Hadiah semacam ini dalam tradisi Islam Nusantara dikenal dengan berbagai sebutan sesuai kaedah local masing-masing. Ada yang menyebutnya ‘tahlilan’, ada yang menyebutnya arwahan, ada yang menyebut samadiahan dan lain sebagainya. Semua itu merupakan perilaku terpuji yang telah me-tradisi dalam wacana Islam Nusantara. Begitu pula dengan shalat hadiah dua rakaat untuk mayit, yang kesunnahannya dilakukan saat malam pertama mayit meninggal. Walaupun taka apa pula jika dilakukan setelah jauh-jauh hari sepeninggal si mayit.



Pahala dari berbagai hadiah itu juga mengalir bagi kita yang masih hidup dan melakukannya, seperti yang diterangkan dalam sebuah hadits



أن فاعل ذلك له ثواب جسيم, منه أنه لا يخرج من الدنيا حتى يرى مكانه فى الجنة.



“Siapa saja yang melakukan sedekah atau sembahyang itu, akan mendapat pahala yang besar. Di antaranya, ia takkan meninggalkan dunia sampai melihat tempatnya di surga kelak.”


Sejumlah ulama menganjurkan akan baiknya sembahyang 2 raka‘at ini. Ringan dan mudah dilakukan, “Beruntunglah orang yang melakukan sembahyang ini setiap malam dan menghadiahkan pahalanya untuk mayit kaum muslimin.”



Sebagai umat Islam, kita dipanggil untuk peduli dan menanam bibit kasih sayang terhadap alam, hewan dan manusia baik hidup maupun sudah meninggal. Hanya saja, bentuk kasih yang dipersembahkan mesti disesuaikan bagi penerimanya. Untuk saudara kita yang sudah meninggal, kita bisa melakukan sedekah dan sembahyang 2 raka‘at di atas.



Inilah yang dicontohkan Rasulullah SAW. para ulama dan kiai mengawetkan ajaran luhur Rasulullah dengan menuliskan, mengajarkan, menyontohkannya kepada masyarakat luas. Dengan demikian, ajaran Nabi Muhammad SAW. akan lestari hingga hari akhir kelak.


Penulis: Ust. Alhafiz Kurniawan

(Do'a of the Day) 07 Jumadil Ula 1433H


Bismillah irRahman irRaheem



In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Allaahumma innii a'uudzu bika min wa'tsaa -issafari wa kaaabatil mandhari wa suu-il munqalabi fil maali wal ahli.



Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perjalanan yang menyusahkan, pandangan yang menyedihkan, dan tempat kembali yang tidak menyenangkan pada harta dan keluarga.



Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 11, Bab 7.

Kamis, 29 Maret 2012

Mengintip

Gus Dur: Demokrasi dan Demokratisasi Indonesia


Demokrasi dan Demokratisasi Indonesia

Oleh: Abdurrahman Wahid


Demokrasi adalah keadaan tertentu yang memiliki beberapa ciri, antara lain harus bertumpu pada kedaulatan hukum dan memberikan perlakuan yang sama pada semua warga negara di hadapan undang-undang. Ini harus ditunjang oleh kemerdekaan berbicara, kebebasan berpikir dan sikap menghormati pluralitas pandangan. Lebih jauh lagi, ia berarti keharusan memelihara dan melindungi hak-hak pihak minoritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jadi semua hal itu mengacu kepada kepentingan umum yaitu kepentingan bersama sebagai bangsa dan negara. Dalam keadaan demokrasi itu berjalan sepenuhnya, orang tidak memiliki ketakutan akan berpendapat atau berkelakuan yang aneh-aneh. Kepentingan bangsa ditentukan oleh mayoritas pemberi suara dalam pemilihan umum yang diandaikan menjadi wahana “kedaulatan rakyat”.


Untuk mencapai demokrasi seperti itu, dibutuhkan sebuah proses demokratisasi. Proses ini berjalan lambat, dan terkadang cepat. Demokrasi akan nampak terwujud dengan membentuk lembaga-lembaga demokratis dengan cepat, walaupun adanya lembaga-lembaga itu tidak menjamin tradisi demokrasi dapat tegak dan cepat. Pemerintah Orde Baru telah membentuk DPR-RI, MPR RI, BPK dan MA; tetapi tradisi berdemokrasi ternyata tidak tumbuh di dalamnya. Sang penguasa menentukan segara–galanya, sehingga lembaga-lembaga yang mencerminkan demokrasi itu kehilangan arti bagi kita dan kita merasa terpasung dalam pemasungan kemerdekaan pers, kemerdekaan berpikir, dan bermacam-macam kemerdekaan lain. Kita merasa tercekik sehingga akhirnyapun kita tidak percaya akan tegaknya demokrasi di negeri ini. Demokratisasi telah gagal. Sekarang, kata demokrasi digantikan oleh kata reformasi.


Parpol yang semula tampak memperjuangkan kepentingan rakyat dan bangsa, ternyata hanya mementingkan kebutuhan sendiri atau kepentingan golongan. Eksekutif, kehilangan arah mana yang harus dijadikan ukuran tentang “kepentingan rakyat” itu. Akhirnya, ‘kepentingan bersama’ parpol masing-masing dijadikan ukuran hingga hancurlah ukuran-ukuran kepentingan rakyat itu, dalam artian kepentingan untuk menjaga kedaulatan partai-partai atas pemerintahan.Karena mereka telah dicap mengkhianati demokrasi, maka parpol-parpol itu lalu memanipulasi kata-kata reformasi/pembaruan. Ini berarti “pencurian di siang bolong”, padahal mereka lebih memetingkan bagaimana ‘menggunakan’ uang negara baik langsung maupun tidak langsung untuk memenangkan pemilu legislatif maupun Presiden dalam waktu dekat ini. Ada yang mengeruk habis kekayaan BUMN (sehingga diberitakan melalui kabar angin, bahwa sebuah parpol menargetkan 5 triliyun rupiah untuk membiayai kemenangan pemilu tahun depan). Uang ‘amplop’ dimanfaatkan dan diminta -kalau perlu dengan cara-cara melanggar undang-undang-, setiap Kepala Daerah (Gubernur, Bupati dan Wali Kota) “diharuskan” membayar upeti demi memenangkan partai politik yang bersangkutan dalam pemilihan yang akan datang.



****


Dalam keadaan demikian, sudah tentu proses demokratisasi menjadi sangat terganggu. Penegakkan kedaulatan hukum menjadi tidak ada, pemberantasan KKN hanya menjadi buah bibir saja, itupun kalau masih disebut. Uang ‘aspal’ beredar dalam jumlah yang sangat besar, tanpa tindakan apapun terhadap pelakunya. Sebenarnya nama-nama mereka yang terlibat dalam percetakan dan pengedaran uang palsu itu dapat ditanyakan, bahkan kepada “orang jalanan”. Ketika seorang anggota DPR-RI “mengancam” mempersoalkan hal itu secara terbuka, maka segera ia dihadapkan kepada kenyataan lain, bahwa parpol di mana ia sendiri turut serta di dalmnya juga lebih korup dari pihak yang ia ketahui menerima uang aspal tersebut.


Demikian jauh penegakkan kedaulatan hukum telah dilecehkan orang, sehingga banyak orang sudah mulai putus asa, dapakah hal itu diwujudkan di negeri kita? Cukup banyak orang yang berkesimpulan, bahwa demokrasi tidak mungkin diwujudkan di Indonesia saat ini, lalu dengan demikian tidak ada gunanya melakukan tindakan-tindakan mendorong kemunculannya dalam kehidupan sehari-hari berarti, tidak ada gunanya melakukan upaya demokratisasi di negeri kita. Karena itu, wajar saja jika lalu muncul “kesimpulan” bahwa bangsa kita memang lebih senang hidup di bawah pemerintahan Orde Baru di saat ini. Paling tidak, pemerintahan Orde Baru memberikan kepastian kita, apa yang harus dilakukan untuk mempertahankan tingkat hidup ada.


Jika perasaan ini cukup luas dalam masyarakat, barangkali perjuangan menegakkan demokrasi akan menjadi lebih berat daripada dahulu. Walaupun tidak ada “tragedi Trisakti” maupun “penembakan Semanggi”, tapi efek perkembangan politik “yang damai” sekarang ini jauh lebih buruk bagi proses demokratisasi. Pihak kepolisian negara dan aparat-aparat hukum lainnya, menggunakan kembali pasal-pasal lama dari undang-undang kolonial yang seharusnya sudah diubah. Karena DPR-RI sudah sibuk dengan bagi-bagi uang dan segala macam fasilitas yang memanjakan hidup para anggotanya, maka mayoritas suara menolak tiap upaya melakukan pembaharuan undang-undang. Karena pihak eksekutif telah dikuasai oleh birokrasi yang hanya mementingkan diri sendiri belaka, maka kepentingan rakyat yang hakiki akan pembaharuan hukum yang dilakukan dengan serius, dengan sendirinya tidak mungkin dilakukan. Akibatnya bunyi beberapa undang-undang seperti tentang, Otonomi Daerah dan sejenisnya hanya melahirkan “raja-raja kecil“ yang tidak dapat lagi di kontrol, dan menetapkan kebijakan secara serampangan. Bagaimana di Kutai Kartanegara dan Kab. Gorontalo ada “proyek raksasa” yang akan membuat daerah bersangkutan “cemerlang namanya” bisa dilarang oleh Gubernur yang korup.



****


Cukup banyak orang yang meminta penulis berhenti berbicara tentang demokrasi dan proses demokratisasi. Penulis menolak “ajakan” itu, karena ia masih percaya bahwa masih harus ada yang memperjuangkan kedua hal tersebut. Ini bagaikan upaya mendirikan forum demokrasi di masa lampau, jadi penulis tidak akan mundur. Memang, terdapat perbedaan kualitatif antara upaya menegakkan demokrasi yang sebenarnya dan memulai proses demokratisasi sekarang dan dahulu, setidak-tidaknya dalam hal resiko fisik yang harus dihadapi. Tetapi, bukankah esensinya sama antara kedua hal itu? Penulis mengetahui, upaya mengembangkan demokratisasi saat ini tidak dihadapi secara fisik oleh aparat negara, melainkan oleh “para preman” yang dibiarkan bersimaharajalela tanpa ada upaya menindak mereka sama sekali. Bahkan sementara aparat negara justru “membantu’ mereka secara diam-diam, karena mereka enyediakan dana bagi kepentingan aparat negara yang bersangkutan. Karenanya, mengatakan usaha demokratisasi memang mudah, tetapi mewujudkannya dalam kenyataan merupakan kerja sangat sulit, bukan? []


Jakarta, 12 November 2003

(Ngaji of the Day) Kesalehan Kaum Intelektual


Kesalehan Kaum Intelektual

Oleh: Ust. Lukni Maulana



Kesempurnaan pribadi nerupakan tujuan hakiki umat manusia pada umumnya. Karena manusia yang kaffah yaitu manusia di dalam keyakinannya tak luntur oleh gejolak jiwa dunia, selalu memegang teguh pendirianya pada agama Islam. Manusia sempurna (insan kamil), dapat tercapai jika ia selalu bertakwa kepada Allah dengan seyakin-yakinnya takwa dan matipun dalam keadaan beriman kepada Allah.


“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”. (Ali Imran Ayat 120)


Orang yang beriman mereka yang benar-benar menjalankan semua perintah dan menjahui segala yang di larang serta ia mampu mewujudkan keyakinannya dalam bentuk perbuatan-perbuatan yang ma’ruf, karena orang-orang yang beruntung adalah mereka yang mengerjakan amal salih.


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”. (Al Bayyinah Ayat 7)


Iman berarti berkeyakinan diri dari dalam hati bahwa di dalam kekuatan batin dan jiwanya mengakui Tuhan yang satu, mengucapkan dalam lisan dan mampu mempertanggung jawabkan semua keyakinannya hanya untuk Tuhan yang esa serta mengamalkannya. Dalam menjalankan perbuatan disegala hal yang ia lakukan berkeyakinan bahwa setiap desah nafas dan langkah kaki ada yang mengatur dan dari iman itu bahwa ia selalu di awasi oleh Allah yang maha melihat dan mendengar.


Sesungguhnya iman merupakan prinsip dasar bagi seseorang tak ada yang mendefinisikannya secara benar. Kalau merujuk dari al Qur’an kata iman selalu di persandingkan dengan kata lain semisal: beriman kepada Allah dan hari akhir, berbuat kebaikan, mencegah perbuatan mungkar, beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para nabi, berzakat, mendirikan sholat, menepati janji dll. Mereka itulah yang di sebut orang-orang yang beriman.


“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka. (Al Baqarah Ayat 3)


Kesalehan berasal dari kata “Salih” mempunyai arti hal yang baik atau bagus lawan kata dari “fasad” (buruk atau rusak). Menurut pakar linguistik dari Jepang Toshihiko Izutsu, meyatakan hubungan sematik yang menyatukan antara salih dan iman selalu bersama sama dan tak terpisahkan, jadi salih adalah keimanan yang sepenuhnya terwujud dalam perilaku dan sikap lahir dan batin. Jadi pada dasarnya ketika seseorang melaksanakan keyakinannya yang di perintahkan Ilahi Rabbi berarti patut disebut orang yang salih.


“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka) atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu. Pada hari datangnya ayat dari Tuhanmu, tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang kepada dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum) mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: "Tunggulah olehmu Sesungguhnya kamipun menunggu (pula)”. (Al An’aam Ayat 158)


Intelektual menurut Gramsci dalam bukunya “Selection From Prison Notebook” (1978) adalah semua manusia adalah intelektual akan tetapi tidak semua manusia di masyarakat memiliki peran dan fungsi intelektual. Sedangkan menurut Julien Benda (1867-1956) dalam karyanya “La Trahison Des Cleres”, mengatakan intelektual dengan kata cendekiawan yaitu orang yang kegiatannya utamanya bukanlah mengejar tujuan praktis, akan tetapi yang mencari kegembiraan dalam mengelola seni, ilmu atau renungan metafisik, merekalah orang yang moralis yang semua kegiatanya melakukan perlawanan terhadap realisme masa.


Lain halnya dengan Edwar W Said dalam bukunya “The Representation Of Intellectual”, merumuskan intelektual sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk mempresentasikan pesan, pandangan, sikap atau filsafat kepada publik serta intelektual adalah seseorang yang bertalenta mengkomunikasikan ide emansipatoris dan mencerahkan.


Dari definisi di atas dapat di ambil suatu pemahaman sederhananya, intelektual merupakan orang yang mampu berperan di masyarakat dan mempunyai fungsi untuk memberikan progresifitas untuk menjadi yang terbaik sesuai sikap dan perilaku atas keyakinan yang telah di syariatkan oleh Allah.


Pribadi kesalehan inteletual, jika seseorang di timpa musibah ia mampu menerima dengan lapang dada dan ikhlas menerima keadaan yang diujikan Allah kepada hambanya. Setiap musibah, pasti Allah akan memberikan kenaikan derajat dan dengan musibah itulah dosa seseorang yang yakin di jalannya akan di hapus dan diampuni.


“Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana), dan mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan pahala yang besar”. (Al Huud Ayat 11)


Pada dasarnya setiap bencana dan sesuatu yang tidak menyenangkan yang di turunkan oleh Allah, itu bukanlah laknat dan juga bukan murka Allah begitu juga nikmat Allah yang di berikan hambanya. Setiap manusia akan di uji sesuai kemampuan manusia itu sendiri, sebaliknya pula musibah juga di tujukan kepada setiap nabi seperti nabi Ayub yang harus menelan pil pahit karena harus di asingkan gara-gara penyakit kulitnya, Ibrahim yang di baker oleh Firaun, Sulaiman yang harus di sembelih.


“Dan Sesungguhnya kami Telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, Kemudian kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri”. (Al An’aam Ayat 42)


Kaum intelektual bukanlah orang yang selalu berfoya-foya dengan kenikmatan, mencari hiburan semata, menjajah orang lain yang tertimpa kesengsaraan, tidak mempunyai sikap menghormati. Semua yang ada di dunia adalah cobaan, wajib bagi kita untuk mengemban amanah ini sebagai titipan yang harus di jaga dengan baik dan memberikan segala sesutu sesuai dengan kiblat yang kita yakini.


“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”. (Al Baqarah Ayat 214)


Simbol kesalehan intelektual jika kesucian spiritual pribadi mampu pada taraf hakekat selalu bermunajat dan merenungi segala perbuatan yang ia lakukan. Manusia merupakan mahluk yang di bekali kekuatan pikiran dan hati. Jika seseorang mampu memposisikan potensinya ia akan hidup bahagia baik di dunia maupun di akhirat, maka janganlah kamu tenggelam pada kekuatan setan yang selalu ada di sekitar kita.

“Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas. Karena dia melihat dirinya serba cukup”. (Al Alaq Ayat 6-7)


Manusia pada umumnya ketika ia di berikan berupa kenikmatan baik harta, kesehatan, umur ia akan berubah menjadi orang yang sombong (takabur). Mengangap semua yang ia dapatkan adalah hasil kerja kerasnya dan mengangap dirinya yang paling baik. Semua adalah kebodohan jika seseorang hanya terpaku pada materi secara lahirnya saja. Jika seseorang ingin menjadi yang terbaik ia juga harus berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan apa yang ia inginkan dan harapkan.


Maka janganlah merindukan emas jatuh ke bumi, dan selalu bertegang teguhlah pada tali Allah berupa agama Islam yang diridhoi.


“Untuk kemenangan serupa Ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja”. (Ash Shaaffaat Ayat 61)


Pada diri setiap manusia ada kedengkian dan iri hati, seyogyanya marilah kita menjaga diri kita dalam hal kebaikan dan memberikan pendidikan jiwa supaya di berikan ketenangan dan kesabaran di setiap keinginan ada jalan untuk dilalui.


“Dia-lah yang Telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang Telah ada). dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bum dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Al Fath Ayat 4)


Karena Allah menciptakan jiwa manusia dengan dua kecenderungan yakni kepada kefasikan dan ketakwaan. Maka dari itu terkadang ketika manusia ingin melakukan amal baik akan terjadi pertarungan dari dalam hatinya antara yang mengajak kebaikan dan yang mengajak keburukan. Beribadahlah dengan sesunguh-sunguhnya, beribadah jangan hanya untuk melepas kewajiban akan tetapi benar-benar yakin hanya untuk Allah dan mintalah supaya Allah memberikan ridho-Nya untuk setiap langkah yang kita lalui.


“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka Karena keimanannya, di bawah mereka mengalir sungai- sungai di dalam surga yang penuh kenikmatan”. (Yunus Ayat 9)


Setiap orang yang mau berusaha pasti Allah akan memberikan petunjuk dan setiap orang yang beramal sholeh pasti Allah akan memberikan balasan di dunia dan kenikmatan di surga. Keimanan seseorang akan menentukan seberapa jauh ia mengendarai amanah yang diembannya, apakah sesuai dengan perintah Tuhannya.


Intelektual adalah seseorang yang mampu mendidik batin dan lahirnya ke jalan yang benar, suka menolong orang yang tertimpa musibah dan bermanfaat untuk orang lain. Kesalehan intelektual adalah orang yang di berikan tanggung jawab oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi ini untuk memakmurkannya bukannya merusaknya.


Di dalam jiwa kaum intelektual adalah jiwa yang tenang ia selalu bersabar ketika di berikan musibah, tidak pernah bersedih dan selalu bersyukur dan ikhlas menerima apa adanya (qona’ah) yang di titipkan oleh Allah kepada hambanya.


“Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa”. (Yunus Ayat 62-63)


“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman”. (Al Mu’minuum Ayat 1)


“Tetapi Rasul dan orang-orang yang beriman bersama Dia, mereka berjihad dengan harta dan diri mereka. Dan mereka Itulah orang-orang yang memperoleh kebaikan, dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung”. (At Taubah Ayat 88)


* Dosena AKP Widya Buana Semarang dan Direktur Rumah Pendidikan Sciena Madani

(Do'a of the Day) 06 Jumadil Ula 1433H


Bismillah irRahman irRaheem



In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Allaahumma antash shaahibu fis safari wal khaliifatu fil ahli.



Ya Allah, Engkaulah yang bersama kami di perjalanan dan yang memelihara keluarga yang ditinggalkan.



Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 11, Bab 7.

Rabu, 28 Maret 2012

Aset Yang Terbengkalai

Dahlan: Hamil Tua untuk Lahirnya Putra Petir


Hamil Tua untuk Lahirnya Putra Petir



Dukungan untuk lahirnya Putra Petir terus mengalir. Sampai-sampai saya tidak mampu membalas satu per satu email yang masuk. Tanggapan tidak hanya datang dari seluruh Indonesia, tapi juga dari mancanegara. Putra-putra petir yang sekarang bekerja di luar negeri terlihat lebih antusias. Seorang doktor kita yang sejak S-1 sudah belajar di Jepang menulis bahwa kelahiran Putra Petir sebagai sebuah keharusan. Email juga datang dari ahli-ahli ITS Surabaya, ITB Bandung, UGM Jogjakarta, USU Medan, dan banyak lagi.


Dari luar kampus mengirimkan email yang juga sangat konkret. Seorang ahli yang sekarang menekuni microturbine (turbin dan generatornya berada dalam satu kemasan kompak yang sistemnya sudah bisa menyerap panas mesin itu sendiri menjadi energi listrik tambahan) langsung melangkah. Dia akan membeli mobil Kijang untuk diganti mesinnya dengan mesin mobil listrik. Dalam dua bulan sudah akan jadi mobil listrik yang bisa saya pakai ke kantor sehari-hari.


Saya sampaikan padanya, jangan menggunakan merek mobil yang sudah ada. Kita belum minta izin kepada pemilik merek itu. Belum tentu kita boleh menggunakannya. Kalau sampai kita digugat energi kita habis untuk itu. Kita akan kelelahan. Kita akan susah. Kelahiran Putra Petir bisa gagal.


Lebih baik kita ciptakan sendiri body mobil listrik nasional ini. Mungkin memerlukan waktu beberapa bulan, tapi lebih nasional. Atau kita minta izin saja ke Mendikbud Bapak Muhammad Nuh untuk bisa menggunakan body mobil Esemka. Desain mobil Esemka yang terbaru, yang sudah disempurnakan di sana-sini (seperti yang saya lihat di pameran mobil Esemka di Universitas Muhammadiyah Solo bulan lalu) sudah sangat keren.


Atau kita pakai body mobil nasional Timor yang sudah tidak diproduksi lagi itu. Mobnas Timor cukup bagus dan enak dikendarai. Masyarakat juga sudah bisa menerima Timor. Masih ada ribuan Timor saat ini berlalu-lalang di jalan-jalan. Penampilannya yang baik bisa kita manfaatkan sebesar-besarnya. Hanya saja saya masih belum tahu bagaimana prosedur perizinannya saat ini. Apakah masih harus minta izin ke Mas Tommy Soeharto atau cukup ke pemerintah, mengingat mobil Timor pernah disita BPPN pasca krisis berat 1998 lalu.


Intinya, untuk melawan kenaikan harga BBM yang pernah terjadi, sedang terjadi, dan akan terus terjadi itu, tidak ada jalan terbaik kecuali kita musuhi BBM itu sendiri. Kita jadikan BBM musuh kita bersama. Kita demo BBM-nya ramai-ramai, bukan kita demo kenaikannya. Kalau setiap kenaikan BBM kita demo, kita hanya akan terampil dalam berdemo. Tapi kalau BBM-nya sendiri yang kita musuhi, kita akan lebih kreatif mencari jalan keluar untuk bangsa ini ke depan.


Jalan terbaik adalah jangan lagi kita gunakan BBM. Kalau kita sudah tidak menggunakan BBM apa peduli kita dengan barang yang juga menjadi penyebab rusaknya lingkungan itu. Kelak, kita bersikap begini: biarkan dia naik terus menggantung sampai setinggi Monas! Kalau kita tidak lagi menggunakannya, mau apa dia!


Tanpa ada gerakan nyata melawan BBM, seumur hidup kita akan ngeri seperti sekarang ini. Seumur hidup kita harus siap-siap melakukan demo. Seumur hidup kita tidak berubah!


Kalau kita sudah tahu bahwa seumur hidup kita akan terjerat BBM seperti itu mengapa kita tidak mencari jalan lain? Mengapa kita menyerah begitu saja pada keadaan? “Mengapa? Mengapa?,” kata Koes Ploes. Anggaplah kita tidak takut kepada Koes Ploes. Tidakkah kita harus takut kepada yang menciptakan alam semesta ini? Berapa kali Allah mengatakan “Afalaa ta’qiluuun?”.


Kita pernah menjawab pertanyaan “mengapa?” itu beberapa tahun lalu. Saat program konversi minyak tanah ke elpiji dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bukan main sulit dan beratnya meyakinkan masyarakat untuk pindah dari minyak tanah ke elpiji. Bukan main bisingnya demo dan penentangan terhadap konversi saat itu. Bukan main kecaman yang dilontarkan, sampai-sampai program itu dianggap menyengsarakan rakyat kecil.


Meski awalnya ditentang begitu hebat, didemo begitu seru dan dimaki-maki setengah mati, toh akhirnya “Purwodadi kuthane, sing dadi nyatane!”. Kenyataannya berhasil! Sekian tahun kemudian diakui konversi minyak tanah ke elpiji tersebut sebagai success story yang besar!



Hamil tua



Kalau saja tidak ada konversi itu, alangkah beratnya saat ini! Harga minyak tanah pun akan ikut naik. Yang terkena tidak lagi para pemilik mobil dan motor, juga ibu-ibu di dapur! Sekarang, naikkanlah harga minyak tanah! Ibu-ibu tidak peduli! Maka untuk mengenang kesuksesan konversi itu harusnya kini kita teriakkan: Hidup Putra-Petir! Eh, salah: Hidup SBY-JK!


Yang diperlukan adalah tekad besar untuk mengatasi persoalan besar. Dengan membanjirnya dukungan pada program mobil-motor nasional listrik BUMN, rasanya tekad itu sudah sangat besar. Situasinya sudah seperti seorang ibu yang hamil tua. Harus segera dilahirkan! Kalau tidak, akibatnya... tanya sendiri kepada ibu-ibu yang sekarang lagi hamil tua. Atau kepada ibu-ibu yang pernah hamil tua! Jangan tanyakan kepada bapak-bapak yang seperti hamil tua! Terutama hamilnya karena sudah kekenyangan menikmati bisnis BBM atau bisnis kendaraan BBM!


Tantangan terbesar mewujudkan mobil-motor listrik nasional adalah itu! Sudah terlalu besar bisnis mobil motor dengan bahan bakar BBM. Sudah terlalu besar keuntungan yang dinikmati dari bisnis kendaraan dengan bahan bakar BBM. Tidak gampang kita melawannya. Memang kita semua tentu termasuk yang harus tersindir sabda Tuhan ”Apakah kalian tidak menggunakan akal?,” itu. Tapi memang tidak mudah keluar dari kungkungan mengguritanya bisnis yang ada.


Kalau soal teknologi jelas tidak masalah. Harga baterai litium memang masih mahal. Tapi itu karena produksinya belum masal. Kalau semua beralih ke mobil/motor listrik, harga baterai itu akan turun drastis. Itu saja. Jelas ini bukan soal teknologi. Ini soal penguasaan pasar. Kalau soal teknologi, salah satunya bertanyalah kepada LIPI. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia!



Ternyata LIPI sebenarnya sudah lebih 10 tahun terakhir ini merintis penciptaan mobil dan motor listrik yang kita maksud. Prototype-nya pun sudah jadi. Di luar LIPI masih banyak yang siap melakukannya!


Seperti juga pernyataan pencipta microturbine tadi, LIPI pun mengatakan sangat siap. Kalau saya menghendaki segera naik mobil listrik yang mesinnya ciptaan LIPI, dalam hitungan dua-tiga bulan sudah bisa diwujudkan. Tinggal body-nya menggunakan mobil apa. LIPI tidak akan menciptakan body mobil. Bukan karena sulit, tapi karena sudah banyak yang mampu menciptakannya.


Kita memiliki banyak industri karoseri yang handal. Sudah pula ekspor besar-besaran. Seperti di Malang, Magelang, Surabaya, dan Bekasi. Soal karoseri kita harus bangga dengan kemampuan dan ketrampilan bangsa sendiri.



Tinggal mesin ciptaan LIPI itu kita bandingkan dengan mesin-mesin ciptaan para ahli dari universitas dan ahli dari kalangan praktisi. Bisa saja kita pilih salah satu, atau kita bicarakan bagaimana baiknya.



Vampir BBM



Saya sendiri sudah menaruh perhatian pada kendaraan listrik ini sejak menjadi direktur utama PLN. Salah satu yang membuat saya berat meninggalkan PLN adalah belum terwujudnya kendaraan listrik ini. Dalam road map yang sudah saya sampaikan kepada direksi PLN saat itu (juga saya beberkan dalam rapat kerja nasional PLN di Karawaci tahun 2010), pada akhirnya PLN harus memproduksi kendaraan listrik di akhir 2013. Yakni setelah byar-pet teratasi, setelah wabah kerusakan travo beres, setelah wabah gangguan jaringan tuntas, dan setelah perang intern lawan BBM selesai.


Waktu itu perang intern melawan BBM di PLN harus dimenangkan akhir tahun 2012. Tahun depan, rencana saya waktu itu, penggunaan BBM di PLN yang semula 9 juta kiloliter harus tinggal maksimum 2,5 juta kiloliter! Untuk itu saya membuat program “pembunuhan berencana”. Yakni mematikan pembangkit-pembangkit besar yang haus BBM seperti di Tambak Lorok (Semarang), Gresik (Jatim), Muara Karang (Jakarta), dan akhirnya Muara Tawar (Bekasi) plus Belawan (Medan).


Semua yang saya sebut itu adalah vampir-vampir BBM. Vampir-vampir itulah yang membuat PLN memboroskan uang negara puluhan triliun rupiah.



Untuk mendorong agar “pembunuhan berencana” terhadap pembangkit besar yang rakus BBM itu bisa cepat dilakukan, saya sampai menawarkan hadiah khusus. Tim PLN yang bekerja di lapangan yang bisa menyelesaikan dengan cepat pembangunan transmisi 150 kv dari Lontar ke Tangerang, akan saya beri hadiah mobil dari saya pribadi. Kalau transmisi ini berhasil dibangun, listrik untuk kawasan Jakarta utara sampai Priok tidak perlu lagi dari PLTG raksasa Muara Karang. Listriknya bisa datang dari sumber yang sangat murah di Lontar yang dialirkan dengan transmisi baru tersebut.


Akhirnya tim itu benar-benar berhasil menyelesaikan proyek sulit tersebut. Memang terlambat satu bulan dari rencana, tapi hadiah tetap saya berikan. Mobil Avanza sudah dibeli. Sayang, masih belum mobil Putra Petir!



Penyerahannya akan dilakukan bersamaan dengan dihapusnya BBM dari PLTG Muara Karang. Berkat penghapusan BBM di Muara Karang itu negara akan lebih hemat setidaknya Rp 2 triliun/tahun.


PLTG boros BBM lain seperti Gresik sudah tahun lalu tidak menggunakan BBM lagi. Demikian juga PLTGU Tambak Lorok Semarang. Sudah tidak minum BBM lagi. Dari tiga lokasi itu saja setidaknya 3 juta kiloliter BBM sudah bisa dihemat.


Tinggal tiga PLTG lagi yang masih “bandel”: Muara Tawar, Belawan, dan Bali. Masih perlu dua tahun lagi untuk menghapus BBM dari tiga lokasi itu. Untuk menghapus BBM di Belawan, masih menunggu selesainya revitalisasi LNG Arun. Dari Lhokseumawe ini akan dipasang pipa gas ke Belawan. Agar penggunaan BBM di Belawan digantikan dengan gas.


Untuk menghapus BBM di Muara Tawar masih menunggu selesainya proyek terminal apung LNG di Lampung. Terminal apung ini dibangun di Lampung sekalian untuk memenuhi kebutugan gas industri-industri besar di Cilegon. Kebetulan dari Cilegon sudah ada pipa gas yang nyambung sampai Muara Tawar!



Sedang untuk memerangi BBM di Bali, masih menunggu selesainya pembangunan transmisi 500 kv dari Jawa ke Bali. Ini transmisi yang towernya akan menjadi yang paling tinggi di dunia: 376 meter. Agar bisa menyeberangkan listrik melampaui selat Bali.



Tenaga matahari



Memerangi BBM tidak cukup hanya dilakukan untuk pembangkit-pembangkit listrik besar itu. Kita memiliki ribuan pulau kecil yang listriknya dibangkitkan dengan mesin diesel yang bahan bakarnya BBM juga. Ini juga harus dilawan. Tidak ada senjata lebih tepat kecuali tenaga surya. Karena itu industri tenaga matahari juga harus dibangun!


Minggu lalu saya sudah memutuskan agar BUMN membangun industri PV. Saat ini sudah ada delapan pengusaha bergerak di industri listrik tenaga matahari. Namun sifatnya baru merakit. Bahan-bahan solar cell-nya masih harus diimpor. Inilah yang akan diatasi oleh BUMN. PT Lembaga Elektronika Nasional (PT LEN Industri), perusahaan BUMN yang di Bandung itu, saya tugaskan mendirikan industri tenaga matahari dalam pengertian yang sesungguhnya. SDM-nya sudah mampu. Ahli-ahlinya sudah banyak. Kesungguhan dan keteguhan hati yang diperlukan.


Agar industri tenaga matahari itu nanti lebih hemat modal, tidak perlu membeli tanah dan membangun pabrik. Saya minta manfaatkanlah pabrik Industri Sandang di Karawang yang sudah lama tutup itu. Lokasinya sangat luas. Untuk 10 ha industri tenaga matahari ini hanya memerlukan sepertiga lokasi pabrik tekstil yang sudah lama mati itu.


Kita sungguh malu kalau sampai Indonesia tidak memiliki industri tenaga matahari. Negara kita sangat luas. Berada di garis katulistiwa. Mataharinya begitu jreng. Pasar kita sangat besar. Tidak masuk akal kalau kita harus impor suku cadang tenaga matahari dari Malaysia. Atau dari negara bersalju yang tidak punya cukup matahari! “Mengapa? Mengapa?,” tanya Koes Ploes.


Mau tidak mau BBM ini memang harus dilawan dari dua arah: dari gas dan dari listrik. Kendaraan umum yang besar-besar, silakan beralih ke gas. Kereta api harus beralih ke listrik, sebagaimana KRL. Kendaraan pribadi harus beralih ke listrik. Bukan hanya akan hemat BBM juga akan sangat baik untuk lingkungan hidup. Kendaraan listrik tidak menimbulkan emisi sama sekali!


Jadi, ide mobil motor listrik ini tidak muncul tiba-tiba. Hanya saja kenaikan harga BBM yang menghebohkan itu harus dimanfaatkan sebagai momentum untuk melawan belenggu hantu BBM. Dua tahun lalu saya sudah mencoba sepeda motor listrik di Bandung. Ciptaan anak bangsa sendiri. Saya keliling kota Cimahi dengan motor listrik. Setelah itu saya membeli motor listrik sekaligus dua buah. Setiap hari motor itu digunakan oleh sopir yang ada di rumah saya di Surabaya. Saya minta segala macam kekurangannya dicatat. Setiap kali ke Surabaya saya diskusi dengan pak sopir mengenai kelebihan dan kekurangan motor listrik itu. Catatan itulah yang terus saya diskusikan dengan para pegiat motor listrik.


Dulu, ketika masih bisa sering ke Tiongkok, saya juga mengunjungi pabrik mobil dan motor listrik. Tentu juga sering mencobanya. Saya tidak ragu lagi bahwa mobil-motor listrik harus segera di lahirkan di Indonesia. Putra Petir tidak boleh terlalu lama berada dalam kandungan.


Situasinya sudah hamil tua. Harus segera dilahirkan!

Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN



Sumber:

(Ngaji of the Day) Adab Berdzikir


Adab Berdzikir



Berdzikir mempunyai adab-adab tertentu, baik  sebagai penghantar, sesudah, atau ketika pelaksanaannya. Ada adab yang bersifat lahiriah dan ada pula yang bersifat batiniah.



Adab Pengantar



Sebelum meiaksanakan dzikir, sebaiknya sang salik terlebih dulu bertobat, membersihkan jiwa dengan riyadhoh (olah) rohani, melembutkan sirr (batin) dengan menjauhkan dan dengan kaitan hati dengan makhluk, memutuskan segaia penghaiang, memahami ilmu-ilmu agama, dan mempelajari syarat rukun dalam fardlu 'ain, mempertegas tujuan-tujuuan luhur sebagai spirit tahapan utamanya, yang bersifat syar'i. Ia juga harus memilih dzikir yang sesuai dengan kondisi batinnya. Setelah itu, barulah ia berdzikir dengan tekun dan terus menerus.



Di antara adab yang perlu diperhatikan yaitu hendaknya ia memakai pakaian yang halal, suci, dan wangi. Kesucian batin bisa terwujud dengan memakan makanan yang halal. Dzikir  waiau pun bisa melenyapkan bagian-bagian yang berasal dari makanan haram, tetapi manakaia batinnya sudah kosong dari yang haram atau syubhat, maka dzikir tersebut akan lebih mencerahkan qalbu.



Namun, jika dalam batinnya masih terdapat sesuatu yang haram, ia terlebih dahulu akan dicuci dan dibersihkan oleh dzikir. Pada kondisi tersebut, fungsi dzikir sebagai penerang qalbu menjadi sifatnya lebih lemah. Ibarat air yang dipergunakan untuk mencuci sesuatu yang terkena najis, najisnya akan hilang. Tetapi, pada saat yang sama ia tak bisa membuat benda yang terkena najis tadi menjadi lebih bersih.



Oleh karena itu, sebaiknya ia dicuci uiang sehingga ketika benda yang dicuci itu teiah bersih dari najis, ia akan bertambah cemerlang dan bersinar ketimbang saat dicuci pertama kali. Demikian puia saat dzikir turun ke dalam qalbu. Kaiau qalbu tersebut geiap, dzikir akan membuatnya terang. Tetapi, kaiau qalbu tersebut sudah terang, dzikir akan membuatnya jauh lebih terang.



Adab Penyerta



Ketika dzikir dilaksanakan hendaknya disertai niat ikhlas. Majelis tempat dzikirnya diberi aroma wewangian untuk para maiaikat dan jin. Ketika duduk hendaknya bersila menghadap kibiat, biia berrdzikir sendirian. Tetapi, kaiau bersama-sama, hendaknya ia berdzikir dalam lingkungan majelis. Seianjutnya telapak tangannya diletakkan di atas paha dan matanya dipejamkan seraya terus menghadap ke depan.



Sebagian Ulama berpandangan, jika ia berada di bawah bimbingan seorang syekh (Mursyid), ia membayangkan sang syekh sedang berada di hadapannya. Sebab, ia adalah pendamping dan pembimbing dalam meniti jalan rohani. Selain itu, hendaknya qalbu dan dzikirnya itu dikaitkan dengan orientasi sang syekh disertai keyakinan bahwa semua itu bersambung dan bersumber dari Nabi saw. Sebab, syekhnya itu merupakan wakil Nabi saw.



(Namun sejumlah Ulama Thariqah Sufi melarang membayangkan wajah syeikh, karena apa pun seorang syeikh atau Mursyid kategorinya tetap makhluq. Di dalam Al-Qur'an disebutkan, "Kemana pun engkau menghadap, maka disanalah Wajah Allah." Bukan wajah makhluk. Dikawatirkan pula, jika di akhir hayat seseorang, yang tercetak dalam bayangannya adalah wajah makhluk, para Ulama Sufi mempertanyakan, apakah ia secara hakiki husnul khotimah atau su'ul khotimah?)



Ketika membaca La Ilaaha Illalloh dengan penuh kekuatan disertai pengagungan. Ia naikkan kalimat tersebut dari atas pusar perut. Ialu, dengan membaca Laa Ilaaha hendaknya ia berniat melenyapkan segaia sesuatu seiain Allah swt, dari qalbu. Dan ketika membaca Illalloh, hendaknya ia menghujamkan ke arah jantung, agar Illalloh tertanam dalam qalbu, kemudian mengalirkan ke seluruh tubuh serta menghadirkan dzikir dalam qalbunya setiap saat.



Menurut sebagian Ulama mengatakan, "Pengulangan dzikir tidak benar, kecuali dengan refleksi makna, selain  makna yang pertama."



Dan tingkatan dzikir yang minimal adalah setiap kali seseorang membaca Laa Ilaaha Illalloh, qalbunya harus bersih dari segala sesuatu selain Allah swt,. Jika masih ada, ia harus segera melenyapkannya. Jika ketika berdzikir qalbunya masih menoleh pada sesuatu selain Allah swt, berarti ia telah menempatkan berhala bagi dirinya.



Allah swt, berfirman, "Tahukah kamu orang yang mempertuhankan hawa nafsunya." (Q.S. al-Furqan: 43) `Janganiah kamu membuat Tuhan selain Allah ." (Q.S. al-Isra': 22). "Bukankah Aku teiah memerintahkan kepadamu wahai Bani Adam agar kamu tidak menyembah syetan." (Q.S. Yasin : 60).



Dalam hadits, Rasul saw juga bersabda, "Sungguh rugi hamba dinar dan sungguh rugi hamba dirham." Dinar dan dirham tidak disembah dengan cara rukuk dan sujud kepadanya, tetapi dengan adanya perhatian qalbu kepada keduanya.



La Ilaaha Illalloh, tidak benar diucapkan kecuali dengan penafian segala hal selain Allah dari diri dan qalbunya. Manakala dalam dirinya masih ada gambaran inderawi, walau seribu kali diucapkan, maka maknanya tidak membekas di qalbu.



Namun, bila qalbu tersebut telah kosong dari hal-hal seiain Allah swt, meskipun hanya membaca kata Allah, satu kali saja, ia akan menemukan kelezatan yang tak bisa diungkapkan.



Syeikh Abdurrahman al-Qana'y mengatakan, " Suatu kali aku mengucapkan La Ilaaha Illalloh , dan tak pernah kembali lagi padaku."



Di kalangan Bani Israel ada seorang budak hitam yang setiap kali ia membaca  La Ilaaha Illalloh, tubuhnya dari kepala hingga kaki-berubah warna putih. Demikianlah, ketika seorang hamba mewujudkan kalimat La Ilaaha Illalloh, sebagai kondisi qalbunya, lisan tak bisa mengaksentuasikan.



Meskipun La Ilaaha Illalloh adalah segala muara oreintasi, ia adalah kunci pembuka hakikat qalbu, seiain akan mengangkat derajat para salik ke alam rahasia.



Ada yang memilih untuk membaca dzikir di atas dengan cara disambung sehingga seolah-olah menjadi satu kata tanpa tersusupi oleh sesuatu dari luar ataupun lintasan pikiran dengan maksud agar setan tak sempat masuk. Cara membaca dzikir seperti ini dipilih dengan melihat kondisi salik yang masih lemah dalam mendaki jaian spiritual akibat belum terbiasa. Seiain terutama karena ia masih tergolong pemula. Menurut para uiama, ini adaiah cara tercepat untuk membuka qalbu dan mendekatkan diri pada Allah swt.



Menurut sebagian ulama, memanjangkan bacaan La Ilaaha Illalloh  lebih baik dan lebih disukai. Karena, pada saat dipanjangkan, dalam benaknya muncul semua yang kontra Allah, kemudian, semua itu ditiadakan seraya diikuti dengan membaca Illalloh. Dengan demikian, cara ini lebih dekat kepada sikap ikhlas sebab ia tidak mengokohkian sifat Ilahiyah, yaitu walaupun dinafikan dengan Laa Ilaaha secara nyata, sesungguhnya ia telah menetapkan dengan "Illa" keadaannya, namun "Illa" itu sendiri merupakan cahaya yang ditanamkan dalam qalbu yang kemudian mencerahkannya.



Sebagian lagi berpendapat sebaliknya. Menurut mereka, tidak membaca panjang lebih utama. Sebab, bisa jadi kematian datang di saat sedang membaca la ilaha (tidak ada tuhan), sebelum sampai pada kata Illalloh, (kecuali Allah swt,).



Sementara menurut yang iain, biia kalimat tersebut dibaca dengan tujuan untuk berpindah dari wiiayah kekufuran menuju iman, maka tidak membaca panjang lebih utama agar ia lebih cepat berpindah kepada iman. Namun, kalau ia berada dalam kondisi iman, membaca secara panjang lebih utama .



Adab berikut



Manakala sang salik terdiam dengan upaya menghadirkan qalbunya, karena bersinggungan dengan anugerah ruhani dibalik dzikir berupa kondisi ghaybah (kesirnaan diri) paska dzikir, yang juga disebut dengan "kelelapan", maka jika Allah swt, mengirim angin untuk menebar rahmat-Nya berupa hujan, Allah swt, juga mengirim angin dzikir untuk menebar rahmat-Nya yang mulia berupa sesuatu yang bisa menyuburkan qalbu dalam sesaat saja. Padahal, itu tak bisa dicapai meskipun lewat perjuangan ruhani dan riyadhoh tiga puluh tahun lamanya. Adab-adab ini harus dimiliki oleh seorang pedzikir yang dalam kondisi sadar dan bisa memilih.



Sedangkan bagi pedzikir yang kehilangan pilihan karena tidak sadar bersamaan dengan masuknya limpahan dzikir dan rahasia ke dalam dirinya, lisannya bisa jadi mengucapkan kata Allah, Allah, Allah atau Huw, Huw, Huw, Huw, atau La, La, La, atau Aa..Aa..Aa.. atau  Ah, Ah, Ah, atau suara yang berbunyi. Adabnya adalah pasrah total pada anugerah Ilahi yang membuatnya tenang dan diam.



Semua adab di atas diperlukan oleh mereka yang akan melakukan dzikir lisan. Adapun dzikir qalbu tidak membutuhkan adab-adab tersebut. []



KH. M. Luqman Hakim, Ph.D