Jumat, 30 Desember 2011

(Masjid of the Day) Senandung Kehijauan Al-Mujahidien di Rawalintah, Cikarang Utara

Sepanjang jalur veteran yang penuh dengan sejarah di antara Lemah Abang - Cibarusah, Kab. Bekasi, banyak berdiri masjid yang berjejer seakan ingin memberikan pilihan kepada para jama'ahnya. Salah satu yang gagah dengan balutan cat berwarna hijau muda adalah Al-Mujahidien di Kampung Rawalintah, Cikarang Utara.


jika dari stasiun lemah abang menuju jababeka, anda dapat menjumpainya di sisi kanan jalan, sesaat setelah rumah makan khas sunda, "nyai"...




berbalut kehijauan...




teras masjid yang penuh dengan lukisan kaligrafi indah...




namun papan informasi yang ada tetap sederhana...




sudut hijaunya yang indah...




dan yang penuh kelapangan di dalamnya...


Senandung Rawalintah menanti anda.

Bergelantungan

(Khotbah of the Day) Hidup Sederhana Bersama Rasulullah SAW

Hidup Sederhana Bersama Rasulullah SAW


ان الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور انفسنا ومن سيأت أعمالنا من يهده الله فلامضل له ومن يضلله فلاهادي له, أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده و رسوله. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين, أما بعد. فياعباد الله أوصيكم ونفسى بتقوى الله..

Marilah kita bersama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan menghadirkan hati kita kehadirat-Nya, atau berusaha selalu menghadiri berbagai panggilan dan kewajiban dari-Nya. Serta senantiasa berperilaku sebagaimana Allah perintahkan kepada hamba-hamba-Nya, tentunya dengan penuh hikmat, khusyu' dan ikhlas menjalaninya. Dan menjadi kewajiban kita untuk menghindari berbagai larangan-Nya yang memudharatkan kehidupan kita di dunia dan akhirat, amien

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Bukan maksud khatib menggurui, bukan pula berpetuah, hanya ingin mengingatkan saja, bahwa semua amal (laku) tergantung pada niatnya Innamal a’malu bin niyyati. Motifasi menjadi hal utama, selanjutnya tergantung metode dan cara. Zaman ini banyak digemborkan bahwa korupsi menjadi hal utama yang menyebabkan rapuhnya Indonesia. Begitu akutnya korupsi sebagai sebuah penyakit, hingga Negara dengan berbagai perangkatnya menggalakkan program anti korupsi, mulai dari LSM hingga Birokrasi. Namun benarkah penyakit korupsi itu bisa berangsur sembuh dengan berbagai iklan ditelevisi, dengan berbagai ceramah dan diskusi, sebagai aplikasi dari berbagai program itu? Pastilah belum tentu, karena Innamal a'malu bin niyyati.

Jumhur fuqaha bersepakat, bahwa niat berada di hati, sedangkan pengucapannya billisan merupakan unsur penyempurna. Oleh karena itu yang terpenting bukan program ini dan itu, tapi niat pemerintah memberantas korupsi harus datang dari hati, harus dengan sepenuh hati. Seperti washiat Imam Ghazali Istafti qalbak wa lau aftauka, wa aftauka, wa aftauka. Mintalah (berpegang-teguhlah) dengan hati kecilmu, walaupun mereka menasehatimu, walaupun mereka menasehatimu dan walaupun mereka menasehatimu. Tiga kali Imam Ghazali mengulangi wa aftauka (walaupun mereka menasehatimu), sebagai penekanan janganlah terlalu mudah percaya dengan yang lain selain hati kecilmu.

Para Hadirin Jama’ah Jum’ah Rahimakumullah

Dengan kata lain, apapun tindakan yang akan kita lakukan hendaknya dilaksanakan dengan dasar pertimbangan hati kecil, dan niat sepenuh hati. Karena memang hatilah pusat penentu kehidupan manusia. Ingatlah sebuah hadits “alaa inna fil jasadi mudghatun,idzaa shaluhat shaluha jasadu kulluhu waidzaa fasadat fasada jasadu kulluhu, alaa wahiyal qalbu".( ingatlah sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya dana apabila ia buruk maka buruklah seluruh tubuhnya.ingatlah ia adalah hati ). Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.

Maka, dalam khutbah ini tidak terlalu salah jika khatib sebagai bagian bangsa, turut merasa prihatin dan hendak mengajak sesama umat agar kembali kepada nilai luhur bangsa kita yang telah lama terkubur dan tertimbun dibawah kehidupan yang mewah. Itulah kesederhanaan. Kesederhanaan akhir-akhir ini menjadi makhluk langka, apalagi di tengah-tengah perkotaan yang megah. Kesederhanaan identik dengan kebodohan dan kemiskinan. Jangankan barangnya, disebut saja sangat jarang. Kesederhanaan sebagai konsep dan prilaku kini telah menjadi orang lain di rumah sendiri. Kesederhanaan mulai tergusur dengan kemewahan, dengan perbelanjaan (konsumerisme) dan segudang aktifitas ekonomi lainnya.

Kesederhaan tidak hanya tercermin dalam gaya hidup saja, tetapi juga dalam pola pikir mencari penghidupan. Seorang yang berpikiran sederhana, tentunya tidak akan sampai melebihi batas kebutuhan hidup. Tuntutan dan keinginan akan selalu disesuaikan dengan kemampuan. Sehingga tidak ada rasa ingin menguasai dan memiliki hak orang lain di luar haknya. Sebuah perkataan yang perlu dipikirkan adalah ‘cukupkanlah hidupmu dengan penghasilanmu’. Artinya, dalam ranah perekonomian individu dan keluarga perlu adanya strategi pendanaan yang berakar pada pengendalian nafsu berbelanja dan membeli. Kita harus kembali belajar memilah antara perkara yang harus dibeli, yang boleh dibeli, dan yang tidak perlu dibeli. Secara logis banyak sekali orang yang paham perbedaan yang primer dan skunder, akan tetapi rayuan nafsu mengalahkan logika untuk memilih satu diantara dua. Oleh karena itu, kesederhanaan mempunyai hubungan yang erat dengan permasalahan hati, nafsu dan juga tawakkal.

Ayyuhal Hadhirun Rahimakumullah

Kisah kesederhanaan Rasulullah saw. terekam dalam sebuah hadits yang menceritakan betapa beliau tidak mempunyai keinginan menumpuk harta, walaupun jikalau mau sangatlah mudah baginya. Ketika Islam telah telah berkembang luas dan kaum muslimin telah memperoleh kemakmuan, Sahabat Umar bin Khattab R.a berkunjung ke rumah Rasulullah saw. ketika dia telah masuk ke dalamnya, dia tertegun melihat isi rumah beliau, yang ada hanyalah sebuah meja dan alasnya hanya sebuah jalinan daun kurma yang kasar, sementara yang tergantung di dinding hanyalah sebuah geriba (tempat air) yang biasa beliau gunakan untuk berwudhu. Keharuan muncul dalam hati Umar Ra. Tanpa disadari air matanya berlinang, maka kemudian Rasulullah saw menegurnya. “gerangan apakah yang membuatmu menangis?” Umarpun menjawabnya, “bagaimana aku tidak menangis Ya Rasulallah? Hanya seperti ini keadaan yang kudapati di rumah Tuan. Tidak ada perkakas dan tidak ada kekayaan kecuali sebuah meja dan sebuah geriba, padahal di tangan Tuan telah tergenggam kunci dunia Timur dan dunia Barat, dan kemakmuran telah melimpah.” Lalu beliau menjawab “Wahai Umar aku ini adalah Rasul Allah, Aku bukan seorang Kaisar dari Romawi dan bukan pula seorang Kisra dari Persia. Mereka hanya mengejar duniawi, sedangkan aku mengutamakan ukhrawi.

Kata-kata Aku bukan Kaisar Romawi, Aku bukan Kisra Persia, tidak berarti Rasulullah tidak memiliki kesempatan, mengingat keterangan Umar bahwa di tangan Rasulullah-lah tergenggam kunci dunia Timur dan dunia Barat. Namun niat Rasulullah saw dalam kalimat terakhir itu merupakan kata paling berharga “Mereka hanya mengejar duniawi, sedangkan aku mengutamakan ukhrawi.”. Apa yang diisyaratkan Rasulullah saw sangatlah jelas, bahwa tidak selamanya hidup dengan kemewahan dan gelimang harta adalah berkwalitas, justru sebaliknya. Seringkali kehidupan semacam itu menjadikan hidup terasa kering dan sunyi.

جعلنا الله واياكم من الفائزين الامنين, وأدخلناواياكم فى عباده الصالحين. أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. وإذ أخذنا ميثاق بني إسرائيل لا تعبدون إلا الله وبالوالدين إحسانا وذي القربى واليتامى والمساكين وقولوا للناس حسنا وأقيموا الصلاة وآتوا الزكاة ثم توليتم إلا قليلا منكم وأنتم معرضون.
بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم


Sumber: NU Online

(Do'a of the Day) 05 Shafar 1433H

Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Subhaanalladzii yusabbihur ra'du bi hamdihii wal malaa'ikatu min khiifatihi.

Maha Suci Allah yang guntur bertasbih memuji Allah, demikian pula malaikat karena takut kepada-Nya.

Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 7, Bab 6.

Kamis, 29 Desember 2011

Menunggu Bakaran Sate

(Ngaji of the Day) Integrasi Kurikulum Berbasis Karakter dalam Pelaksanaan Pembelajaran

Integrasi Kurikulum Berbasis Karakter dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Oleh: Aris Adi Leksono, S.Pd.I*

Revitalisasi Pendidikan Karakter di Madrasah

Indonesia memerlukan sumberdaya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumberdaya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa pendidikan di setiap jenjang, termasuk pada jenjang madrasah harus diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Berdasarkan penelitian di Harvard University Amerika Serikat (Ali Ibrahim Akbar, 2000), ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Hal ini mengisyaratkan bahwa mutu pendidikan karakter peserta didik sangat penting untuk ditingkatkan.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Sebagai upaya untuk meningkatkan kesesuaian dan mutu pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional mengembangkan grand design pendidikan karakter untuk setiap jalur, jenjang, dan jenis satuan pendidikan. Grand design menjadi rujukan konseptual dan operasional pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dikelompokan dalam: Olah Hati (spiritual and emotional development), Olah Pikir (intellectual development), Olah Raga dan Kinestetik (physical and kinestetic development), dan Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development). Pengembangan dan implementasi pendidikan karakter perlu dilakukan dengan mengacu pada grand design tersebut.

Mendesain Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berkarakter

Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup, dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikkan nilai-nilai karakter yang ditargetkan. Sebagaimana disebutkan di depan, prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik. Diagram 1.1 berikut menggambarkan penanaman karakter melalui pelaksanaan pembelajaran.
http://www.nu.or.id/oneMODUL/onePHOTO/habituasi2.jpg

1. Pendahuluan

Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahulu an, guru:
a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b. mengajukan pertanyaan-pertanyaanyang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.

Ada sejumlah cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan nilai, membangun kepedulian akan nilai, dan membantu internalisasi nilai atau karakter pada tahap pembelajaran ini. Berikut adalah beberapa contoh.
a. Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
b. Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
c. Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
d. Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
e. Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
f. Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
g. Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli)
h. Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
i. Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD

2. Inti

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007, kegiatan inti pembelajaran terbagi atas tiga tahap, yaitu eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pada tahap eksplorasi peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pada tahap elaborasi, peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam. Pada tahap konfirmasi, peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa.

Berikut beberapa ciri proses pembelajaran pada tahap eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang potensial dapat membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai yang diambil dari Standar Proses.
a. Eksplorasi
1) Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
5) Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
b. Elaborasi
1) Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
2) Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3) Memberi kesempatan untuk berpikir,menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
4) Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5) Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6) Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7) Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8) Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
9) Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
c. Konfirmasi
1) Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2) Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
3) Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
4) Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
a) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b) membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
c) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
d) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
e) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).


3. Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:
a. bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan lebih intensif selama tahap penutup.
a. Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan dan/atau proses pembelajaran yang telah dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
b. Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka.
c. Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
d. Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri.
e. Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka tidakhanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
f. Berdoa pada akhir pelajaran.

Ada beberapa hal lain yang perlu dilakukan oleh guru untuk mendorong dipraktikkannya nilai-nilai. Pertama, guru harus merupakan seorang model dalam karakter. Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari nilai-nilai karakter yang hendak ditanamkannya.

Kedua, pemberian reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.

Ketiga, harus dihindari olok-olok ketika ada siswa yang datang terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah ada kebiasaan diucapkan ungkapan Hoo … oleh siswa secara serempak saat ada teman mereka yang terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima. Kebiasaan tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.

Selain itu, setiap kali guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa. Guru memulainya dengan memberi penghargaan pada hal-hal yang telah baik dengan ungkapan verbal dan/atau non-verbal dan baru kemudian menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’. Dengan cara ini sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan sebagainya akan tumbuh subur.

Evaluasi Pencapaian Belajar Berbasis Karakter

Pada dasarnya authentic assessment diaplikasikan. Teknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian akademik/kognitif siswa, tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian siswa. Bahkan perlu diupayakan bahwa teknik penilaian yang diaplikasikan mengembangkan kepribadian siswa sekaligus.

Pedoman penilaian untuk lima kelompok mata pelajaran yang diterbitkan oleh BSNP (2007) menyebutkan bahwa sejumlah teknik penilaian dianjurkan untuk dipakai oleh guru menurut kebutuhan. Tabel 1.1 menyajikan teknik-teknik penilaian yang dimaksud dengan bentuk-bentuk instrumen yang dapat dikembangkan oleh guru.
Di antara teknik-teknik penilaian tersebut, beberapa dapat digunakan untuk menilai pencapaian peserta didik baik dalam hal pencapaian akademik maupun kepribadian. Teknik-teknik tersebut terutama observasi (dengan lembar observasi/lembar pengamatan), penilaian diri (dengan lembar penilaian diri/kuesioner), dan penilaian antarteman (lembar penilaian antarteman).
http://www.nu.or.id/oneMODUL/onePHOTO/habituasi.jpg

Berikut adalah contoh instrumen (penilaian diri) yang dapat dipakai, diadaptasi, dan dikembangkan lebih lanjut oleh sekolah dalam melakukan penilaian.

How much do you improve in the following aspects after learning the materials in this unit? Put a tick (√) in the appropriate box.
http://www.nu.or.id/oneMODUL/onePHOTO/habituasi3.jpg


Tindak Lanjut Pembelajaran
Tugas-tugas penguatan (terutama pengayaan) diberikan untuk memfasilitasi peserta didik belajar lebih lanjut tentang kompetensi yang sudah dipelajari dan internalisasi nilai lebih lanjut. Tugas-tugas tersebut antara lain dapat berupa PR yang dikerjakan secara individu dan/atau kelompok baik yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu yang singkat ataupun panjang (lama) yang berupa proyek. Tugas-tugas tersebut selain dapat meningkatkan penguasaan yang ditargetkan, juga menanamkan nilai-nilai.

Pendidikan adalah ujung tombak perubahan bangsa, menuju lebih baik, lebih mensejahterahkan, dan bermartabat di mata bangsa sendiri, terlebih di mata dunia internasional. Pendidikan karakter harus semaksimal mungkin diintegrasikan dalam aktifitas madrasah, baik secara kelembagaan, maupun dalam aktifitas pembelajaran sehari-hari pendidik dan peserta didik. Berlahan, tapi pasti, perubahan yang dirancang hari adalah untuk perbaikan di masa yang akan datang. Maka sumbangsih generasi madrasah sangat diharapkan untuk membangun karakter bangsa untuk “Indonesia Bermartabat dan Mensejahterahkan”.

* Ketua Team Pengembang Kurikulum MTsN 34 Jakarta
Reseacher Team STAINU Jakarta (aris_stainu@yahoo.com)

(Do'a of the Day) 04 Shafar 1433H

Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Allaahumma laa taqtulnaa bi ghadhabika wa laa tuhliknaa bi 'adzaabika wa 'aafina qablaka dzaalika.

Ya Allah, janganlah Kau bunuh kami dengan sebab kemurkaan-Mu, janganlah Kau binasakan kami dengan siksa-Mu, dan selamatkanlah kami sebelumnya.

Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 7, Bab 6.

Rabu, 28 Desember 2011

Memantau Berita

(Ngaji of the Day) Bid'ah Dimulai Sejak Zaman Rasulullah SAW

Bid'ah Dimulai Sejak Zaman Rasulullah SAW

ADA beberapa kebiasan yang dilakukan para sahabat berdasarkan ijtihad mereka sendiri, dan kebiasaan itu mendapat sambutan baik dari Rasulullah SAW. Bahkan pelakunya diberi kabar gembira akan masuk surga, mendapatkan rida Allah, diangkat derajatnya oleh Allah, atau dibukakan pintu-pintu langit untuknya.

Misalnya, sebagaimana digambarkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim, perbuatan sahabat Bilal yang selalu melakukan shalat dua rakaat setelah bersuci. Perbuatan ini disetujui oleh Rasulullah SAW dan pelakunya diberi kabar gembira sebagai orang-­orang yang lebih dahulu masuk surga.

Contoh lain adalah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang sahabat Khubaib yang melakukan shalat dua rakaat sebelum beliau dihukum mati oleh kaum kafir Quraisy. Kemudian tradisi ini disetujui oleh Rasulullah SAW setahun setelah meninggalnya.

Selain itu, sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Rifa'ah ibn Rafi' bahwa seorang sahabat berkata: "Rabbana lakal hamdu" (Wahai Tuhanku, untuk-Mu segala puja-puji), setelah bangkit dari ruku' dan berkata "Sami'allahu liman hamidah" (Semoga Allah mendengar siapapun yang memuji­Nya). Maka sahabat tersebut diberi kabar gembira oleh Rasulullah SAW.

Demikian juga, sebuah hadis yang diriwayatkan dalam Mushannaf Abdur Razaq dan Imam An-Nasa'i dari Ibn Umar bahwa seorang sahabat memasuki masjid di saat ada shalat jamaah. Ketika dia bergabung ke dalam shaf orang yang shalat, sahabat itu berkata: "Allahu Akbar kabira wal hamdulillah katsira wa subhanallahi bukratan wa ashilan" (Allah Mahabesar sebesar-besarnya, dan segala puji hanya bagi Allah sebanyak-banyaknya, dan Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang). Maka Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada sahabat tersebut bahwa pintu­pintu langit telah dibukakan untuknya.

Hadis lain yang diriwayatkan oleh At- Tirmidzi bahwa Rifa'ah ibn Rafi' bersin saat shalat, kemudian berkata: "Alhamdulillahi katsiran thayyiban mubarakan 'alayhi kama yuhibbu rabbuna wa yardha" (Segala puji bagi Allah, sebagaimana yang disenangi dan diridai-Nya). Mendengar hal itu, Rasulullah SAW bersabda: "Ada lebih dari tiga puluh malaikat berlomba-lomba, siapa di antara mereka yang beruntung ditu­gaskan untuk mengangkat perkataannya itu ke langit."

Demikian juga hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam An-Nasa'i dari beberapa sahabat yang duduk berzikir kepada Allah. Mereka mengungkapkan puji-pujian sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah karena diberi hidayah masuk Islam, sebagaimana mereka dianugerahi nikmat yang sangat besar berupa kebersamaan dengan Rasulullah SAW. Melihat tindakan mereka, Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya Jibril telah memberitahuku bahwa Allah sekarang sedang berbangga-bangga dengan mereka di hadapan para malaikat."

Dari tindakan Rasulullah SAW yang menerima perbuatan para sahabat tersebut, kita bisa menarik banyak pelajaran sebagai berikut:

1. Rasulullah SAW tidak akan menolak tindakan yang dibenarkan syariat selama para pelakunya berbuat sesuai dengan pranata so sial yang berlaku dan membawa manfaat umum. Dengan demikian, perbuatan tersebut bisa dianggap sebagai bentuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah Swt yang bisa dilakukan kapan saja, baik di malam maupun siang. Perbuatan ini tidak bisa disebut sebagai perbuatan yang makruh, apalagi bid'ah yang sesat.

2. Orang Islam tidak dipersoalkan karena perbuatan ibadah yang bersifat mutlak, yang tidak ditentukan waktunya dan tempatnya oleh syariat. Terbukti bahwa Rasulu1lah SAW telah membolehkan Bilal untuk melakukan shalat setiap selesai bersuci, sebagaimana menerlma perbuatan Khubaib yang shalat dua rakaat sebelum menjalani hukuman mati di tangan kaum kafir Quraisy.

3. Tindakan Nabi SAW yang membolehkan bacaan doa-doa waktu shalat, dan redaksinya dibuat sendiri oleh para shahabat, atau juga tindakan beliau yang membolehkan dikhususkannya bacaan surat-surat tertentu yang tidak secara rutin dibaca oleh beliau pada waktu shalat, tahajjud, juga doa-­doa tambahan lain. Itu menunjukkan bahwa semua perbuatan tersebut bukanlah bid'ah menurut syariat. Juga tidak bisa disebut sebagai bid'ah jika ada yang berdoa pada waktu-waktu yang mustajabah, seperti setelah shalat lima waktu, setelah adzan, setelah merapatkan barisan (dalam perang), saat turunnya hujan, dan waktu-waktu mustajabah lainnya. Begitu juga doa-doa dan puji­-pujian yang disusun oleh para ulama dan orang­ orang shalih tidak. bisa disebut sebagai bid'ah. Begitu juga zikir-zikir yang kemudian dibaca secara rutin selama isinya masih bisa dibenarkan oleh syariat.

4. Dari persetujuan Nabi SAW terhadap tindakan beberapa sahabat yang berkumpul di masjid untuk berzikir dan menyukuri nikmat dan kebaikan Al­lah Swt serta untuk membaca Al-Qur'an, dapat disimpulkan bahwa tindakan mereka mendapatkan legitimasi syariat, baik yang dilakukan dengan suara pelan ataupun dengan suara keras tanpa ada perubahan makna dan gangguan. Dan selama tindakan tersebut bersesuaian dengan kebutuhan umum dan tidak ada larangan syariat yang ditegaskan terhadapnya, maka perbuatan tersebut termasuk bentuk mendekatkan diri kepada Allah, dan bukan termasuk bid'ah menurut syariat.

Dr. Oemar Abdallah Kemel
Ulama Mesir kelahiran Makkah al-Mukarromah
(Dari karyanya "Kalimatun Hadi’ah fil Bid’ah" yang diterjemahkan oleh PP Lakpesdam NU dengan "Kenapa Takut Bid’ah?")

(Do'a of the Day) 03 Shafar 1433H

Bismillah irRahman irRaheem

In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Allaahummaj'alhaa riyaahan wa laa taj'alhaa riihan.

Ya Allah, jadikanlah angin ini angin yang baik dan jangan dijadikan sebagai angin yang buruk.

Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 7, Bab 6.

Selasa, 27 Desember 2011

Menggowes

(Buku of the Day) Sunan Gus Dur Akrobat Politik ala Nabi Khidir

Menyingkap Prilaku Nyleneh Gus Dur
026.jpg
Judul buku : Sunan Gus Dur Akrobat Politik ala Nabi Khidir
Penulis : M. Mas’ud Adnan
Penerbit : Harian Bangsa (Jawa Pos Group)
Edisi : Cetakan pertama, April 2011
Tebal : XIV + 250 halaman
Peresensi : Aryudi A. Razaq



Gus Dur, siapa tak kenal dia? Selain dikenal sebagai tokoh NU, dia juga populer sebagai budayawan, cendekiawan, ulama dan setumpuk laqob (gelar) lain yang menghiasi namanya. Gus Dur juga dikenal sebagai sosok yang nyleneh. Ini Karena banyak gagasan, pemikiran dan ucapan yang dilontarkan Gus Dur tidak lazim sebagaimana tokoh besar yang selalu menjaga dan mengonsep kata-katanya sebelum diucapkan. Apa yang menurut Gus Dur benar, itulah yang dikatakan. Tak peduli ucapannya itu melawan arus. Karena itu, Gus Dur nyaris tak pernah sepi dari konflik dan kontroversi. Tapi dari ketidak laziman itulah, nama Gus Dur kian menjulang dan ketokohannya makin berkibar. Tidak ada orang yang menjulangkan namanya, tapi waktu yang menjawabnya, karena di kemudian hari ternyata ucapan atau ramalan Dus Dur itu terbukti kebenarannya. Orangpun dibikin terperangah.

Kenylenehan Gus Dur –yang kerap berujung dengan konflik itu— nyaris terjadi di semua area, terutama di panggung politik. Sejak mendirikan PKB, Gus Dur selalu “menciptakan” konflik dalam tubuh partai berlambang bumi dikelilingi bintang sembilan itu. Selesai yang satu, muncul yang lain. Mulai berseteru dengan Matori Abdul Djalil, hingga Muhaimin Iskandar (Cak Imin). Namun konflik Gus Dur, tidak bisa lantas dilihat secara hitam putih. Karena nyatanya, orang yang dimusuhi Gus Dur, justru tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri, lepas dari bayang-bayang kebesaran sang pendekar demokrasi itu. Sebut saja misalnya, perseteruan Gus Dur dengan Cak Imin. Itu tak lebih dari sebuah “sandiwara politik”. Menurut Cak Imin, dirinya dan Gus Dur pernah dipanggil oleh sekelompok tokoh di daerah dekat gunung Lawu. Intinya keduanya diminta islah, bahkan disumpah agar “rukun” selalu. Namun dalam perjalanan pulang dari tempat tersebut, Gus Dur berbisik kepada Cak Imin: “Min, meski kita sudah islah tapi di publik kita tetap beda” kata Gus Dur. Cak Imin mengaku sempat heran dan bertanya-tanya apa makna di balik semua itu. Dan sampai wafat, Gus Dur tetap “beda” dengan Cak Imin. Cerita seputar konflik dan keanehan Gus Dur ini dapat kita jumpai di buku “Sunan Gus Dur Akrobat Politik ala Nabi Khidir” (hal. 14).

Buku yang ditulis M. Mas’ud Adnan ini mengupas prilaku nyleneh Gus Dur, yang kerap memancing konflik. Namun berdasarkan analisa spiritual-supranatural penulis dikaitkan dengan fakta yang ada, konflik yang dibikin Gus Dur bukan sesuatu yang hampa, tapi mempunyai tujuan bagi kepentingan regenerasi ke depan. Cuma sayangnya, publik tidak banyak tahu makna dari konflik itu. Pola “pelatihan” ini mirip sekali dengan cara mendidik Nabi Khidir terhadap santrinya, Nabi Musa. Nabi Musa memang selalu protes dan bertanya tentang perbuatan Nabi Khidir yang dinilainya tidak benar, padahal apa yang dperbuat Nabi Khidir mempunyai tujuan mulya.

Rata-rata orang yang “dimusuhi” Gus Dur adalah kadernya sendiri. Gus Dur-lah yang pertama kali melambungkan nama mereka, namun Gus Dur pula yang berusaha “menenggelamkan” mereka. Dimaklumi bersama bahwa umur manusia terbatas, sehingga harus ada regenerasi. Seorang calon pemimpin juga tidak bisa terus berada di ketiak orang yang melambungkan namanya. Ia harus mandiri dan mempunyai karakter kepemimpinan tersendiri. Maka dalam konteks itulah, signifikansi konflik ala Gus Dur. Sejatinya konflik itu adalah bagian dari upaya Gus Dur untuk melatih dan mendidik mantan anak buahnya agar mempunyai mental yang kuat, berkepribadian dan tahan banting ketika terjun di belantara persaingan yang sesungguhnya. Hanya saja ada kader yang sabar dan ikhlas menerima, ada yang tidak, bahkan akhirnya juga terprovokasi sehingga menyerang Gus Dur secara membabi-buta. Biasanya orang yang sabar itulah yang tampil sebagai pemimpin tangguh dikemudian hari. Sebut saja misalnya, KH Hasyim Muzadi, KH Said Aqiel Siroj, Helmy Faisal Zaini, Lukman Edy, Imam Nahrawi dan Cak imin sendiri.

Tidak berlebihan kiranya jika orang –termasuk penulis— menilai Gus Dur adalah waliyullah. Berdasarkan kriteria yang ada, Gus Dur telah banyak mendapat karamah dari Allah. Karamah itu, misalnya bisa dilihat dari “nalar” Gus Dur yang kerap jauh menerawang ke depan. Contohnya adalah ramalan Gus Dur soal presiden. Empat tahun sebelum pemilihan presiden (1999), Gus Dur pernah menyatakan bahwa dirinya akan menduduki kursi presiden RI. Tentu saja pernyataan itu dianggap lelucon politik. Tak ada yang merespon, apalagi percaya. Pasalnya, ketika itu hegemoni kekuasaan Soeharto masih begitu kuat menancap di bumi pertiwi. Cengkeraman Orde Baru juga begitu super dan menggurita hingga ke pelosok desa. Tak ada tanda-tanda Soeharto bakal tersungkur. Dua tahun kemudian, ketika kekuatan Soeharto mulai tergerus, muncul dua nama yang disebut-sebut pantas menjadi presiden: BJ. Habibie dan Megawati. Nama Gus Dur tidak masuk dalam kalkulasi politik. Apalagi saat itu Gus Dur cenderung mendukung Mega.

Namun ternyata di tengah arus dukungan politik nasional yang terbelah dua, yaitu kepada BJ. Habibie dan Megawati, nama Gus Dur justru muncul sebagai pilihan alternatif. Ini untuk menghindari bentrok massal antara kubu BJ. Habibie dan Megawati. Dan benar, MPR RI akhirnya mengangkat Gus Dur sebagai presiden ke-4 RI.

Contoh lain, tahun 2004 ketika menghadiri Muktamar NU ke-31 di Boyolali Jawa Tengah, di sebuah kamar hotel Gus Dur pernah berucap bahwa Indonesia akan dilanda bencana besar dengan korban ribuan nyawa melayang. Ternyata, tak berapa lama kemudian, terjadilah tsunami Aceh yang begitu mengerikan itu.

Di bagian empat buku ini juga diulas bagaimana tingginya prilaku zuhud Gus Dur. Suatu ketika Gus Dur diberi uang oleh seorang anggota DPR RI sebesar Rp. 15 juta. Gus Dur lalu menaruh uang itu di lacinya. Selagi Gus Dur masih ngobrol dengan orang tersebut, datanglah seorang artis berinial MM. Ia sering muncul di koran karena didzalimi pejabat atau menteri Orde Baru, dinikahi hingga punya anak namun kemudian dicampakkan. MM mengeluh kesulitan uang kepada Gus Dur. Tanpa pikir panjang Gus Dur mengambil uang itu di lacinya dan memberikan kepada MM.

Imam Nahrawi –Sekjend DPP PKB-- juga berkisah. Suatu saat Gus Dur kedatangan tamu di kantor PBNU. Orang itu memberi amplop berisi uang Rp. 35 juta. Selang beberapa saat kemudian datang seorang kenalan Gus Dur yang mengaku perlu uang untuk membangun rumahnya. Gus Dur langsung memberikan uang itu kepada orang tersebut. Anehnya, dia langsung ngacir. Para tamu yang berada di sekitar Gus Dur, termasuk Imam Nahrawi heran, bahkan ada yang mengingatkan Gus Dur bahwa orang tadi tidak jujur dan sering menipu. “Saya tahu. Kan lebih baik menipu saya dari pada menipu orang lain,” kata Gus Dur enteng.

Ya, begitulah Gus Dur. Ia sudah tidak memikirkan uang dan kepentingan pribadinya. Menurut Sulaiman, ajudan Gus Dur, jika menerima uang, Gus Dur selalu Terima-Kasih. Maksudnya, uang diterima lalu dikasihkan kepada orang lain.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan penulis di beberapa media cetak dan online. Karena tulisan itu sifatnya temporal, maka di beberapa topik kita membacanya sudah terasa basi. Namun hal ini bisa “dihibur” dengan sajian tulisan yang mengungkap lakon nyleneh Gus Dur yang penuh misteri dan tak pernah kadaluarsa. Latar belakang penulis –

yang alumni pesantren—cukup mendukung untuk mengupas sisi spiritual dari pola pengkaderan ala pesantren yang ditunjukkan Gus Dur selama ini. Yang menarik, dalam buku ini juga disajikan tulisan tentang ayah Gus Dur, KH. A. Wahid Hasyim dan paman Gus Dur, KHM Yusuf Hasyim. Dua tokoh ini –seperti Gus Dur—juga penuh kontroversi. Uniknya, ide-ide mereka yang semula dianggap nyleneh, kemudian dipraktikkan para kiai di pesantren-pesantren. Padahal semula para kiai itu menentang gagasan-gagasan kontroversial tersebut.

* Kontributor NU Online Jember

(Ngaji of the Day) Tatacara Qunût

Tatacara Qunût

Dalam sehari semalam, seorang mukalaf wajib mengerjakan salat sebanyak lima kali. Dari kelima salat itu, salat subuh mempunyai ciri khas yang dapat membedakannya dari salat-salat yang lain. Selain karena hanya dua rakaat, salat subuh mempunyai qunût yang dapat membuatnya lebih istimewa dari yang lain.

Secara etimologi, qunût berakar dari kata qanata yang berarti merendahkan diri pada Allah . Bisa juga berarti berdoa, baik berdoa dengan kebaikan atau keburukan. Sedangkan secara terminologi, qunût berarti sebuah zikir tertentu yang dibaca pada waktu tertentu pula.

Ulama berbeda pendapat tentang bentuk redaksi qunût. Ada yang mengatakan bahwa redaksi qunût itu hanya tertentu dengan bacaan yang ma’tsûr (diriwayatkan) dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam, dan ada yang mengatakan sebaliknya. Sedangkan manyoritas ulama fikih berpendapat bahwa qunût tidak tertentu dengan yang ma’tsûr dari Nabi Sallallâhu ‘alaihi wasallam, qunût juga bisa dengan membaca redaksi lain yang mengandung doa seperti qunût-nya Sayidina Umar Radhiyallâhu ‘anhu.

Redaksi qunût yang disebutkan dalam kitab-kitab fikih dapat diklasifikasikan menjadi dua macam. Pertama, qunût yang ma’tsûr dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam, yaitu

Redaksi ini diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i dari Sayyidina al-Hasan bin Ali1.

Kedua, qunût yang pernah dibaca oleh Sayidina Umar Radhiyallâhu ‘anhu, yaitu:

اللَّهُمَّ اهْدِنِيْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِيْ فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِيْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِيْ
فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّ مَا قَضَيْتَ اِنَّكَ تَقْضِيْ وَلَايُقْضَى عَلَيْكَ وَاِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلَا يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَا لَيْتَ

Di dalam qunût yang ma’tsûr dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam, disunnahkan melanjutkannya dengan membaca tsanâ’ (pujian) terhadap Allah Subhânahu wa ta‘âlâ dan dilanjutkan dengan membaca salawat kepada Nabi Muhammad Shallallâhu ‘alaihi wasallam seperti yang sudah lumrah dilakukan di kalangan masyarakat.

Di dalam pelaksanaannya, qunût tidak boleh dibaca terlalu panjang seperti halnya pelaksanaan tahiyat pertama dan akan menimbulkan hukum makruh bila dilaksanakan dengan terlalu panjang. Tapi, ketika seseorang membaca qunût, dan dalam qunût tersebut dia menggabungkan antara qunût yang ma’tsûr dari Nabi dengan qunût-nya sayyidina Umar Radhiyallâhu ‘anhu, maka qunût tersebut tidak dihukumi makruh. Qunût tersebut tetap dihukumi sunah bagi orang yang salat sendirian, atau bagi seorang imam yang makmumnya sedikit, sedangkan mereka rela dengan bacaan imamnya yang dipanjangkan.

Sedangkan tata cara membaca qunût itu sendiri, apabila yang membaca adalah orang yang salat sendirian, maka bacaan qunût harus dibaca secara pelan. Dan bagi seorang imam, bacaan qunût boleh dibaca pelan dan boleh dibaca keras. Sedangkan bagi makmum, apabila imamnya membaca dengan keras, maka dia membaca “amin”, dan apabila imamnya membaca dengan pelan, maka dia boleh memilih antara membaca qunût sendiri atau diam. Tapi menurut pendapat yang lebih sahih (qaul ashah), apabila bacaan imam berupa do’a, maka makmum harus memaca “amin”, dan bila berupa tsanâ (pujian), maka makmum boleh memilih antara membaca tsanâ seperti halnya imam atau diam.

Dari sisi lain, qunût juga bisa dibagi menjadi dua, yaitu : qunût râtib dan qunût nâzilah. Qunût râtib adalah qunût yang dilaksanakan pada waktu salat subuh dan di rakaat terakhir salat witir diseparuh kedua bulan Ramadhan.

Qunût râtib ini termasuk diantara sunnah ab’adh-nya salat, bila lupa tidak dikerjakan maka disunnahkan sujud sahwi. Meninggalkan sebagian dari qunût râtib ini sama halnya dengan meninggalkan kesemuanya qunut. Jadi, orang yang tidak membaca qunût ini dengan sempurna, atau mengganti sebagian kalimat dengan kalimat yang lain, seperti mengganti huruf “ fî “ dengan “ma’a” dalam lafadz “fî man hadaita”, maka orang tersebut sama halnya dengan tidak mengerjakannya sama sekali dan disunnahkan baginya untuk mengganti qunût tersebut dengan sujud sahwi. Sama dengan permasalahan diatas yaitu, bila ada orang yang membaca sebagian qunût, lalu melanjutkannya dengan qunût yang lain yang tidak sama dengan qunût yang pertama, seperti membaca sebagian qunut yang ma’sur dari Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam lalu melanjutkannya dengan sebagian qunutnya Sayyidina Umar Radhiyallâhu ‘anhu, maka orang tersebut juga disunnahkan menggantinya dengan sujud sahwi, karna orang tersebut tidak membaca satu qûnut-pun dengan sempurna.

Sedangkan yang dinamakan qunût nâzilah adalah qunût yang dilaksanakan karna ada bencana yang menyusahkan umat islam, seperti terjadi badai, kebakaran, murtadnya mayoritas umat islam atau negara islam sedang diserang musuh. Maka, apabila ada kejadian seperti itu, disunnahkan bagi umat islam yang lain untuk qunût setelah ruku’ di rakaat yang terakhir dalam semua salat maktûbah (salat fardlu) untuk mendo’akan orang muslim yang lain yang tertimpa musibah.

Qunût nâzilah ini pernah dilakukan oleh Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam selama satu bulan untuk mendo’akan para sahabat yang terbunuh dalam peristiwa sumur mu’nah. Jadi, hukum mengerjakan qunût ini adalah sunnah ketika ada musibah yang menimpa umat islam dengan dasar mengikuti langkah perbuatan Nabi Shallallâhu ‘alaihi wasallam.

Dalam kesunnahan qunût nâzilah ini, apabila lupa tidak dikerjakan atau satu kalimat diganti dengan kalimat yang lain, maka tidak disunnahkan untuk menggantinya dengan sujud sahwi, karna kesunnahan qunût nâzilah ini adalah dzâtiyah dari qunût itu sendiri, tanpa ada sangkut pautnya dengan salat yang dikerjakan.

Untuk lafal-lafal yang digunakan dalam qunût nâzilah ini, sama dengan lafadz-lafadz yang digunakan didalam qunût râtib. Tapi, ada sebagian ulama yang mengatakan bahwa lafadz-lafadz qunût nâzilah lebih baik disesuaikan dengan peristiwa yang menimpa kaum muslimin dan ini lebib baik dari pada membaca qunut yang biasa dibaca dalam qunût râtib. Jadi, apabila kejadian yang menimpa kaum muslimin berupa bencana gempa bumi, maka, sebaiknya para korban dido’akan dengan doa-doa yang dapat meringankan penderitaan mereka.[]

Catatan akhir
1.     Lihat: Sunan Abi Daud, vol 4 hal. 210 no. Hadis 1214, Sunan at-Tirmidzi, vol.2 hal.274 no. Hadis 426, Sunan an-Nasa’i, vol. 6 hal. 258 no.Hadis 1725.
2.     Hâsyiah al-Baijuri li Syaikh Ibrahim al-Baijuri, vol. 1 hal.312-314
3.     *Raudlah at-Thâlibîn, vol.1 hal.253-254
4.     Nihâyah al-Muhtâj, vol.2 hal. 67
5.     Mughni al-Muhtâj, vol.1 hal. 168


Sumber: Buletin Pondok Pesantren Sidogiri