Rabu, 29 Februari 2012

Bagaimana Cara Membuat Plat Nomer Ranmor Sementara?

Dahlan: Kalau Rapat Tak Perlu Lagi Makanan Kecil...


Kalau Rapat Tak Perlu Lagi Makanan Kecil...

Oleh: Dahlan Iskan

Senin, 20 Februari 2012 , 10:18:00 WIB



SUDAHKAH terbukti jumlah rapat-rapat di Kementerian BUMN turun 50 persen seperti yang saya ingin­kan? Angka pastinya masih dikum­pul­kan. Tapi dari penjelasan para di­rektur utama BUMN, terasa sekali jum­lah rapat itu menurun drastis. "Rasanya turun 60 persen," ujar Nur Pamudji, Dirut Perusahaan Listrik Negara. "Selama tiga bulan ini saya baru rapat dua kali di kementerian. Kira-kira menurun 75 persen," ujar Karen Agustiawan, Dirut Pertamina.


Rapat memang harus dikurangi. Kerja yang harus ditambah. Kerja, kerja, dan kerja. Di birokrasi, kesibukan rapat itu memang luar biasa. Jadi salah anggapan masyarakat selama ini kalau birokrasi itu malas. Birokrasi itu rajinnya bukan main. Kalau sudah rapat bisa panjang sekali. Bah­kan untuk satu topik saja bisa dilakukan berkali-kali.


Tentu ada dampak negatifnya. Penghasilan sejumlah staf menurun. Dampak lainnya: banyak ruang rapat yang kosong. Saya suka turun-naik dari lantai ke lantai. Terasa benar ruang yang mahal itu terlalu boros penggunaannya. Padahal ruang rapat itu banyak yang ukurannya besar. Maka beberapa staf di Kementerian BUMN mengusulkan agar segera dilakukan penataan ulang seluruh ruang kerja.


Tentu saya menghargai usul seperti itu dan harus segera dilaksanakan. Pepatah hemat pangkal kaya rupanya sudah banyak dilupakan di zaman yang serba ada ini. Digantikan oleh adagium: boros itu meningkatkan pertumbuhan ekonomi! Kalau semua orang berhemat, siapa yang belan­ja? Bagaimana nasib pabrik-pabrik?


Boros ruangan tentu mem­berikan contoh yang kurang baik. Secara kasar bisa dihitung paling sedikit akan ada dua lantai dari gedung 22 lantai di dekat Monas itu yang bisa dihemat. Beberapa BUMN yang selama ini masih sewa kantor (ada satu BUMN yang untuk salah satu bagiannya harus sewa kantor Rp 50 miliar se­lama lima tahun!) bisa pindah ke gedung ini.


Apakah menurunnya jumlah rapat di Kementerian BUMN itu sudah membuktikan otomatis BUMN-BUMN kini lebih banyak kerja, kerja, kerja? Tentu belum bisa dibuktikan seketika. Bukti yang terbaik adalah hasil tutup buku akhir tahun nanti. Benarkah kinerja BUMN meningkat? Ataukah berkurangnya panggilan rapat dari kementerian itu justru melonggarkan kontrol dan membuat BUMN kian malas?


Berkurangnya jumlah rapat secara drastis di Kementerian BUMN itu sebenarnya bukan berarti menurunnya intensitas komunikasi. Sejumlah rapat itu kini sudah digantikan oleh terbentuknya grup BlackBerry Messenger.


Misalnya ada satu grup BBM yang semua anggotanya eselon satu. Maka meski Rapim Kementerian BUMN hanya dilakukan satu minggu satu kali (tiap Selasa jam 07.00), pada dasarnya rapat itu berlangsung bisa beberapa kali sehari. Hanya forumnya tidak di ruang rapat dengan sebuah meja rapat, tapi di forum BBM. Peserta bisa di mana saja dan sedang melakukan apa saja. Yang jelas tidak ada hidangan makanan kecil dalam rapat seperti ini.


Ada juga grup BBM yang ang­gotanya menteri, wakil menteri, seorang deputi, dan semua direktur utama BUMN yang bergerak di bidang pangan. Maka masalah-masalah peningkatan produksi beras di BUMN dibicarakan di "ruang rapat tanpa hidangan" ini. Demikian juga ada grup BBM bidang gula. Anggotanya men­teri, wakil menteri, deputi bersangkutan, dan semua direktur utama yang membawahi urusan gula. Ada grup BBM energi. Dan sebentar lagi, setelah holding per­kebunan terbentuk akan diadakan grup BBM perkebunan.


Rapat melalui grup BBM seperti itu intensifnya bukan main. Juga hemat sekali waktu. Bahkan "rapat itu" berlangsung tidak mengenal hari dan jam. Bisa saja pada hari Minggu ada topik yang harus dibahas. Bahkan ada yang sampai jam 23.00 masih mengajukan pendapat.


Isi dan kualitas pembicaraan tidak kalah dengan rapat yang dilaksanakan di ruang rapat sungguhan. Meski menggunakan BBM, jangan khawatir dimanfaatkan untuk yang bukan-bukan. Tidak akan ada pembicaraan mengenai Apel Malang atau Apel Washington di situ. Sesekali ada yang memasukkan humor, tapi biasanya kalau lagi akhir pekan. Arifin Tasrif, Dirut Pusri Holding yang tergabung dalam grup BBM pangan, termasuk yang suka kirim humor. Hanya kadang saya sulit mengenali nama asli mereka karena banyak yang pakai nama maya. Arifin Tasrif, misalnya, di BBM menggunakan nama Kapal Selam. Rupanya dia sekalian jualan pempek Palembang.


Tentu saya sangat menganjurkan agar semua BUMN membentuk grup-grup BBM seperti itu. Intensifnya luar biasa. Ini saya rasakan sewaktu masih di PLN. Waktu itu saya memiliki tujuh grup: grup khusus yang anggota­nya semua direksi plus sekretaris perusahaan, grup saya dengan para general manajer se-Jawa-Bali, grup saya dengan para ge­neral manajer se-Indonesia barat, grup saya dengan semua general manajer se-Indonesia Timur, grup saya dengan para manajer peren­canaan, grup saya dengan para manajer keuangan, grup saya dengan para manajer SDM, dan seterusnya. Keluhan masyarakat, info soal korupsi, pengaduan tender yang main-main dan segala persoalan yang berkembang bisa langsung dikomunikasikan melalui grup BBM.


Model komunikasi manajemen seperti ini, sekaligus bisa menerabas batas-batas hirarkhi dan birokrasi. Juga bisa lebih terbuka. Kekurangan di satu tempat langsung diketahui oleh siapa pun di tempat lain. Kalau tidak terbiasa memang seperti membuka aib dan kelemahan, tapi itulah cara yang efektif untuk melakukan perbaikan. Kalau niatnya sudah untuk melayani masyara­kat, soal kelemahan yang dibuka di depan sesama manajer seperti itu tidak akan terasa sebagai aib lagi. Justru dengan cara itu tang­gungjawab bisa muncul. Apalagi bukan hanya soal kekurangan yang dibeber di grup BBM. Tapi juga soal prestasi. Dulu sering saya memasukkan pujian dari pelanggan listrik yang dikirimkan via SMS ke handphone saya. SMS itu langsung saya masukkan ke dalam grup BBM. Sebagai pen­dorong bahwa hasil kerja ke­ras mereka diapresiasi oleh masyarakat luas.


Salah satu contoh ketika Peter Gontha memuji PLN via SMS yang merasa kaget petugas PLN begitu cepat datang ke rumahnya yang listriknya lagi bermasalah dan petugas itu tidak mau diberi uang tip. SMS itu saya masukkan ke grup BBM dan dalam waktu sing­kat menyebar luas ke jajaran PLN.


Sungguh sangat banyak rapat yang sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara yang tidak perlu harus membuang waktu sampai lima jam (satu jam perjalanan, tiga jam rapat, satu jam perja­lanan kem­bali). Kecuali kalau rapatnya benar-benar harus dan bisa meng­ambil keputusan saat itu.


Tentang rapat pimpinan Kementerian BUMN sendiri, kini tidak lagi dilakukan di kantor ke­menterian BUMN. Tiap Selasa lokasi rapat itu berpindah dari BUMN satu ke BUMN lainnya. Sekaligus agar seluruh eselon satu Kementerian BUMN mengetahui dengan mata kepala sendiri markas BUMN yang selama ini sering mereka panggil. Sekalian untuk mengecek apakah di BUMN tersebut juga sudah dilakukan rapat pimpinan setiap Selasa jam 07.00. Rapat paling jauh dilakukan di BUMN Ang­kasa Pura II Selasa lalu. Sekalian untuk mengecek per­siapan perbaikan Bandara Soekarno-Hatta.


Perubahan memang sedang dilakukan. Ruang ATC/Tower sudah lebih disiplin dan bersih. Tidak ada lagi yang merokok di ruang kontrol lalu-lintas pesawat. Peningkatan kapasitas tower menjadi dua sisi juga sudah hampir selesai. Satu sodetan express taxy sudah selesai, tinggal membuat satu lagi. Bagian-bagian jalan yang sempit yang menjadi sumber kemacetan di sekitar bandara sudah dipagari seng, pertanda proyek pelebaran jalan sedang dilakukan.


Yang tahun ini mulai dikerja­kan adalah: pembuatan gedung parkir empat tingkat di tengah-tengah antara terminal satu dan dua. Di tengah-tengah itu tahun ini mulai dibangun juga stasiun kereta api. Gedung parkir dan stasiun itu harus selesai akhir tahun depan.


Sementara menunggu gedung parkir, segera dilakukan pengaturan darurat: banyaknya mobil yang menginap di bandara akan disediakan lokasi khusus. Kendaraan karyawan bandara dan karyawan toko-toko di bandara akan dialihkan juga di lokasi lain. Ini agar lokasi parkir bandara lebih diperuntukkan melayani penumpang.


Terminal 3, yang sekarang ini hanya seperti huruf I, akan diker­jakan menjadi huruf U lebar. Berikut apronnya sekalian. Dari terminal tiga akan dihubungkan dengan kereta tanpa sopir menuju terminal 1 dan 2. Pembangunan terminal 3 ini juga harus sudah selesai akhir tahun depan. Kalau semua pekerjaaan itu selesai maka daya tampung bandara Soekarno Hatta meningkat menjadi 60 juta penumpang. Sekarang ini sudah 50 juta penumpang per tahun yang memadati bandara yang mestinya hanya untuk 22 juta penumpang itu.


Memang masih ada proyek besar lainnya: membangun landa­san nomor 3 dan membangun terminal 4. Tapi proyek ini memerlukan waktu lebih panjang. Masih harus membebaskan tanah 730 ha yang tentu tidak akan mudah.


Dengan mengurangi kesibukan rutin berupa rapat-rapat yang kurang efektif, pemikiran memang bisa lebih dicurahkan untuk hal-hal yang lebih mendasar. Rapat, tentu saja penting. Tapi kebanyakan rapat bisa membuat orang sinting!



Sumber:

(Ngaji of the Day) Cara Jin Beragama


Cara Jin Beragama



Salah satu diantara nama-nama Allah Swt. Yang berjumlah 99 (Sembilan puluh Sembilan) atau yang dikenal dengan sebutan Al-Asma’ Al-Husna adalah Al-Khaliq, artinya dialah yang menciptakan.


Ciptaan-Nya meliputi segala sesuatu, baik itu berupa hal-hal yang nampak oleh mata seperti manusia, hewan, tumbuhan dan alam seisinya ini, maupun keberadaan yang tidak bisa dilihat oleh mata seperti malaikat, surga, neraka dan lain-lain. Termasuk dari mekhluk-Nya yang tidak terlihat oleh mata adalah jin. Jin adalah makhluk ciptaan Allah Swt. Yang berbeda dengan manusia dari asal ciptaanya. Jin dicptakan oleh Allah Swt. Dari api sedangkan manusia diciptakan dari tanah.


Allah berfirman dalam surat Ar-Rahman ayat 15:



وخلق الجان من مارج من نار



Artinya: “Dan dia telah menciptakan jin dari nyala api” (QS. Ar-Rahman ayat: 15)



Demikian pula dalam surat Al-Mu’minun ayat 12 Allah Swt. Menegaskan:



ولقد خلقنا الانسان من سلالة من طين



Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati dari tanah” (QS. Al-Mu’minun:12)



Sebagai salah satu makhluk Allah Swt. yang tidak terlihat, jin memiliki berbagai kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia, antara lain kemmpuan untuk mengubah wujudnya menjadi berbagai macam bentuk menyerupai manusia dan binatang seperti ular, keledai, unta, sapi dan lain-lain. Hal itu seperti sebuah kisah yang dialami oleh sayyidah Aisyah bahwa beliau melihat seekor ular dalam rumahnya. Kemudin beliau memerintakan untuk membunuh ular tersebut. Akhirnya ular itu pun terbunuh, dan tak lama kemudian beliau diberi tahu bahwa:



إنها من النفر الذين استمعوا الوحي من النبي



(Ular tersebut adalah termasuk dari golongan yang pernah mendengarkan wahyu dari nabi (golongan jin).



Setelah mengerti akan hal itu beliaupun mengutus seseorang untuk pergi ke Yaman untuk membeli 40 (empat puluh) budak guna memerdekakan.


Juga ada jin yang mampu memindahkan sesuatu dalam waktu yang singkat. Hal itu seperi yang diceritakan dalam Al-Quran pada masa Nabi Sulaiman bahwa Ifrit yang termasuk salah satu jin sanggup untuk memindahkan singgasana Ratu Bilqis sebelum Nabi Sulaiman berdiri dari tempt duduknya.



Meskipun jin itu berbeda dalam hal asal penciptaanya, tetapi dia juga mkhluk Allah Swt. Yang tujuan dari penciptaannya sama dengan tujuan penciptaan manusia, yaitu tidak lain supaya beribdah kepada Allah. Hal itu sesuai dengan firman Allah Swt.dalam surat Adz-Dzariyat, 56:



وماخلقت الجن والإنس إلا ليعبدون



Artinya: “Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk menyembah-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56)


Oleh karna itu seperti manusia, jin juga mukallaf (dibebani) untuk menjalankan perintah Allah dan menjahui segala yang dilarang-Nya.


Dalam hal ini mereka juga mendapatkan pahala apabila melakukan perbuatan sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Allah Swt. Dan akan disiksa apabila melanggar aturan yang di gariskan.



Jadi, karena mereka semua mukallaf seperti manusia, Allah Swt. Juga mengutus kepada mereka utusan yang akan menyampaikan wahyu.


Para ulama mempunyai pedapat yang sama bahwa risalah nabi kita Muahammad Saw. Tidak hanya terbatas pada manusia saja, melainkan juga mencakup jin, bahkan ada yang mengatakan sampai kepada semua makhluk hidup.



Dalam Al-Quran surat A-Jin di jelaskan


Artinya: “katakanlah telah diwahyukan kepadaku (Nabi Muhammad) bahwasanya sekumpulan jin telah mendengarkan Al-Quran menakjubkan(yang) memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami sekali-kali tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan tuhan kami” (QS. Al-Jin: 1-2)



Dalam kitab Al-Asybah wan Nazhair juga disebutkan:



والنبي صلى الله عليه وسلم مرسل اليهم



Artinya: “Bahwasanya nabi Muhammad diutus kepada mereka (bangsa jin)”



Jadi, diantara mereka (bangsa jin) juga ada yang melakukan shalat dan syariat-syariat lain yang telah dibawa Nabi Muhammad Saw.


Kesimpulan akhirnya bahwa jin yang beriman kepada Allah Swt. Sebagai Tuhannya dan Muhammad Saw. sebagai utusan-Nya yang terakhir sekaligus menyempurnakan risalah-risalah utusan sebelumnya akan berpegang pada Al-Quran dan hadis sebagai pedoman hidup.



Sumber: KH. MA. Sahal Mahfudh, Dialaog Problematika Umat, Surabaya, Khalista & LTN PBNU

(Do'a of the Day) 06 Rabiul Akhir 1433H


Bismillah irRahman irRaheem



In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Laa haula wa laa quwwata illaa billaahil 'aziizil hakiimi, maa syaa-allaahu laa quwwata illaa billaahi, i'tashimnaa billaahi, ista'anna billaahi tawakkalnaa 'alallaahi.



Tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan izin Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Apa saja yang dikehendaki Allah (pasti) terjadi, tidak ada kekuatan kecuali dengan izin Allah. Kami berpegang dengan Allah, memohon pertolongan kepada Allah, dan bertawakal kepada Allah.



Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 10, Bab 5.

Selasa, 28 Februari 2012

Goreng Kripik Singkong

Gus Dur: Kedaulatan Hukum dan Demokrasi


Kedaulatan Hukum dan Demokrasi

Oleh: KH. Abdurrahman Wahid


Orang banyak mengeluh, sekarang ini hukum tidak berdaulat di negeri kita, umpamanya saja KKN, bukannya berkurang malahan semakin bertambah. Pengambilan uang dari rakyat, termasuk “pembiayaan” KTP yang semakin mahal. Bahkan hanya orang-orang kaya dan yang mempunyai uang yang dapat mencarikan sekolah pilihan bagi anak-anak mereka yang ‘bodoh’. Ini berarti walaupun banyak anak pandai, tetapi semakin banyak yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena tidak punya biaya, karena seolah-olah bangku kuliah untuk diperjualbelikan. Ini adalah keadaan yang sangat memilukan, karena sepandai apapun sorang anak mereka harus berhenti sekolah dan mencoba mencari pekerjaan di pasaran kerja yang sudah begitu penuh dengan para pengangguran. Bahwa Undang-Undang Dasar menyebutkan tugas negara antara lain adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak diperhatikan sama sekali.


Pengangguran berjuta-juta orang yang tidak mempunyai lapangan kerja, telah mencapai angka yang fantastik yaitu sudah lebih dari 10% tenaga kerja. Salah satu tugas negara utuk menjaga keamanan di dalam negeri dan menjaga perdamaian di luar negeri, ternyata tidak terbukti dalam kenyataan. Di dalam negeri terorisme terus menerus terjadi, minimal dalam bentuk peledakan bom di tempat-tempat umum (public places). Dalam pembelaannya Amrozi menyebutkan ia merakit bom berukuran kecil saja yang tidak “membahayakan” siapapun. Bom yang lebih dahsyat dan lebih besar buatan orang lain, meledak pada saat yang bersamaan. Bom tersebut adalah yang membunuh lebih dari 200 jiwa manusia, umumnya para turis dari Australia. Namun, pengadilan negeri Denpasar menolak pembelaan/pledoi Amrozi tersebut. Ia pun dihukum mati.


Semula penulis bersikap tak acuh atas pembelaan Amrozi itu. Namun, peledakan bom di Hotel Marriott (Jakarta) beberapa waktu kemudian, juga dengan korban jiwa cukup besar membuat penulis terpana, dan mulai bertanya dalam hati: mengapakah lalu tidak ada kelanjutan penyidikan dari pembelaan Amrozi itu? Benar atau salahkah yang dikemukakannya dalam pembelaan tersebut? Mengadakan penyelidikan seperti itu justru akan mengenai sejumlah “Sapi Keramat” yang harus diselamatkan dari tuntutan, dengan cara apapun dan dengan biaya berapapun? Dengan kata lain, apakah mungkin ada hal-hal yang harus ditutup-tutupi?


Hal ini semakin diperkuat dengan adanya pembunuhan atas dua orang “orang biasa” anggota Nahdlatul Ulama di daerah Lumajang dan Jember yang dibunuh oleh dua gerombolan manusia berpakaian dan bertopeng ninja. Peristiwa ini mengingatkan kita akan pembunuhan serupa, namun kasusnya tidak di apa-apakan (diperiksa sekalipun tidak) oleh pihak keamanan, yang terjadi beberapa tahun yang lalu di Kabupaten Banyuwangi. Tentu saja penulis lalu menyampaikan hal itu kepada aparat keamanan melalui media massa. Penulis khawatir, jika tidak langsung diberitakan atau tanpa diketahui massa, tidak akan ada penanganan para penegak hukum yang bersungguh-sungguh dari pihak aparat keamanan. Karena sudah banyak sekali terjadi hal-hal seperti itu tidak pernah ditangani secara serius. Soal yang satu ini pun, belum tentu juga ditangani secara bersungguh-sungguh. Jika masalahnya ‘berhubungan’ dengan tindakan dari instansi pemerintahan, tentu akan didiamkan oleh pihak keamanan.


Kejadian di atas menunjukkan, bahwa kedaulatan hukum belum sepenuhnya tegak di negeri kita. Aparat keamanan masih melakukan “tindakan memilih” dari sekian ribu kejadian yang menimpa masyarakat kita. Seolah-olah yang berkuasa di negeri ini bukanlah hukum tetapi lembaga tertentu saja, yang tentu saja melakukan tindakan-tindakan “ekstra konstitusional” alias bertindak di luar hukum. Di sinilah inti dari sebuah sistem masyarakat, apakah ia negara hukum atau bukan? Kita memiliki konstitusi yang tidak pernah dipatuhi oleh siapapun, termasuk oleh pembuatnya sendiri. Buktinya adalah uang lebih yang harus dibayarkan oleh warga negara ketika mengurus KTP atau surat ijin apapun. Penguasa menjadi sangat berkuasa, lebih dari apa yang seharusnya ia miliki menurut undang-undang.


Bahkan mengurus paspor sekalipun, yang memang sudah menjadi hak warga negara, menjadi sangat sulit dan penuh rambu-rambu yang seakan-akan tidak dapat ditembus oleh seorang “warga negara biasa”. Lalu haruskah dilakukan pembayaran pada “pihak yang mengurusi” yang dapat mencairkan kesulitan mengurus birokrasi. Ini berlaku dihapir seluruh bidang pemerintahan yang sangat luas itu. Pemegang kekausaan, sekecil apapun kedudukannya dapat menentukan nasib seseorang dalam mencari pekerjaan atau memperoleh usaha. Bahkan sepak bola, olahraga yang paling digemari di negeri ini penuh dengan berita-berita penyuapan dan pertaruhan uang yang tidak sehat. Sungguh tragis ! Sementara para pengatur permainan sepak bola, seperti PSSI yang bekerja memperbaiki teknik permainan ‘diatur’ oleh pihak-pihak yang melakukan pertaruhan/penyuapan, tidak pernah dituntut ke pengadilan.


Nah, negara yang seharusnya diatur oleh mekanisme pasar, menurut undang-undang dasar kita, ternyata diatur oleh mekanisme tindakan-tindakan di luar hukum, yang tiap-tiap kali dilakukan oleh “oknum-oknum” yang tidak pernah terkena jeratan hukum, maupun hal-hal lain yang bersifat pembatasan wewenang siapapun tanpa pandang bulu. Bahkan, Presiden sekalipun ternyata juga tidak dibatasi wewenang yang dimilikinya oleh hukum, terlihat dari kenyataan tidak ada undang-undang kepresidenan yang akan membatasi kekuasaannya itu. Karenanya jangankan sang Presiden, orang-orang tidak berjabatan resmi tetapi menjadi keluarganya atau teman dekatnya menjadi sangat ditakuti. Dan segala macam perintah mereka dilakukan oleh para petugas “di bawah” mereka. Keadaan yang sangat memilukan hati ini berjalan terus hingga sekarang, sehingga tidak ada pilihan lain selain nanti dalam pemilihan Presiden, haruslah dipilih orang yang akan mampu melakukan perbaikan, melalui perombakan besar-besaran dalam sistim pemerintahan dan menegakkan kebersihan diri.


Di sinilah terletak pesimisme yang diperlihatkan sebagaian warga masyarakat kita mungkinkah akan muncul seseorang itu? Bagi mereka yang pesimis, tentu saja mengawasi perkembangan keadaan seperti itu dan berkesimpulan tidak akan pernah ada orang seperti itu. Karenanya, mereka “bersiap-siap” menyosong kenyataan seperti itu dengan apatisme sangat besar atas jalannya pemilu beberapa bulan lagi. Bukankah sikap seperti itu mematikan upaya demokratisasi itu sendiri, jika diikuti oleh cukup banyak pemilih, walaupun diperkirakan tidak akan menghasilkan demokrasi yang utuh. Tetapi paling tidak ia merupakan upaya untuk mewujudkan demokrasi itu di negeri kita. Bukankah kata pepatah Tiongkok kuno perjalanan 10.000 lie (+ 5.000 KM), dimulai dengan ayunan langkah pertama?.


Jelaslah dari uraian di atas, bahwa kunci bagi tegaknya demokrasi di negeri ini adalah tegaknya kedaulatan hukum. Dan kedaulatan hukum hanya tegak kalau kita berani menjalankan peraturan-peraturan intern yang kita buat untuk kalangan kita sendiri, maupun untuk rumah tangga. Karenanya membangun demokrasi bukanlah dari hal yang muluk muluk, melainkan sesuatu yang biasa dan harus dilaksanakan berulang kali secara terus menerus. Ia bukanlah slogan yang hebat dan harus didengung-dengungkan setiap saat, melainkan hal-hal kecil yang dilakukan secara terus menerus. Mudah dikatakan, namun sulit dilaksanakan bukan?


Jakarta, 4 Desember 2003

(Ngaji of the Day) Melestarikan Tradisi Barzanji

Melestarikan Tradisi Barzanji
Oleh: Hamidulloh Ibda

Memasuki bulan Rabi’ul Awal (bulan Maulid), sebagian umat Islam selalu merayakan budaya barzanji atau orang jawa sering menyebutnya barjanjen. Untuk menyongsong hari kelahiran Nabi Muhammad SAW, lantunan shawalat dan puji-pujian atas Nabi selalu ramai terdengar dari masjid dan musholla. Dengan suara merdu, diiringi alunan nada rebana menjadikan pesona keceriaan bulan Maulid.

Sebagai umat Islam yang cinta kepada Rasulullah, tentu akan mengekspresikannya dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melakukan barjanjen. Karena cinta kepada Nabi merupakan kewajiban bagi semua umat Islam.

Sejak tanggal 1-12 bulan Rabi’ul Awal, jutaan umat Islam selalu melakukan tradisi barzanji. Membaca kitab Barzanji merupakan tradisi sebagian umat Islam di Indonesia, baik yang di pedesaan maupun perkotaan selalu melestarikan tradisi tersebut.

Sejarah Barzanji

Al-Barzanji adalah kitab karangan “Syekh Ja’far bin Husain bin Abdul Karim al-Barzanji”. Beliau lahir di Madinah tahun 1690 M, dan wafat tahun 1766 M. Barzanji berasal dari nama suatu daerah di Kurdikistan Barzinj. Sebenarnya, kitab tersebut berjudul ‘Iqd al-jawahir (kalung permata), tapi kemudian lebih terkenal dengan sebutan al-barzanji.

Kitab tersebut, menceritakan tentang sejarah Nabi Muhammad yang mencakup silsilahnya, perjalanan hidup semasa kecil, remaja, menginjak dewasa hingga diangkat menjadi Rasul. Selain itu, juga menyebutkan sifat-sifat Rasul, keistimewaan-keistimewaan dan berbagai peristiwa yang bisa dijadikan teladan bagi umat manusia. Dengan bahasa dan sastra yang tinggi menjadikan kitab ini enak dibaca.

Di Indonesia, barzanji adalah kitab yang populer di kalangan orang Islam, terutama di Jawa. Kitab ini merupakan bacaan wajib pada acara-acara barjanjen atau diba’ yang merupakan acara rutin bagi sebagian kaum muslim di Indonesia.

Kontroversi Budaya Barzanji

Banyak dari kalangan umat Islam yang menolak tradisi barjanjen. Mereka menganggap bid’ah karena perbuatan tersebut tidak dilakukan Rasulallah SAW. Selain itu, barzanji hanyalah karya sastra, bukan menjadi rujukan sumber orang Islam seperti Al Qur’an dan Hadist. Jadi, mereka menolak dengan tegas terhadap tradisi tersebut.

Namun, sebagian pihak menganggap pembacaan Al-barzanji adalah refleksi kecintaan umat terhadap figur Nabi sebagai pemimpin agamanya sekaligus untuk meneladani sifat-sifat luhur Nabi Muhammad SAW. Kecintaan pada Nabi berarti juga kecintaan, ketaatan kepada Allah SWT.

Menurut penulis, tradisi ini meskipun banyak yang setuju dan tidak setuju, harus ada pemahaman yang tajam. Pasalnya, hampir seluruh umat Islam di Indonesia melestarikan tradisi ini. Sebuah hadist Nabi riwayat Bukhari Muslim menyatakan,”Barang siapa melakukan amalan tidak sebagaimana sunnahku, maka amalan itu tertolak”. Wallahu ‘alam bisshowab. Hanya Allah yang maha mengetahui.

Membumikan Barzanji

Selain dilakukan pada bulan Maulid, tradisi barzanji juga dilakukan kaum muslim pada setiap moment penting seperti pengajian, tasyakuran pernikahan, kelahiran anak, menjelang keberangkatan haji dan sebagainya.

Barjanjen, merupakan tradisi yang dilakukan sejak dulu, terutama bagi umat Islam warga Nahdliyyin (warga NU). Mereka membacanya pada tiap malam Jumat dan upacara lainnya. Bahkan, pada sebagian besar pesantren di Jawa Tengah, barjanjen menjadi kegiatan wajib.

Di Indonesia, peringatan Maulid Nabi sepertinya sudah melembaga, bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional. Setiap memasuki Rabi’ul Awal, berbagai ormas Islam, masjid, musholla, institusi pendidikan, dan majelis taklim bersiap memperingatinya dengan beragam cara dan acara; dari sekadar menggelar pengajian, dialog keagamaan, bakti sosial, hingga ritual-ritual yang sarat tradisi (lokal).

Di antaranya adalah: Manyanggar Banua, Mapanretasi di Pagatan, Ba’ayun Mulud (Ma’ayun anak) di Kab. Tapin, Kalimantan Selatan. Sekaten, di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, Gerebeg Mulud di Demak, Panjang Jimat di Kasultanan Cirebon, Mandi Barokah di Cikelet Garut, dan sebagainya.

Tradisi barzanji, seharusnya menjadi spirit beragama bagi kaum muslim. Idealnya, barzanji bukan hanya sebagai rutinitas saja. Esensi Maulid Nabi adalah spirit sejarah dan penyegaran ketokohan Nabi sebagai satu-satunya idola teladan yang seluruh ajarannya harus dibumikan. Figur idola menjadi miniatur dari idealisme, kristalisasi dari berbagai

falsafah hidup yang diyakini. Teladan sejarah dan penyegaran ketokohan itu dapat dilakukan kapan pun, termasuk di bulan Rabi’ul Awal.

Berpijak dari itu, sudah saanya umat Islam melestarikan tradisi tersebut. Pasalnya, dewasa ini banyak orang islam yang beragama setengah hati, atau dengan kata lain “Islam KTP”. Secara logika, daripada melestarikan budaya barat, lebih baik melestarikan budaya islam sendiri, sebagai suatu wujud ketaatan hamba dengan Tuhannya.

Jadi, melihat tradisi barjanjen yang hanya menjadi rutinitas di bulan maulid, penulis lebih sepakat dan mendukung untuk melestarikan budaya barjanjen yang harus dijalankan setiap waktu, kapan pun dan dimana pun. Hal itu termasuk wujud bukti kecintaan kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW.

Meskipun momen bulan maulid terasa sudah lewat, namun melestarikan tradisi barzanji merupakan sebuah keniscayaan bagi warga NU. Menjadi umat yang cinta Nabi Muhammad SAW, sudah saatnya membumikan tradisi ini sejak dini. Mau tidak mau, barzanji merupakan ciri khas warga NU. Jadi, melestarikan tradisi barzanji adalah harga mati.

* Penulis di bulletin NUsantara IAIN Walisongo, Takmir Musholla Nurul Falah Semarang

(Do'a of the Day) 05 Rabiul Akhir 1433H


Bismillah irRahman irRaheem



In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Assalaamu 'alaika,

Yaa miskii wa thiibii.

Assalaamu 'alaika,

Yaa maahidz dzunubi.



Assalaamu 'alaika,

Yaa 'aunal ghariibi.

Assalaamu 'alaika,

Ahmadu yaa muhammad.



Semoga keselamatan tetap kepadamu,

Wahai Nabi pengharumku.

Semoga keselamatan tetap kepadamu,

Wahai Nabi penyebab terhapusnya dosa-dosa.



Semoga keselamatan tetap kepadamu,

Wahai penolong orang-orang yang terasing.

Semoga keselamatan tetap kepadamu,

Wahai Kanjeng Nabi Muhammad yang terpuji.



Allaahumma shalli wa sallim wa baarik 'alaihi.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam dan berkah kepada Nabi SAW.



[]



Dari Kitab iqdl al-Jawahir ditulis oleh Syekh Jafair Al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim

Senin, 27 Februari 2012

Emisi Pagi

(Buku of the Day) Biografi Imam Syafi'i: Kisah Perjalanan dan Pelajaran Hidup Sang Mujtahid

Jejak Kesempurnaan Sang Mujtahid
040.jpg
Judul Buku : Biografi Imam Syafi’i: Kisah Perjalanan dan Pelajaran Hidup Sang Mujtahid
Penulis : Dr. Tariq Suwaidan
Penerbit : Zaman, Jakarta
Tahun : I, 2011
Tebal : 312 halaman
Peresensi : Abdul Aziz MM

Khasanah intelektual Islam bagaikan bak sumur tanpa dasar. Tak akan pernah habis ditimba. Selain mewariskan karya-karya luar biasa yang menyumbang peradaban umat manusia (dari aspek keilmuan, teknologi, sastra, dan budaya), juga memberikan kita aneka artefak dan maintifak (hasil pemikiran, gagasan) yang mengagumkan.

Namun berbeda dengan warisan intelektual sekuler ataupun tradisi ilmiah dunia klasik, peradaban Islam yang berkibar lewat pesona ilmu, juga memancarkan teladan dan kharisma dari para individu yang menjadi cendekiawan di masa lalu. Agaknya, kaum cerdik pandai di dunia Islam masa lalu adalah intelektual paripurna. Teruji dalam teori, terbukti dalam budi pekerti.

Satu bukti dari sekian banyak ilmuan Muslim terkemuka adalah Imam Syafii. Kebanyakan kita mengenal tokoh ini sebagai satu dari empat Imam dari golongan Ahlussunnah wal Jamaah, atau sebagai pakar ilmu fiqh semata. Padahal, Imam Syafii adalah intelektual ensiklopedik (wawasan sangat luas), sekaligus intelektual prolific (sangat ahli dalam bidang tertentu). Dari dunia ilmu, ia ahli sastra, balagah, ilmu hadis, bahasa Arab, bahkan juga kedokteran.

Menurut pengakuan salah satu ulama yang dipetik buku ini, setiap ucapan yang dikeluarkan Imam Syafii adalah bagaikan gula (halaman 106). Sampai-sampai, buku ini juga menyebut bahwa jika saja Imam Syafii tidak menjadi ahli Hadist maka mungkin ia akan menjadi ahli pengobatan (kedokteran).

Riwayat hidupnya yang ditulis dalam buku ini adalah jejak kesempurnaan. Meski demikian, buku ini tak hanya sebagai hegiografi (sejarah orang suci, yang melulu berisi puja-puji), melainkan ditulis berdasarkan aneka sumber, ratusan referensi, berbagai testimoni, dan juga karya-karya utama dari Sang Imam.

Perjalanan Sang Imam diulas tuntas. Sejak masih kecil Imam Syafii hijrah untuk belajar bahasa Arab di Hudzail, pada masa remajanya dihabiskan untuk menuntut ilmu di Mekah, kemudian berpetualangan ke Madinah, menjelajah ke Irak dan Mesir hingga di akhir pengabdian beliau. Gambaran perjalanan panjang dan petualangan tanpa titik inilah yang melegenda.

Buku berjudul Biografi Imam Syafi’I, Kisah Perjalanan dan Pelajaran Hidup Sang Mujahid, yang ditulis Dr Tariq Suwaidan ini merekam jejak Imam Syafi’i pada tataran penguasaan ilmu yang sangat dalam. Ia juga ahli hadist dan pakar ilmu usul fiqh, sebagai bukti keilmuannya ia mempunyai karya-karya monumental yakni kitab Al Umm dan Ar Risalah. Dua karya ini masuk dalam kategori sebagai magnum opus atau masterpiece karya-karya yang terbilang istimewa.

Selain itu Imam Syafi’i mempunyai sebutan sebagai pembela hadist (Nashiru Hadis). Totalitas dan komitmen teguh untuk mengibarkan hadist dan Al Qur’an sebagai rujukan utama dalam memutuskan setiap perkara keumatan telah diperlihatkan Imam Syafi’i. Ia kemudian mengukuhkan pijakan dasarnya itu sebagai mazhab tersendiri yang kemudian memiliki pengaruh luas. Bahkan kini terbilang paling banyak pengikutnya di sejumlah negara, seperti di penduduk Mesir, Arab Saudi (bagian barat), Suriah, Indonesia, Malaysia, Brunei, Yaman dan Bahrain.

Padahal, jika berkaca dari konteks sosio-historis di masa ketika Imam Syafi’I hidup (paruh akhir abad kedua hijriah), gagasan utamanya itu berada di luar mainstream (di luar arus utama). Sejarah mencatat, waktu itu adalah puncak intelektual Islam berkibar penuh pesona. Bermacam aliran (firqah) tumbuh menguat. Sejumlah ideologi termasuk Syiah, Sunni, Mu’tazilah, dan Khawarij bermunculan. Telah hadir pula para ulama dan imam besar.

Namun, berkat kecintaannya kepada ilmu dan hasil dari perjalanan panjang, Imam Syafi’I bisa memperoleh pengikut dan pengakuan dari banyak pihak. Ia tidak terjebak dalam dua arus utama dalam hal ilmu fiqh, yaitu condong kepada teks hadist semata, atau lebih berpijak pada nalar (ray’i). Imam Syafi’I berhasil mengkombinasikan antara fiqh Imam Hanafi (condong pada nalar) dan fiqh Imam Maliki (yang berat pada teks hadist). Pada akhirnya Ia melahirkan fiqh dengan metode baru yang disusunnya sendiri (halaman 156).

Meski begitu, kemunculannya dengan metode baru ini tak sekedar pelengkap. Lantaran kepakarannya sudah diakui oleh siapapun, termasuk oleh para Imam besar saat itu. Termasuk oleh Imam Hanafi, tak segan menyebutnya sebagai ensiklopedia berjalan.

Dari olahan Sang Imam inilah kemudian dunia Islam memperoleh mutiara hikmah tak berbanding. Corak pemikiran Sang Imam relatif moderat, adaptif, dan paling penting adalah ilmiah. Beliau mengokohkan prinsip dalam mempertimbangkan masalah keagamaan dengan berdasar pada Al Quran dan Hadis, Ijma Ulama, pendapat sahabat, dan qiyas. Inilah berbagai fakta dan informasi penting yang tersaji di buku ini. Sebuah karya yang sangat patut kita baca.

* Pengelola Renaisant Institute Tinggal di Yogyakarta

(Ngaji of the Day) Cara dan Hukum Melaksanakan Haul


Cara dan Hukum Melaksanakan Haul



Kalau kita amati, akhir-akhir ini banyak dijumpai acara haul, baik yang diselenggarakan perorangan maupun organisasi. Ada yang dilangsungkan secara sederhana, dengan memanggil kerabat serta tetangga dekat, untuk bersama-sama melaksanakan tahlil atau khataman Al-Qur’an.



Adapula yang mengundang dai atau ulama untuk memberikan wejangan keagamaan dan mau’idhah hasanah, dalam suatu forum terbuka yang populer dengan pengajian umum.


Meski budaya haul sudah berjalan sejak lama di Indonesia dan menjadi tradisi, ada sebagian orang yang menganggapnya sebagai perbuatan terlarang dengan anggapan bid’ah, tidak bermanfaat baginya.



Untuk mengetahui status hukum haul, tidak bisa dilepaskan dari bentuk kegiatan dalam rangkaian acaranya. Artinya, menghukumi haul sama saja dengan menghukumi perbuatan yang terdapat dalam perhelatan itu sendiri.



Haul sebenarnya diserap dari bahasa Arab al-haul yang berarti tahun. Dalam bab zakat sebagaimana kita jumpai dalam literatur-literatur fiqih, haul menjadi syarat wajibnya zakat hewan ternak, emas, perak, serta harta dagangan. Artinya, kekayaan tersebut baru wajib dikeluarkan zakatnya bila telah berumur satu tahun.



Dari hal itu tampak adanya kesesuaian antara makna lughowi haul dengan acara ‘haul’ dimaksud. Sebab, dalam kenyataannya acara haul dilakukan satu tahun sekali, pada hari kematian /wafatnya orang yang di hauli. Jika kita perhatikan, muatan peringatan haul tidak lepas dari tiga hal.



Pertama, tahlilan dirangkai doa kepada si mayit. Kedua, pengajian umum yang kadang dirangkai dengan pembacaan secara singkat sejarah orang yang di hauli, yang mencakup nasab, tanggal lahir atau wafat, jasa-jasa, serta keistimewaan yang kiranya patut diteladani. Ketiga, adalah sedekah, baik diberikan kepada orang-orang yang berpartisipasi pada dua acara tersebut, atau diserahkan langsung ke rumah masing-masing. Status hukum tiga hal tersebut, dengan sendirinya akan menentukan hukum haul.



1. Tahlil/baca Al-Quran/mendoakan mayit.


Mayoritas ulama dari empat mazhab, sebagaiman diterangkan Syeikh KH.Ali Ma’sum Al-Jogjawi (dari jogakarta) dalam kitab Hujjah Ah Assunnah wa Al-jam’ah, berpendapat pahala ibadah atau amal saleh yang dilakukan orang yang masih hidup bisa kepada kepada mayit. Pengertian atau amal saleh di sini umum, mencakup bacaan Al-Quran, dzikir, sedekah dan lain-lain. Mendoakan juga berguna baginya. Mendoakan orang yang telah meninggal jelas berbeda dengan berdoa kepadanya.


Yang pertama berarti memintakan kepada Allah Swt. Agar mendapat pengampunan, tempat yang layak di akhirat atau agar di bebaskan dari siksa. Hal itu tentu saja diperbolehkan. Bahkan, termasuk beberapa amal jariyah yang pahalanya terus mengalir adalah anak saleh yang mendoakan orang tuanya.


Sedang yang kedua, berdoa kepada si mayit, jelas dilarang dan bisa menjurus kepada perbuatan syirik (surat Yunus ayat 106). Berdao atau meminta sesuatu pada mayit berbeda pula dari tawassul (surat Al-Maidah ayat 35)


2. Pengajian


Pengajian merupakan salah satu dakwah billasan (dengan ucapan). Untuk memberikan wawasan, bimbingan dan penyuluhan yang bertujuan meningkatkan kualitas ketakwaan kaum muslimin, dengan jalan memperluas pemahaman mereka tentang ajaran agamanya. Peningkatan iman dan takwa diharapkan akan mendorong melakukan amal saleh, baik ibadah ritual, individual, maupun social.


Dari sana pula diharapkan moralitas dan etika dikalangan masyarakat meningkat. Pola dakwah dalam bentuk pengajian memiliki beberapa kelebihan, di sampinng kekurangan. Kelebihannya, peserta tak perlu mengeluarkan biaya, dapat menampung jumlah yang banyak dari berbagai lapisan, temanya bisa disesuikan dengan kebutuhan masyarakat setempat, dan pesan-pesanya disampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami dan dicerna sesuai kadar intelektual pesertanya.


Melihat tujuan-tujuan tersebut, kita tidak perlu memper-masalahkan status hukum pengajian, asal pesan-pesan yang di sampaikan tidak menyimpang dari ajaran Islam. Pengajian termasuk pelaksanaan amal ma’ruf nahi munkar.


3. Sedekah


Adapun sedekah yang pahalanya di berikan/hadiahkan kepada mayit, pada dasarnya diperbolehkan. Karena hal itu termasuk amal saleh, seperti disinggung di atas.


Dari keterangan tersebut, jelas aktivitas dalam rangkaian upacara haul dibenarkan adanya. Maka dengan sendirinya haul itu sendiri tidak dilarang.



Sumber: NU Online

(Do'a of the Day) 04 Rabiul Akhir 1433H


Bismillah irRahman irRaheem



In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind


Assalaamu 'alaika,

Mir rabbis samaa-i.

Assalaamu 'alaika,

Daama bilan qidhaa-i.



Assalaamu 'alaika,

Ahmadu yaa habiibii.

Assalaamu 'alaika,

Thaahaa yaa thabiibii.



Semoga keselamatan tetap kepadamu,

Dari Tuhan Penguasa langit.

Semoga keselamatan tetap kepadamu,

Tanpa terputus.



Semoga keselamatan tetap kepadamu,

Wahai Kanjeng Nabi Muhammad kekasihku.

Semoga keselamatan tetap kepadamu,

Wahai Thaha (Kanjeng Nabi Muhammad) pengobat rinduku.



Allaahumma shalli wa sallim wa baarik 'alaihi.

Ya Allah, limpahkanlah rahmat, salam dan berkah kepada Nabi SAW.



[]



Dari Kitab iqdl al-Jawahir ditulis oleh Syekh Jafair Al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim

Jumat, 24 Februari 2012

(Masjid of the Day) Ada Darussalam di Tengah Hiruk Pikuk Keramaian Ragunan

Hampir tidak ada tempat wisata yang sepi pengunjung di hari libur. Apalagi tempat wisata yang murah meriah, merakyat, dan lokasinya mudah dijangkau seperti Taman Margasatwa Ragunan di Jakarta Selatan ini. Dengan harga tiket masuk ‘hanya’ sebesar Rp 3.000 untuk anak-anak dan Rp 4.000 untuk dewasa, kita sudah dapat menikmati seluruh kekayaan dan keanekaragaman fauna Indonesia yang ada di sana sepuasnya. Di dalamnyapun, tersedia tempat untuk mengaso, beristirahat, sembari membasuh muka.

berdiri di tengah-tengah tempat wisata yang ramai...



darussalam namanya...



tempat untuk membasuh muka benar2 penuh sesak...



sampai-sampai pengurusnya membuat tempat tambahan di luar, itupun harus tetap antri panjang...



di halaman pelatarannya pun tidak kalah ramainya dengan jama'ah ceria yang sekaligus beristirahat...



khas udara jakarta selatan, maka di dalam tetap terasa sejuk walaupun tanpa pendingin dan jama'ah yang penuh...


Silahkan ajak seluruh keluarga anda untuk merasakan kesejukannya di sana.

Portal Baru, Semangat Baru

(Khotbah of the Day) Bukti-Bukti Cinta kepada Sang Nabi


Bukti-Bukti Cinta kepada Sang Nabi





ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا. أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون.



Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah


Dalam kesempatan yang mulia ini, marilah kita terus-menerus meningkatakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Swt., dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-larangan-Nya, sebab hanya degan iman dan taqwa yang sesungguhnya, kebahagiaan dan keselamatan dunia sampai akhirat akan kita miliki. Mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan hamba Allah yang mendapat rida-Nya dan senantiasa dalam rahmat sertalindungan-Nya, bahagia dunia dan akhirat, amin.



Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah


Kita telah memasuki bulan yang bersejarah yakni bulan dimana Rasulullah Saw. Dilahirkan, Rasul pembawa ajaran terkhir, yang mengeluarkan manusia dari gelap gulita kekafiran dan menyelamatkannya dari tepi jurang neraka. Unuk itu sudah seharusnya kita tergugah untuk memperingatinya dengan bentuk amal saleh sebagai ungkapan cinta kita kepada Rasulullah Saw.


Sebagai umat Muhammad Saw. yang mencintai beliau, sudah sepantasnya jika hari kelahiran baginda Nabi Saw. Ini, kita merayakan dan memperingatinya dengan kegiatan yang sesuai dengan anjuran syariat Islam sebagai bukti cinta kita kepada beliau. Dan bukan sebalaiknya, memperingati maulid dengan kemaksiatan dan kemungkaran yang bertolak belakang, kata cinta kepada beliau. Peringatan malid Nabi hendaklah dijadikan momentum penyelenggaraan kecintaan dan ketaatan pada ajaran yang di bawa oleh beliau. Allah Swt. Berfirman:



قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُوني‏ يُحْبِبْكُمُ اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحيمٌ قُلْ أَطيعُوا اللهَ وَ الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لا يُحِبُّ الْكافِرينَ



Artinya:
“Katakanlah, ‘jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’ Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.” (QS. Ali-Imron: 31-32)



Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah


Manifestasi cinta kepada Rasulullah Saw. Agaknya memerlukan penyelenggaraan kembali pada akhir-akhir ini, sebab merupakan tuntunan ajaran agama yang harus dijaga kemurniannya, jangan sampai diarahkan kepada hal-hal yang menyimpang. Hal ini penting untuk diingat, sebab pada akhir-akhir ini terliahat gejala-gejala yang perlu mendapat perhatian dan pelurusan, diantarnya, bentuk kegiatan peringatan maulid yang hanya sekedar kegiatan rutinitas untuk menghabiskan anggaran biaya yang sangat besar tanpa disemangati kecintaan kepada Rasulullah,sehingga bentuk-bentuk peringatannya terkadang menyimpang jauh, bahkan bertentangan dengan logika kecintaan kepada beliau.


Ketika kita mengadakan peringatan mauid Nabi Muhammad Saw. Untuk itu, nilai ritual yang ada didalamnya harus mencerminkan logika kecintaan kepada beliau, bukan yang kontradiktif dengan logika cinta. Perhatikan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas r.a. berikut ini:



عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: من أحب سنتى فقد أحبنى ومن أحبنى كان معى فى الجنة.



Artinya:
“Diriwayatkan dari Anas r.a., dari Rasulullah Saw., bahwa beliau bersabda, barang siapa mencintai sunnahku maka sungguh ia telah mencintai aku, maka ia bersamaku di surga”



Di dalam kitab durrotun Nasihin di jelaskan:



فمن أحب أن ينال رؤية النبي عليه الصلاة والسلام فليحبه حبا شديدا وعلامة الحب الاطاعة فى السنته السنية واكثار الصلاة عليه لأن النبي صلى الله عليه وسلم قال من أحب شيئا اكثر من ذكره

Artinya:
“Maka barang siapa menginginkan dapat melihat Rasulullah Saw., hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan yang sungguh. Adapun tanda-tanda cinta Rasul itu adalah mengikuti Sunnah beliau yang mulia dan memperbanyak berselawat untuk beliau, sebab Rasulullah Saw, telah bersabda, ‘barang siapa mencintai sesuatu, maka ia tentu banyak menyebutnya,”



Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah


Mecermati hadis di atas, dapatlah kita ketahui bahwa inti dari cinta kepada Rasulullah Saw. Adalah mengikuti dan meneladani sunnah-sunnah beliau dan memperbanyak membaca selawat kepada beliau. Dengan kata lain, ungkapan rasa cinta kepada beliau harus diaktualisasikan dalam bentuk sikap dan perbuatan yang berorientasi kepada nilai religi, bukan sebatas formalitas belaka. Karena ujung dari rasa cinta itu adalah peningkatan kualitas diri dalam pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh beliau.


Pengakuan cinta kepada beliau haruslah disertai perbuatan yang mencerminkan kecintaan kepada beliau,bila tidak, maka sama saja cinta itu bohong adanya. Perhatikan pernyataan salah seorang waliyullah Hatim Az Zahid berikut ini:



من ادعى حب النبي صلى الله عليه وسلم من غير اتباع السنة فهو كذاب



Artinya:
“Barang siapa mengaku cinta Rasulullah Saw.tanpa mau mengikuti perilaku beliau, maka ia adalah seorang pembohong.”



Hadrin Jamaah Jum’at Rahimakumullah


Oleh karena itu, bulan Rabiul Awal ini kita jadikan momentum untuk menyegarkan kecintaan kita kepada beliau, sekaligus mentaati dan mengikuti sunnah-sunnah beliau. Hal ini sangat refleksi dari cinta Rasul yang sesungguhnya, agar kelak kita memperoleh syafaat beliau yang artinya:


“Diriwayatkan dari Aisyah.r.a., dia berkata, ‘barang siapa mencintai Rasulullah Saw., maka ia memperbanyak membaca selawat untuk belaiu. Adapun buahnya adalah memperoleh syafaat beliau dan dapat dan dapat menyertai beliau di surga’”


Allah Swt. Berfirman:



مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا



Artinya:


Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang sia yang berpaling dari (ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.  (QS. An-Nisa’: 80)



Hadrin Jamaah Jum’at Rahimakumullah


Semoga peringatan demi peringatan maulid Nabi Saw. Yang diselenggarakan oleh kaum muslimin, benar-benar merupakan ekspresi kecitaan kepada beliau, dengan kesediaan penuh untuk menaati dan mengikuti sunnah-sunnah beliau, sehingga kita akan mendapatkan syafa’at beliau, dan dapat bersama orang yang kita cintai itu di dalam surga, amin.





بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ



Khotbah Kedua



اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي



التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ





Sumber: NU Online