Selasa, 31 Januari 2012

Ditemani Segelas Kopi

(Buku of the Day) Membuka Pintu Langit

Momentum Mengevaluasi Perilaku
034.jpg
Judul : Membuka Pintu Langit
Penulis : A. Mustofa Bisri
Penerbit : Penerbit Buku Kompas
Cetakan : Pertama, Agustus 2011
Tebal halaman : viii + 216
Peresensi : Yayan Rubiyanto

Moral dan etika masyarakat tampaknya menjadi hal penting yang perlu mendapat perhatian. Berbagai kasus kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa negara kita terjangkit penyakit degradasi moral. Banyak media mensoroti kasus-kasus kekerasan yang terus saja terjadi, sebut saja kasus ‘Mesuji’, kasus ‘Bima’, kasus freepot, dan lain sebagainya.

Terlepas dari sudut pandang hukum, ternyata ‘masyarakat atas’ seakan dengan seenaknya menerapkan kebijakan yang menimbulkan keresahan dikalangan ‘masyarakat bawah’ sehingga muncul protes dari pihak yang merasa dirugikan. Namun bukan hati nurani yang dikedepankan sebaliknya kekuatan ditunjukan disana, akibatnya bentrok tidak dapat dihindarkan. Masyarakat bawah mudah sekali marah. Begitu pula masyarakat atas telah mengabaikan peran mereka yang seharusnya mengayomi masyarkat yang dibawahnya.

Bukan hanya hal-hal tersebut, di negeri yang berpenduduk mayoritas muslim ini ternyata umat beragamanya masih dengan mudah mencela bahkan berbuat anarkis terhadap orang atau kelompok agama lain yang berbeda. Tidak berhenti sampai disitu, kekerasan antar kelompok dalam satu agama pun kerap terjadi di negeri ini. Seperti kasus kekerasan terhadap penganut Ahmadiyah yang terjadi berulang-ulang dan yang terkini yaitu kasus penyerangan terhadap penganut Syiah di Sampang.

Hanya karena beda interpretasi terhadap suatu pemahaman keagamaan, bukannya pendekatan dialog cerdas yang digunakan namun lagi-lagi kekerasan yang ditempuh. Kekerasan seakan-akan dianggap menjadi cara untuk menegakkan kebenaran. Mereka menggunakan bahasa kasar, mencela orang lain, menggunkan cara yang tidak sesuai dengan norma dan moral untuk menyampaikan suatu kema’rufan, kebaikan, dan kebenaran -menurut pandangan mereka-. Mereka tidak menyadari bahwa suatu kebaikan hendaknya disampaikan dengan baik, bukan dengan cara-cara yang melanggar moral dan etika. Masih banyak sisi lain dalam kehidupan masyarakat di bangsa ini yang mengabaikan moral dan etika.

Buku yang ditulis oleh Gus Mus -panggilan akrab A. Mustofa Bisri- ini menyoroti berbagai hal terutama yang berkaitan dengan moralitas masyarakat. Baik itu masyarakat yang duduk di kursi kekuasaan (pemerintah), wakil rakyat, politikus, pengusaha, umat beragama bahkan rakyat biasa. Dengan gaya bahasa yang lugas dan sederhana, dalam buku yang terdiri dari beberapa sub judul ini penulis menuangkan keperihatinan akan perilaku segenap elemen masyarakat yang mengindikasikan degradasi moral yang kerap dilupakan oleh kebanyakan orang. Sekaligus memberikan pencerahan dan membeningkan hati kita.

Seperti yang diungkapkan di halaman 102: Begitu fanatiknya terhadap kepentingan diri sendiri atau paling banter kelompoknya sendiri, sampai-sampai tega merugikan kepentingan pihak lain, bahkan kepentingan bersama. Malah ada yang berani dengan enteng menggunakan firman Tuhan untuk mendukung kepentingannya itu. Di halaman 17: Lihatlah mereka yang berebut mencium hajar aswad. Apakah sebenarnya yang mendorong mereka begitu semangat? Apakah mereka ingin mencari ridla Allah atau untuk menyenangkan diri sendiri? Kalau untuk mencari ridla Allah, mengapa tega menyikut hamba-hambaNya yang lain yang notabene saudara mereka sendiri?. Di halaman 81: Di rumah keluarga bertikai, bahkan ada yang saling bantai. Di jalan anak-anak sekolah atau para demonstran serta aparat bertengkar dan tawuran.

Semoga kita belum lupa akan pemberitaan tentang beberapa politikus sanayan yang melakukan hal yang tidak beretika dan bermoral seperti ketika sidang resmi berkata dengan perkataan kotor dan saling pukul. Tindakan mereka tersebut tidak jauh berbeda dengan tindakan sebagian rakyatnya. Dalam bukunya halaman 82 Gus Mus menulis : “untunglah” wakil-wakil rakyat kita begitu jeli melihat “aspirasi” rakyat yang mereka wakili dan begitu profesional dalam menyalurkan bahkan amarah rakyat.

Latar belakang penulis yang tidak lain adalah seorang kiai, budayawan dan cendekiawan muslim meneguhkan kepiawaian penulis dan keunikan isi buku ini. Buku ini memandang persoalan dari berbagai sudut pandang, setidaknya sudut pandang yang sesuai dengan latar belakang penulis tersebut.

Di beberapa bagian buku ini, penulis mencantumkan pesan-pesan agama untuk menguraikan masalah yang penulis kutip dari Al Quran, Al Hadith, atsar sahabat, bahkan hikmah-hikmah ulama yang tertuang dalam kitab-kitab religius yang jarang dikaji orang.

Di bagian salah satu sub judul, penulis mengulas tentang pemimpin yang rendah hati dengan mengutip sebagian isi kitab Nihayat Al Arab karya Syeikh Ahmad Ibn Abdul Wahab An Nuwaery yang menceritakan akhlak Rasulullah ketika tangan beliau dicium oleh seseorang lantas beliau menolak. (halaman 8).

Penulis juga mencantumkan unsur kebudayaan dengan menukil nama-nama punakawan, tokoh-tokoh dalam cerita dongeng Jawa yang hampir selalu ada di sekeliling raja untuk menyoroti keberadaan orang-orang di sekitar Presiden Gus Dur pada waktu itu yang disindir penulis dengan pertanyaan apakah diantara mereka ada juga punakawan yang arif dan ikhlas seperti Semar? (halaman 124). Di bagian lain penulis mengutip analogi yang pernah dilontarkan mendiang WS Rendra saat penulis menyoroti bangsa Indonesia ini yang mudah marah. Jangan main-main dengan bangsa Indonesia yang menurut Rendra sudah seperti rumput kering yang mudah terbakar ini. Jangankan pulau diserobot, gara-gara sepuluh ribu rupiah saja, orang Indonesia bisa membunuh mertua atau kakeknya sendiri.(halaman 81-82).

Buku ini memberikan kita wawasan, pembelajaran, pencerahan, dan mengajak kita untuk menengok moral serta perilaku masing-masing. Ia mengajak diri kita untuk muhasabah (mengevaluasi) perilaku kita dalam hubungannya dengan antar sesama, lingkungan maupun dengan Tuhan.

* Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga dan Santri Ma’had Aly PP. Al Munawwir Krapyak Yogyakarta

(Ngaji of the Day) Penciptaan Tubuh Suci Kanjeng Nabi Muhammad – 2

Penciptaan Tubuh Suci Kanjeng Nabi Muhammad – 2

Hawa' 'alaihassalam melahirkan empat puluh anak dari Adam 'alaihissalam, dalam dua puluh kali kelahiran; tetapi ia melahirkan Seth [atau Syits] 'alaihissalam secara terpisah, sebagai kehormatan bagi junjungan kita Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam, yang cahayanya berpindah dari Adam ke Seth. Sebelum wafatnya, Adam menitipkan pemeliharaan anak-anaknya kepada Seth, dan ia pun, sebagai gilirannya, mempercayakan pada anak-anak tersebut, wasiat dari Adam: untuk menaruh cahaya itu hanya pada wanita yang suci. Wasiat ini berlanjut, abad demi abad, sampai Allah memberikan cahaya itu kepada Abdul Muttalib dan putranya, Abdullah. Dengan cara inilah, Allah menjaga kemurnian silsilah tanpa cela dari Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam, dari perzinahan orang-orang bodoh.

Ibn 'Abbas radiyAllahu 'anhu berkata, "Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Tak satu pun perzinahan jahil menyentuh kelahiranku. Aku dilahirkan tidak lain hanya dengan pernikahan Islam.'"

Hisyam ibn Muhammad Al-Kalbi meriwayatkan bahwa ayahnya berkata, "Aku menghitung bagi (silsilah) Nabi Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam ada lima ratus ribu ibu, dan tak kutemukan di antara mereka satu jejak pun perzinahan, atau apa pun dari interaksi orang-orang bodoh."

Ali radiyAllahu 'anhu berkata bahwa Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku datang dari pernikahan, aku tidak datang dari perzinahan; dari Adam hingga diriku dilahirkan dari ayah dan ibuku, tak satu pun perzinahan orang jahil yang menyentuh diriku."

Ibn 'Abbas radiyAllahu 'anhu berkata bahwa Nabi Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda, "Orang tua moyangku tak pernah melakukan perzinahan. Allah menjaga memindahkanku dari sulbi yang baik ke rahim yang suci, murni dan tersucikan; kapan saja ada dua jalan untuk berpindah, aku menuju ke yang terbaik di antara mereka."

Anas radiyAllahu 'anhu berkata bahwa Nabi Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam membaca, "La qad jaa-akum Rasuulum min Anfusikum" [QS. 9:128], dan bersabda, "Aku adalah yang terbaik di antara kalian dalam silsilahku, dalam hubungan-hubungan-ku dan nenek moyangku: tak ada perzinahan pada ayah-ayahku dalam setiap tingkat hingga ke Adam."

'Aisyah radiyAllahu 'anhu meriwayatkan dari Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam bahwa Jibril 'alaihissalam berkata, "Aku telah meneliti Bumi dari timur ke barat, dan tak kutemui seorang manusia pun yang lebih baik dari Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam, dan tak kutemui seorang anak laki-laki dari ayah mana pun yang lebih baik dari anak-anak Hasyim (Bani Hasyim)."

Dalam Sahih Al-Bukhari, Abu Hurairah radiyAllahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda, "Aku telah diutus dari generasi terbaik dari Anak-anak Adam, satu demi satu hingga aku mencapai keadaanku sekarang ini."

Dalam Sahih Muslim, Watsila ibn al-Aska' meriwayatkan bahwa Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda, "Allah telah memilih Kinana dari anak-anak Isma'il, dan Quraisy dari Kinana, dan dari Quraish, anak-anak Hasyim, dan akhirnya memilihku dari Bani Hasyim."

Al 'Abbas radiyAllahu 'anhu berkata Nabi Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda, "Allah menciptakan makhluq, dan menempatkanku dalam kelompok-kelompok terbaik, dan yang terbaik dari dua kelompok; kemudian Ia memilih suku, dan menaruhku pada yang terbaik di antara keluarga-keluarga mereka. Karena itulah, aku memiliki kepribadian terbaik, ruh dan sifat terbaik, dan memiliki asal-usul terbaik di antara mereka."

Ibn 'Umar radiyAllahu 'anhu berkata bahwa Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda, "Allah memeriksa ciptaan-Nya dan memilih Bani Adam (manusia) dari mereka; Ia memeriksa Bani Adam dan memilih orang-orang Arab darinya; Ia memeriksa kaum Arab dan memilihku dari antara mereka. Karenanya, aku selalu menjadi yang terpilih di antara yang terpilih. Lihatlah, orang-orang yang mencintai kaum Arab, adalah karena cinta kepadaku hingga mereka mencintai kaum Arab, dan mereka yang membenci kaum Arab, adalah karena mereka membenciku hingga mereka pun membenci Arab."

Ketahuilah bahwa Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam tidaklah terkait (memiliki) secara langsung pada saudara laki-laki atau perempuan siapa pun dari orang tua-orang tuanya; beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam adalah anak satu-satunya meraka dan silsilah mereka berhenti pada beliau. Dengan begitu, beliau secara eksklusif 'memegang penuh' suatu silsilah yang Allah SWT inginkan menjadi yang tertinggi yang dapat dicapai suatu kenabian, dan yang memegang puncak kehormatan.

Jika Anda memeriksa status silsilah beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam dan mengetahui kesucian kelahiran beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam, Anda akan yakin bahwa silsilah beliau adalah suatu keturunan dari ayah-ayah yang terhormat, karena beliau adalah Al-Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam, Al 'Arabi sall-Allahu 'alaihi wasallam, Al Abtahi sall-Allahu 'alaihi wasallam, Al Harami sall-Allahu 'alaihi wasallam, Al Hasyimi sall-Allahu 'alaihi wasallam, Al Quraisyi sall-Allahu 'alaihi wasallam, elite dari Bani Hasyim, seseorang yang telah dipilih dari suku-suku terunggul bangsa Arab, dari silsilah terbaik, keturunan paling mulia, cabang yang paling subur, pilar tertinggi, asal usul terbaik, akar-akar terkuat, memiliki lidah terfasih, gaya bicara terhalus, derajat kebajikan) yang paling memberatkan, iman paling sempurna, persahabatan paling kuat, kaum kerabat paling terhormat dari kedua pihak orang tua, dan dari tanah Allah yang paling mulia. Beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam memiliki banyak nama dan yang paling terkemuka adalah Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam ibn (putra) Abdullah. Beliau juga adalah putra Abdul Muttalib, yang namanya adalah Syaybat-ul Hamd, anak Hasyim, yang namanya adalah Amr; anak dari Abd Manaaf, yang namanya adalah al-Mughiirah, anak dari Qusai, yang namanya adalah Mujammi', anak dari Kilaab, yang namanya Hakiim, ibn Murra, ibn Ka'b (dari suku Quraisy), ibn Lu'ai, ibn Ghalib, ibn Fihr, yang namanya adalah Kinana, ibn Khuzaima, ibn Mudrika, ibn Ilias, ibn Mudhar, ibn Nizar, ibn Ma'add, ibn Adnan.

Ibn Dihia berkata, "Para ulama setuju dan kesepakatan ulama adalah bukti bahwa Nabi Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam telah menyebutkan silsilah beliau hingga Adnan, dan tidak menyebutkan di atas itu."

Ibn 'Abbas radiyAllahu 'anhu meriwayatkan bahwa kapan saja Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam menyebutkan silsilahnya beliau tak pernah menyebut di atas Ma'add, ibn Adnan, dan akan berhenti, dengan mengatakan, "Para genealogis (ahli silsilah) telah berbohong." Beliau akan mengulangi ucapannya itu dua atau tiga kali. Ibn 'Abbas juga berkata, "Di antara Adnan dan Isma'il ada tiga puluh ayah yang tak diketahui [namanya, red.]."

Allahumma salli afdalas salaati 'ala habiibikal Mushtofa Sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wasahbihi wasallaam

(Do'a of the Day) 08 Rabiul Awwal 1433H

Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Yaa rabbi waskin naa jinaanak,
Yaa rabbi ajirnaa min 'adzaabik.
Yaa rabbi warzuq nas syahaadah,
Yaa rabbi hithnaa bis sa'aadah.

Ya Allah Tuhan kami, berilah kami tempat tinggal di surga-Mu,
Ya Allah Tuhan kami, jauhkanlah kami dari adzab-Mu.
Ya Allah Tuhan kami, berilah kami rezeki dengan mati syahid,
Ya Allah Tuhan kami, bahagiakanlah kehidupan kami.

[]

Dari Kitab iqdl al-Jawahir ditulis oleh Syekh Jafair Al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim

Senin, 30 Januari 2012

Hampir Maghrib

(Ngaji of the Day) Penciptaan Tubuh Suci Kanjeng Nabi Muhammad – 1

Penciptaan Tubuh Suci Kanjeng Nabi Muhammad – 1

Ka'ab al Ahbaar radhiy-Allahu 'anhu mengatakan, "Ketika Allah SWT menginginkan untuk menciptakan Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam, Ia memerintahkan Malaikat Jibril untuk membawa kepada-Nya tanah liat yang menjadi jantung dari bumi, yang menjadi kemegahan dan cahayanya. Jibril pun turun, ditemani beberapa malaikat dari Tempat Tertinggi di Surga. Ia mengambil segenggam tanah untuk penciptaan Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam dari suatu tempat yang kini menjadi makam suci beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam; tanah itu berkilau putih cerah. Kemudian ia meremas dan mengadon tanah itu dengan air ciptaan terbaik dari Air Terjun Surgawi Tasniim, yang berada dalam sungai-sungai jernih yang mengalir di Surga. Ia mengadoninya sampai tanah itu menjadi suatu mutiara putih dengan pancaran warna putihnya yang cemerlang. Para malaikat membawanya, mengelilingi 'Arasy Surgawi dan gunung-gunung dan samudera. Dengan begitu, para malaikat dan seluruh makhluq menjadi tahu akan keberadaan junjungan kita Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam dan kehormatan beliau; sebelum mereka mengetahui Adam."

Ibn 'Abbas radhiy-Allahu 'anhumengatakan, "Asal usul dari tanah liat Nabi Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam adalah dari pusat bumi, di Makkah, di titik di mana Ka'bah berdiri. Karena itu pula, Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam menjadi asal usul penciptaan, dan semua makhluq ciptaan adalah pengikut-pengikut beliau."

Pengarang Awarif al Ma'arif [al-Suhrawardi], berkata bahwa ketika Banjir meluap, menebarkan busa ke seluruh penjuru, esensi dari Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam berhenti hingga ke suatu tempat di dekat tanah kubur beliau di Madinah, sehingga beliau sall-Allahu 'alaihi wasallam menjadi seseorang yang termasuk dalam Makkah maupun Madinah.

Diriwayatkan bahwa ketika Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan Adam 'alaihissalam, Ia Subhanahu Wa Ta'ala mengilhamkan kepada Adam untuk bertanya, "Wahai Tuhan, mengapakah Engkau memberiku nama panggilan, Abu Muhammad (ayah dari Muhammad)?" Allah menjawab, "Wahai Adam, angkat kepalamu." Adam pun mengangkat kepalanya dan ia melihat cahaya dari Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam dalam kanopi 'Arsy. Adam kemudian bertanya lagi, "Wahai Tuhan, cahaya apakah ini?" Allah menjawab, "Ini adalah cahaya dari seorang Nabi keturunanmu. Namanya di Surga adalah Ahmad, dan di Bumi namanya Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam. Jika bukan demi dirinya, tentu Aku tidak akan menciptakan dirimu, tidak pula Langit, tidak pula Bumi."

'Abd al-Razzaq meriwayatkan, dari Jabir bin 'Abdullah radhiy-Allahu 'anhu, bahwa ia berkata, "Ya RasulAllah, semoga ayahku dan ibuku dikorbankan demi dirimu, ceritakan padaku tentang hal pertama yang Allah ciptakan, sebelum yang lain-lainnya." Beliau menjawab, "Wahai Jabir, Allah menciptakan, sebelum apa pun yang lain, cahaya Nabimu dari cahaya-Nya. Cahaya itu mulai bergerak ke mana pun Allah kehendaki dengan Qudrat Ilahiah Allah. Pada saat itu belum ada Tablet (Lauh) belum pula Pena; belum ada Surga maupun Neraka, tidak ada malaikat; tidak ada Langit, tidak pula Bumi; tak ada Matahari maupun Bulan, tak ada Jinn ataupun manusia. Ketika Allah ingin untuk menciptakan makhluq-Nya, Ia membagi cahaya itu menjadi empat bagian. Dari bagian pertama, Ia menciptakan Pena, dari yang kedua, Tablet (Lauh), dan dari yang ketiga, 'Arasy. Kemudian, Ia membagi bagian keempat menjadi empat bagian: bagian pertama membentuk para pembawa 'Arasy, bagian kedua menjadi penunjang kaki 'Arasy, dan dari bagian ketiga Ia menciptakan malaikat-malaikat lainnya. Ia kemudian membagi bagian keempat menjadi empat bagian lagi: Ia menciptakan langit dari bagian pertama, bumi-bumi dari bagian kedua, Surga dan Neraka dari bagian ketiga. Kemudian Ia membagi lagi bagian keempat sisanya menjadi empat bagian: menciptakan cahaya firasat orang-orang beriman dari bagian pertama, cahaya kalbu-kalbu mereka(yaitu ma'rifat Allah) dari bagian kedua, dan dari bagian ketiga Ia ciptakan cahaya kesenangan dan kegembiraan (Uns, yaitu Laa ilaha illa Allah, Muhammadun Rasuulullah).

Suatu riwayat lain dari 'Ali ibn Al-Husain radhiy-A llahu 'anhu dari ayahnya [yaitu Husain ibn 'Ali ibn Abi Talib, peny.] radhiy-Allahu 'anhu, dari kakeknya [yaitu 'Ali ibn Abi Talib] karram-Allahu wajhahu, dari Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam yang bersabda, "Aku adalah suatu cahaya di hadapan Tuhanku, empat belas ribu tahun sebelum penciptaan Adam." Telah pula diriwayatkan bahwa ketika Allah menciptakan Adam 'alaihissalam, Ia Subhanahu Wa Ta'ala menaruh cahaya itu di punggung Adam, dan cahaya itu biasa berkilau dari bagian depannya, menelan seluruh sisa cahayanya. Kemudian Allah menaruh cahaya itu ke 'Arasy Kekuasaan-Nya, dan memerintahkan malaikat-malaikat-Nya membawanya di pundak mereka, dan memerintahkan mereka pula untuk membawa Adam berkeliling di Langit dan mempertunjukkan padanya keindahan-keindahan Kerajaan-Nya.

Ibn 'Abbas radhiy-Allahu 'anhu berkata, Penciptaan Adam adalah pada hari Jumat di sore hari. Allah kemudian menciptakan baginya Hawa', istrinya, dari satu tulang rusuk kirinya ketika ia sedang tertidur. Saat ia bangun dan melihat Hawa', Adam merasa tentram dengannya, dan ia mulai merentangkan tangannya ke Hawa'. Malaikat berkata, "Berhenti, Adam." Adam berkata, "Kenapa, tidakkah Allah menciptakannya untukku?" Mereka menjawab, "Tidak boleh hingga kau membayar mas kawin padanya". Adam bertanya, "Apa mas kawinnya?" Para Malaikat menjawab, "Dengan membaca salawat atas Muhammad tiga kali." [dan dalam riwayat lain, dua puluh kali].

Telah pula diriwayatkan bahwa ketika Adam 'alaihissalam meninggalkan Surga, ia melihat tertulis di kaki 'Arasy dan di setiap titik dalam Surga, nama Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam di samping nama Allah. Adam bertanya, "Wahai Tuhan, siapakah Muhammad?" Allah menjawab, "Dia adalah anakmu, yang jika seandainya tidak demi dirinya, tentu Aku tidak akan menciptakanmu." Kemudian Adam berkata, "Wahai Tuhan, demi anak ini, karuniakanlah rahmat pada ayahnya." Allah memanggil, "Wahai Adam, seandainya engkau akan bersyafa'at melalui Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam bagi seluruh penduduk Langit dan Bumi, Kami akan kabulkan permohonan syafa'atmu."

'Umar Ibn al-Khattab radhiy-Allahu 'anhu berkata bahwa Sayyidina Muhammad sall-Allahu 'alaihi wasallam bersabda, "Ketika Adam berbuat dosa, ia berkata, 'Ya Allah, aku memohon kepadamu demi Muhammad untuk mengampuniku.' Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman padanya, 'Bagaimana dirimu tahu akan Muhammad padahal Aku belum menciptakannya?' Adam menjawab, 'Karena ketika Engkau, Ya Tuhanku, menciptakanku dengan Tangan-Mu, dan meniupkan padaku dari Ruh-Mu, aku memandang ke atas dan melihat tertulis di kaki-kaki 'Arasy, Laa ilaaha illallah, Muhammadun Rasuulullah. Aku tahu bahwa Engkau tidak akan menaruh suatu nama di samping Nama-Mu, melainkan pastilah itu adalah nama seseorang yang paling Kau-cintai dari makhluq-Mu.' Allah berfirman, 'Oh, Adam, kau telah mengatakan kebenaran: dialah yang paling Kucintai di antara makhluq ciptaan-Ku. Dan karena engkau telah memohon pada-Ku demi dirinya, engkau kuampuni. Seandainya tidak untuk Muhammad, Aku tak akan menciptakanmu. Dialah penutup para Nabi dari keturunanmu.'"

Dalam Hadits Salman radhiy-Allahu 'anhu, diriwayatkan bahwa Jibril 'alaihissalam turun menemui Nabi sall-Allahu 'alaihi wasallam dan berkata, "Tuhanmu mengatakan, 'Jika Aku telah menjadikan Ibrahim sebagai yang Ku-cintai, sahabat dekat (khalil), Aku pun menganggapmu demikian. Tak pernah Ku-ciptakan makhluq apa pun yang lebih berharga bagi-Ku daripada dirimu, dan telah Ku-ciptakan dunia ini dan penduduknya dengan maksud untuk membiarkan mereka mengetahui kehormatanmu dan mengetahui arti keberadaanmu bagi-Ku; dan seandainya tidak untukmu, tidaklah Kuciptakan dunia ini'".
bersambung…

Allahumma salli afdalas salaati 'ala habiibikal Mushtofa Sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wasahbihi wasallaam.

(Do'a of the Day) 07 Rabiul Awwal 1433H

Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Yaa rabbi yaa saami' du'aana,
Yaa rabbi ballighnaa nazuuruh.
Yaa rabbi taghsyaanaa binuurih,
Yaa rabbi hifdhaanak wa amaanak.

Ya Allah Tuhan kami, Engkaulah yang mendengar do'a kami,
Ya Allah Tuhan kami, sampaikanlah kami untuk menziarahi Nabi.
Ya Allah Tuhan kami, terangilah kami dengan cahaya Nabi,
Ya Allah Tuhan kami, lindungilah kami dan selamatkanlah kami.

[]

Dari Kitab iqdl al-Jawahir ditulis oleh Syekh Jafair Al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim

Kamis, 26 Januari 2012

Bukan Bonek Biasa

Gus Dur: Pemilu, Demokrasi dan Kejujuran TNI

Pemilu, Demokrasi dan Kejujuran TNI
Oleh: KH. Abdurrahman Wahid

Kolom penulis dengan judul ‘PKB, TNI dan Pembelajaran Demokrasi’ (Kompas, 6/10/2003) telah memunculkan berbagai reaksi, -ada yang setuju dan ada yang tidak- dengan keadaan yang diperkirakan oleh penulis, walaupun cukup mengherankan reaksi yang tidak setuju justru sangat kecil jumlahnya. Penulis menilai hal itu menunjukkan sanagat sedikit intelektual dan pengamat kita yang memiliki/menerbitkan reaksi tertulis atas keadaan yang berkembang dewasa ini, berarti sangat sedikit alternatif yang tersedia. Dan dengan demikianopsi darialternatif yang dinyatakan pun menjadi sangat sedikit. Kebisuan ini menimbulkan pemikiran, diperlukannya pemerintah alternatif total menjadi lebih besar dari pada dahulu. Alternatif total itu, dalam bahasa yang paling kasar, berarti pengambilalihan kekuasaan pemerintahan oleh mereka yang takut adanya revolusi sosial/konflik horisontal (seperti penjarahan oleh massa). Yang paling tidak setuju revolusi sosial itu adalah TNI, para pengusaha keturunan Tionghoa, para pengusaha keturunan India dan sebagian birokrat. Ketika ditanya oleh seoang teman, penulis menjawab ia sendiri pun tidak menyukai adanya pengambil-alihan/pemindahan kekuasaan tersebut, karena sifatnya yang inkonstitusional.

Namun kalau hal itu dilakukan karena ada keyakinan/ pembuktian bahwa ada tindakan-tindakan untuk menunda pemilu legislatif maupun pemilihan umum Presiden yang direncanakan tahun 2004, -berarti ada upaya menunda pemberlakuan demokrasi yang sebenarnya di negeri kita-, maka penulis dapat mengerti mengapa diambil langkah tersebut. Penulis berpegang pada kaidah fi’qh (hukum agama): ‘setiap keputusan tentu ada sebab musababnya.’ Tindakan mengambil alih kekuasaan itu haruslah dibaca “sebagai ‘keadaan terpaksa’ sebagai alternatif terbaik dari keadaan terburuk (akhafudh al dhararain). Yaitu berupa jalan terakhir untuk menyelamatkan demokrasi yang sebenarnya. Karena penundaan pemilu (baik pemilu legislatif maupun pemilu Presiden) adalah sesuatu yang dapat saja menggagalkan upaya demokratisasi. Hal ini sudah kita rasakan, yaitu ketika terjadi pelengseran kepresidenan penulis sendiri dalam tahun 2001 secara tidak konstitusional. Jadi kalau ditilik secara jujur, pengambilalihan kekuasaan saat ini, belum tentu merupakan tindakan inkonstitusional melanggar Undang-Undang Dasar.

Apakah yang harus diperbuat jika hal itu, ”terpaksa” dilakukan? dua buah kerja harus dijalankan, yaitu pembentukan sebuah pemerintahan peralihan yang langsung menetapkan bahwa pemilu yang jujur, adil dan terbuka dilaksanakan tepat pada waktunya seperti ditetapkan undang-undang. Ini berarti persiapan yang teliti atas aparat pemilu baik KPU maupun Panwaslu. Segala macam “praktek dagang sapi“ dalam KPU harus segera disudahi, hal-hal yang “menggantung” harus segera ditentukan secara pasti. Kedua, harus disosialisasikan dan dibuktikan dengan cepat bahwa persiapan-persiapan pemilu tengah dilangsungkan dengan baik, obyektif dan jujur. Jika memang telah ditunjuk pihak leveransir kotak-kotak pemungutan suara dan kebutuhan pemilu lainnya, haruslah diberikan laporan terperinci dan terpercaya dari mereka, serta siap diperiksa oleh publik baik melalui anggota tim pemeriksa inventaris maupun masyarakat secara langsung.

Untuk memperoleh dukungan massa guna menjamin terlaksananya pemilu pada waktunya, diperlukan pendekatan kepada salah satu atau lebih partai-partai politik yang ada. Untuk itu diperlukan komunikasi terbuka dengan masyarakat umum, melalui dialog-dialog interaktif, baik di kota-kota besar maupun dikawasan-kawasan lain di tanah air kita. Obyektivitas dan “keadilan permainan” dalam pembentukan lembaga-lembaga yang diperlukan untuk itu. Selama kebersihan dan kejujuran pelaksanaan pemilu itu dapat dirasakan oleh masyarakat, dan dengan sengaja ditanyakan kepada rakyat yang menghadiri pertemuan-pertemuan umum akan hal itu, jika mereka menjawab positif maka berarti kejujuran pemilu itu sendiri dapat dijamin. Tinggalah persoalan bagaimana menghindari kecurangan dan manipulasi penghitungan suara. Kalau dalam hal ini kita tidak berhasil, maka keseluruhan pemilu tidak akan ada artinya.

Pencatatan hasil penghitungan suara menjadi sangat mementukan dalam hal ini di sinilah terletak peranan para warga TNI, yaitu memimpin dan melaksanakan penghitungan suara dengan tepat dan melaporkanya kepada sebuah badan yang adil dan dipercaya oleh dunia internasional. Untuk itu diperlukan keterbukaan mereka, dengan mempersilahkan masyarakat luas melakukan pemeriksaan langsung (cheking) langsung di tempat (baik atas pencatatan dan pengiriman laporan dari TPS dengan radio, telepon atau internet, kepada sang lembaga penerima di Jakarta. Demikian juga ada pemeriksaan langsung oleh para monitor luar negeri atas penerimaan langsung laporan dari TPS, maupun pengiriman laporan tersebut kepada pihak Internasional yang ditunjuk oleh itu.

Dengan demikian menjadi jelas arus laporan yang jujur serta obyektif dan langsung, yang akan menjadi kunci bagi keberhasilan atau kagagalan pemilu. Dampaknya sangat berarti bagi kelangsungan atau kegagalannya demokrasi pada saat ini. Jelas pula, baik pihak TNI maupun para monitor asing harus mampu bekerja sama melaporkan setiap pelanggaran yang terjadi serta upaya upaya melakukan rekayasa atas hasil-hasil pemilu itu. Di sini lalu kita sampai pada pertanyaan kunci: dapatkah TNI dipercaya menjadi penentu kejujuran dan aktivitas hasil pemilu kita sendiri? Bukankah selama ini kita saksikan banyak ‘oknum-oknum’ TNI di segala bidang melakukan kesalahan dan kecurangan?

Jika jawaban dari rangkain pertanyaan di atas negatif maka sudah tentu hasilnya nihil. Tetapi penulis tetap yakin bahwa semangat menjunjung tinggi disiplin yang selama ini tertanam kuat-kuat dalam perilaku TNI, akan dapat menjamin adanya aparat pelapor yan dapat dipercaya dari TPS ke lembaga-lembaga selanjutnya itu. Dalam hal ini penulis percaya kepada TNI karena pengalaman hidup di masa gerilya, dimana keluarga dan kerabat penulis banyak yang menjadi tentara maupun Polisi. Penulis melihat denan mata kepala sendiri bagaimana mereka mau hidup jujur dalam kekurangan, sangat mengharukan!

Bahkan, pemerintah kita pun”tidak sempat” memberikan penghargaan yang layak kepada jasa-jasa mereka, baik dalam masa serba kekurangan sebagai purnawirawan maupun yang masih berdinas aktif. Contohnya adik ayah penulis, Jenderal Mayor (purn.) Div. Brawijaya alm. A. Khaliq Hasyim, yang menjadi salah seorang pendiri BAKIN dan pembebas kota Madiun dari tangan pemberontak tahun 1948. Keluarganya pun, yaitu KH A. Hakam Khaliq tidak menuntut apa-apa sebagai pensiunan guru agama negeri pada Madrasah Mualimat di Cukir (Jombang) saat ini, ia sekeluarga tetap jujur. Apakah pemerintah juga bertindak demikian? Karena itu sikap tidak memempercayai kejujuran TNI adalah sikap yang tidak jujur juga. Memang mudah mengatakan kejujuran harus dilakukan, tetapi melaksanakannya cukup sulit, bukan?

Jakarta, 12 November 2003

(Ngaji of the Day) Pembuahan Kanjeng Nabi Muhammad

Pembuahan Kanjeng Nabi Muhammad

Suatu ketika, saat sedang tertidur di halaman Ka'bah setelah Allah menyelamatkan Abdul Muttalib dari serangan Abrahah, ia melihat suatu mimpi yang menakjubkan. Ia pun terbangun ketakutan, dan mendatangi para peramal Quraisy, untuk menceritakan mimpinya. Mereka pun berkata padanya, "Mimpi itu adalah mimpi yang benar, akan muncul dari sulbimu seseorang yang seluruh penduduk Langit dan Bumi akan percaya padanya, dan seseorang yang akan menjadi sangat terkenal." Saat itu, Abdul Muttalib menikahi Fatimah, dan ia mengandung 'Abdullah. Dari Al Zabiih (RA), yang ceritanya amat masyhur.

Beberapa tahun kemudian, saat mereka pulang kembali ke rumah setelah mengorbankan seratus ekor unta sebagai qurban untuk menyelamatkan hidupnya, 'Abdullah (RA) dan ayahnya melewati seorang peramal Yahudi bernama Fatima. Ketika ia memandang wajah 'Abdullah (RA), yang saat itu adalah seorang laki-laki paling tampan dalam suku Quraisy, ia berkata, "Aku akan berikan padamu unta-unta sejumlah yang sama dengan yang telah diqurbankan untukmu, jika kau mau berhubungan badan denganku sekarang." Peramal wanita itu berkata seperti ini karena ia melihat di wajah 'Abdullah, cahaya kenabian (nuur Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam), dan ia berharap ialah yang akan mengandung nabi termulia ini. 'Abdullah (RA) menjawab,

"Berkenaan dengan haram, kematian adalah lebih utama, dan aku tidak melihat satu halal pun dalam pandangan, dan tentang apa yang kau minta, seorang yang terhormat haruslah menjaga kehormatan dan agamanya."

Pada hari berikutnya, 'Abdul Muttalib membawa 'Abdullah untuk bertemu dengan Wahab ibn Abd Manaaf, yang merupakan pimpinan dari Bani Zuhra, tuan mereka dalam silsilah dan asal usul. 'Abdul Muttalib menikahkan 'Abdullah (RA) dengan putri Wahab, Aaminah (RA), yang merupakan wanita terbaik dalam suku Quraisy, baik dalam silsilah maupun kelahirannya. Mereka menjadi suami dan istri di hari Senin, di salah satu hari Mina, di suatu jalan gunung milik Abu Talib. Dan Aminah pun mengandung Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam.

Pada hari berikutnya, 'Abdullah (RA) pergi keluar dan melewati wanita yang pernah melamarnya sebelumnya. 'Abdullah bertanya padanya, "Mengapa kau tidak menawarkan padaku hal apa yang pernah kau tawarkan padaku kemarin?" Wanita itu menjawab, "Cahaya yang kau bawa kemarin telah meninggalkanmu; karena itu, aku tak membutuhkanmu lagi hari ini. Aku sempat berharap untuk memiliki cahaya itu dalam diriku, tapi Allah menghendakinya untuk ditaruh di tempat yang lain."

Begitu pembuahan Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam terjadi, begitu banyak pula keajaiban mulai terjadi pada Aminah. Sahl ibn 'Abdullah al-Tustari berkata, "Saat Allah menciptakan Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam dalam rahim ibunya, di suatu malam Jumat dalam bulan Rajab, Allah SWT memerintahkan Ridwan, Penjaga Surga-surga, untuk membuka Surga Tertinggi. Seorang penyeru mengumumkan di seluruh Langit dan Bumi bahwa cahaya tersembunyi yang akan membentuk Sang Nabi Pembimbing akan berdiam, pada malam itu juga, dalam rahim ibunya, di mana penciptaannya akan disempurnakan. Diwahyukan pula bahwa ia akan muncul sebagai seorang pembawa kabar gembira dan sebagai pemberi peringatan."

Diriwayatkan oleh Ka'ab Al-Ahbaar (RA), bahwa pada malam pembuahan Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam tersebut, diumumkan di Langit dan seluruh tingkatannya, dan juga di bumi dan segenap sudutnya, bahwa cahaya tersebunyi, dari mana sang Nabiyallah sall-Allahu 'alayhi wasallam diciptakan, akan mendiami rahim Aminah.

Juga, pada hari itu pula, seluruh berhala-berhala di muka bumi terbalik atas ke bawah. Suku Quraisy yang tadinya menderita karena kekeringan yang parah dan penderitaan yang berat, melalui peristiwa yang barakah ini, bumi menjadi hijau dan pohon-pohon pun berbuah, dan barakah datang pada mereka dari segala arah. Karena tanda-tanda barakah ini, tahun saat mana Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam dibuahkan dikenal sebagai Tahun Kemenangan dan Kebahagiaan.

Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa Aaminah (RA) biasa mengatakan bagaimana ia telah dikunjungi oleh para malaikat ketika ia sedang hamil dan mengandung Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam, dan ia diberitahu, "Engkau sedang mengandung seorang Tuan Pemimpin dari Ummat ini." Aminah pun berkata, "Aku tak pernah merasakan bahwa diriku tengah hamil dan mengandungnya, dan aku tak pernah mengalami kesulitan-kesulitan atau mengidam makanan seperti yang dialami wanita lainnya; aku hanya memperhatikan bahwa haidku telah berhenti. Suatu saat, seorang malaikat datang kepadaku di saat aku dalam keadaan antara tidur dan terjaga, dan ia berkata, 'Apakah engkau merasa bahwa dirimu tengah mengandung Penghulu seluruh manusia?', lalu ia pun meninggalkanku. Saat waktu kelahiran makin mendekat, ia datang lagi dan berkata, 'Katakanlah: Aku memohon perlindungan baginya dengan Yang Esa dari kejahatan setiap orang yang dengki, dan menamainya Muhammad.’"

Ibn 'Abbas (RA) berkat, "Salah satu di antara mu'jizat-mu'jizat pembuahan Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam adalah pada malam itu, setiap ekor hewan-hewan milik Quraisy berbicara dan mengatakan, 'Demi Tuhan dari Ka'bah, Utusan Allah telah dibuahkan pada rahim ibunya. Dialah pemimpin alam dan cahaya dari penghuni-penghuninya. Tak ada satu pun singgasana milik raja mana pun di dunia ini yang tidak terbalik atas ke bawah pada malam ini.' Hewan-hewan liar dari timur bergegas menemui hewan- hewan liar di barat menyampaikan kabar gembira ini, dan seperti itu pula penghuni lautan dan samudera memberi salam satu sama lain. Setiap hari pada bulan pembuahan beliau ini, ada suatu seruan di Langit dan Bumi: 'Bergembiralah, telah dekat waktunya ketika Abul Qasim akan muncul, terberkati dan beruntung.’”

Riwayat yang lain mengatakan bahwa pada malam itu, setiap dan seluruh rumah tercahayai, dan cahaya itu mencapai tempat mana pun dan setiap serta seluruh hewan pun berbicara.

Abu Zakariyya Yahia ibn Aa'its mengatakan, "Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam tinggal dalam rahim ibunya selama sembilan bulan penuh, saat mana ibunya tak pernah mengeluh sakit atau apa pun yang biasa dialami wanita hamil. Ibunya biasa berkata, 'Aku tak pernah melihat kehamilan yang lebih mudah daripada yang ini, atau yang lebih barakah.'"

Ketika Aaminah (RA) berada dalam bulan kedua kehamilannya, 'Abdullah wafat di Madinah di antara paman-pamannya dari Bani Al Najjar, dan ia dimakamkan di Al Abwa'. Diriwayatkan pula bahwa ketika 'Abdullah RA wafat, para malaikat berkata, "Wahai, Tuhan dan Raja kami, Nabi-Mu telah menjadi seorang yatim." Allah berfirman, "Aku-lah Pelindung dan Pendukungnya."

Allahumma salli afdalas salaati 'ala habiibikal Mushtofa Sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wasahbihi wasallaam.

(Do'a of the Day) 03 Rabiul Awwal 1433H

Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Yaa rabbi warhamnaa jamii'a,
Yaa rabbi warham kulla muslim.
Yaa rabbi waghfir likullli mudznib,
Yaa rabbi laa taqtha' rajaana.

Ya Allah Tuhan kami, kasih sayangilah kami semua,
Ya Allah Tuhan kami, kasih sayangilah setiap orang muslim.
Ya Allah Tuhan kami, ampunilah setiap orang muslim yang berdosa,
Ya Allah Tuhan kami, janganlah Engkau putuskan harapan kami.

[]

Dari Kitab iqdl al-Jawahir ditulis oleh Syekh Jafair Al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim

Rabu, 25 Januari 2012

Ngaji Alam - Bagaimana Cara Membuat Batako?

suatu hari, anak pertama saya, abiel, merengek-rengek pengen main ke kidzania seperti beberapa teman-temannya yang sudah pernah ke sana. mungkin si abiel sudah mendengar cerita tentang bagaimana seru nya maen di sana. "memang mas abiel nanti di sana pengen maen apa?", tanya saya.
"apa aja, yah... yang penting seru"
"ya udah, klo cuma mau yang seru, ayo ikut ayah..."
beberapa menit kemudian, dengan menyusuri kalimalang, akhirnya kami tiba di bengkel atau pabrik tempat pembuatan batako untuk maen sekaligus melihat langsung proses pembuatannya. batako, salah satu bahan bangunan yang berupa bata cetak alternatif pengganti bata merah yang terbuat dari tanah liat, yang tersusun dari komposisi antara pasir, semen, dan air, dengan perbandingan tertentu... demikian saya mulai menerangkan ke mas abiel...
pasir..
batako, DSC02591-1.JPG
dan semen jenis portland...
batako, DSC02592-1.JPG
kemudian diaduk sampai rata dengan ditambahkan air...
batako, DSC02594-1.JPG
lantas, dibentuk dengan cara dimasukkan ke dalam mesin cetak yang memiliki daya press dengan tekanan tertentu...
batako, DSC02595-1.JPG
"cepat sekali, langsung jadi, yah...", begitu komentar mas abiel... namun kondisinya masih basah...
batako, DSC02589-1.JPG
untuk itu, perlu dijemur dan diangin-anginkan terlebih dahulu.... diberi jarak beberapa senti di antara tumpukannya...
batako, DSC02584-1.JPG

dan siap dipasarkan....
batako, DSC02583-1.JPG
ayo mas, kita lihat di kantornya...
batako, DSC02550-1.jpg
"yah, batako ini yang dipakai untuk membangun rumah, yak... wah, cara bikinnya seru..!", teriak mas abiel puas dan kegirangan... sebagai ayah, saya pun ikut senang...

Durian Sudah Membesar

Di halaman kebun depan kantor, selasa pagi, 17/01/12, sepertinya sudah berdiameter ± 15 senti.

(Ngaji of the Day) Penciptaan Ruh Kanjeng Nabi Muhammad

Penciptaan Ruh Kanjeng Nabi Muhammad

Saat Allah Subhanahu wa Ta'ala mengeluarkan keputusan Ilahiah untuk mewujudkan makhluq, Ia pun menciptakan Haqiqat Muhammadaniyyah (Realitas Muhammad –Nuur Muhammad) dari Cahaya-Nya. Ia Subhanahu wa Ta'ala kemudian menciptakan dari Haqiqat ini keseluruhan alam, baik alam atas maupun bawah. Allah Subhanahu wa Ta'ala kemudian memberitahu Muhammad akan Kenabiannya, sementara saat itu Adam masih belum berbentuk apa-apa kecuali berupa ruh dan badan. Kemudian darinya (dari Muhammad) keluar tercipta sumber-sumber dari ruh, yang membuat beliau lebih luhur dibandingkan seluruh makhluq ciptaan lainnya, dan menjadikannya pula ayah dari semua makhluq yang wujud. Dalam Sahih Muslim, Nabi (SAW) bersabda bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menulis Taqdir seluruh makhluq lima puluh ribu tahun (dan tahun di sisi Allah adalah berbeda dari tahun manusia, peny.) sebelum Ia menciptakan Langit dan Bumi, dan `Arasy-Nya berada di atas Air, dan di antara hal-hal yang telah tertulis dalam ad-Dzikir, yang merupakan Umm al-Kitab (induk Kitab), adalah bahwa Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam adalah Penutup para Nabi. Al Irbadh ibn Sariya, berkata bahwa Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam bersabda, "Menurut Allah, aku sudah menjadi Penutup Para Nabi, ketika Adam masih dalam bentuk tanah liat."

Maysara al-Dhabbi (ra) berkata bahwa ia bertanya pada Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam, "Ya RasulAllah, kapankah Anda menjadi seorang Nabi?" Beliau sall-Allahu 'alayhi wasallam menjawab, "Ketika Adam masih di antara ruh dan badannya."

Suhail bin Salih Al-Hamadani berkata, "Aku bertanya pada Abu Ja'far Muhammad ibn `Ali radiy-Allahu 'anhu, `Bagaimanakah Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam bisa mendahului nabi-nabi lain sedangkan beliau akan diutus paling akhir?" Abu Ja'far radiy-Allahu 'anhu menjawab bahwa ketika Allah menciptakan anak-anak Adam (manusia) dan menyuruh mereka bersaksi tentang Diri-Nya (menjawab pertanyaan-Nya, `Bukankah Aku ini Tuhanmu?'), Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam-lah yang pertama menjawab `Ya!' Karena itu, beliau mendahului seluruh nabi-nabi, sekalipun beliau diutus paling akhir."

Al-Syaikh Taqiyu d-Diin Al-Subki mengomentari hadits ini dengan mengatakan bahwa karena Allah Ta'ala menciptakan arwah (jamak dari ruh) sebelum tubuh fisik, perkataan Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam "Aku adalah seorang Nabi," ini mengacu pada ruh suci beliau, mengacu pada hakikat beliau; dan akal pikiran kita tak mampu memahami hakikat-hakikat ini. Tak seorang pun memahaminya kecuali Dia yang menciptakannya, dan mereka yang telah Allah dukung dengan Nur Ilahiah.

Jadi, Allah Subhanahu wa Ta'ala telah mengaruniakan kenabian pada ruh Nabi sall-Allahu 'alayhi wasallam bahkan sebelum penciptaan Adam; yang Ia telah ciptakan ruh itu, dan Ia limpahkan barakah tak berhingga atas ciptaan ini, dengan menuliskan nama Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam pada `Arasy Ilahiah, dan memberitahu para Malaikat dan lainnya akan penghargaan-Nya yang tinggi bagi beliau (sall-Allahu 'alayhi wasallam). Dus, Haqiqat Nabi Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam telah wujud sejak saat itu, meski tubuh ragawinya baru diciptakan kemudian. Al Syi'bi meriwayatkan bahwa seorang laki-laki bertanya, "Ya RasulAllah, kapankah Anda menjadi seorang Nabi?" Beliau menjawab, "ketika Adam masih di antara ruh dan badannya, ketika janji dibuat atasku." Karena itulah, beliau (sall-Allahu 'alayhi wasallam) adalah yang pertama diciptakan di antara para Nabi, dan yang terakhir diutus.

Diriwayatkan bahwa Nabi (sall-Allahu 'alayhi wasallam) adalah satu-satunya yang diciptakan keluar dari sulbi Adam sebelum ruh Adam ditiupkan pada badannya, karena beliau (sall-Allahu 'alayhi wasallam) adalah sebab dari diciptakannya manusia, beliau (sall-Allahu 'alayhi wasallam) adalah junjungan mereka, substansi mereka, ekstraksi mereka, dan mahkota dari kalung mereka.

`Ali ibn Abi Thalib karram-Allahu wajhahu dan Ibn `Abbas radiy-Allahu 'anhu keduanya meriwayatkan bahwa Nabi (sall-Allahu 'alayhi wasallam) bersabda, "Allah tak pernah mengutus seorang nabi, dari Adam dan seterusnya, melainkan sang Nabi itu harus melakukan perjanjian dengan-Nya berkenaan dengan Muhammad (sall-Allahu 'alayhi wasallam): seandainya Muhammad (SAW) diutus di masa hidup sang Nabi itu, maka ia harus beriman pada beliau (sall-Allahu 'alayhi wasallam) dan mendukung beliau (sall-Allahu 'alayhi wasallam), dan Nabi itu pun harus mengambil janji yang serupa dari ummatnya.

Diriwayatkan bahwa ketika Allah SWT menciptakan Nur Nabi kita Muhammad sall-Allahu 'alayhi wasallam, Ia Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan padanya untuk memandang pada nur-nur dari Nabi-nabi lainnya. Cahaya beliau melingkupi cahaya mereka semua, dan Allah SWT membuat mereka berbicara, dan mereka pun berkata, "Wahai, Tuhan kami, siapakah yang meliputi diri kami dengan cahayanya?" Allah Subhanahu wa Ta'ala menjawab, "Ini adalah cahaya dari Muhammad ibn `Abdullah; jika kalian beriman padanya akan Kujadikan kalian sebagai nabi-nabi." Mereka menjawab, "Kami beriman padanya dan pada kenabiannya." Allah berfirman, "Apakah Aku menjadi saksimu?" Mereka menjawab, "Ya." Allah berfirman, "Apakah kalian setuju, dan mengambil perjanjian dengan-Ku ini sebagai mengikat dirimu?" Mereka menjawab, "Kami setuju." Allah berfirman, "Maka saksikanlah (hai para Nabi), dan Aku menjadi saksi (pula) bersamamu."(QS 3:81).

Inilah makna dari firman Allah Subhanahu wa Ta'ala. "Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: `Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hukmah, kemudian datang kepadamu seorang Rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya.'" (QS 3:81).

Syaikh Taqiyyud Diin al-Subki mengatakan, "Dalam ayat mulia ini, tampak jelas penghormatan kepada Nabi (sall-Allahu 'alayhi wasallam) dan pujian atas kemuliaannya. Ayat ini juga menunjukkan bahwa seandainya beliau diutus di zaman Nabi-nabi lain itu, maka risalah da'wah beliau pun harus diikuti oleh mereka. Karena itulah, kenabiannya dan risalahnya adalah universal dan umum bagi seluruh ciptaan dari masa Adam hingga hari Pembalasan, dan seluruh Nabi beserta ummat mereka adalah termasuk pula dalam ummat beliau sall-Allahu 'alayhi wasallam. Jadi, sabda sayyidina Muhammad (sall-Allahu 'alayhi wasallam), "Aku telah diutus bagi seluruh ummat manusia," bukan hanya ditujukan bagi orang-orang di zaman beliau hingga Hari Pembalasan, tapi juga meliputi mereka yang hidup sebelumnya. Hal ini menjelaskan lebih jauh perkataan beliau, "Aku adalah seorang Nabi ketika Adam masih di antara ruh dan badannya." Berpijak dari hal ini, Muhammad (sall-Allahu 'alayhi wasallam) adalah Nabi dari para nabi, sebagaimana telah pula jelas saat malam Isra' Mi'raj, saat mana para Nabi melakukan salat berjama'ah di belakang beliau (yang bertindak selaku Imam). Keunggulan beliau ini akan menjadi jelas nanti di Akhirat, saat seluruh Nabi akan berkumpul di bawah bendera beliau.

Allaahumma salli afdalas salaati 'ala habiibikal Mushtofa Sayyidina Muhammadin wa 'ala aalihi wasahbihi wasallaam. []

(Do'a of the Day) 02 Rabiul Awwal 1433H

Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Yaa rabbi wardha 'anissha haabah,
Yaa rabbi wardha 'anis sulaalah.
Yaa rabbi wardha 'anil masyaa-yikh,
Yaa rabbi farham waalidiina.

Ya Allah Tuhan kami, ridailah para sahabatnya,
Ya Allah Tuhan kami, ridailah para keturunanya.
Ya Allah Tuhan kami, ridailah para guru dan ulama,
Ya Allah Tuhan kami, kasih sayangilah para orang tua kami.

[]

Dari Kitab iqdl al-Jawahir ditulis oleh Syekh Jafair Al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim