Jumat, 29 Juli 2011

(Khotbah of the Day) Sholat sebagai Spirit Perubahan

Sholat sebagai Spirit Perubahan
الحمد الله الذي علا في سمائه وجلا باليقين قلوب اوليائه وحار لهم في قدره وبارك لهم في قضائه واشهد ان لا الله الا الله وحده لا شريك له شهادة مؤمن بلقائه واشهد ان محمدا صلى الله عليه وسلم عبده ورسوله وخاتم انبيائه. وصلى الله عليه وعلى اله وصحبه واحبابه واصفيائه وسلم تسليما اما بعد. فيا ايها الناس اتقوالله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمسون.
Sidang Jum'at yang berbahagia
Alhamdulillah pada momentum Jum'at kali ini kita sudah berada di tengah-tengah salah satu bulan yang dimuliakan Allah, yakni bulan Rajab; salah satu bulan yang memiliki keistimewaan sebab di dalamnya terjadi dua peristiwa yang luar biasa, yakni Isra' dan Mi'raj Rasulullah dari Masjidil Haram ke masjidil Aqsha dan dari masjidil Aqsha menuju Sidratul Muntaha.
Peristiwa besar sekaligus bersejarah ini terukir dalam kitab suci Al-Qur'anul Karim. Dalam surah al-Isra' ayat 1 Allah berfirman:
سبحان الذى اسرى بعبده ليلا من المسجد الحرام الى المسجد الاقصى الذى بركنا حوله لنريه من ايتنا انه هو السميع البصير
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Barangkali kita semua sudah maklum mengenai rentetan peristiwa yang menunjukkan kebesaran Allah ini. Dimana dengan kekuasaan-Nya yang maha luas, Allah telah menunjukkan kebesarannya kepada manusia melakukan sesuatu yang berada di luar hukum-hukum thabi`i (hukum alam), di luar kemampuan nalar manusia pada umumnya.
Merenungkan kebesaran dan kekuasaan Allah dalam peristiwa Isra' dan Mi'raj adalah sesuatu yang penting dalam rangka mengingatkan kita kepada jati diri kita sebagai manusia dan tugas kita dalam menjalani hidup di dunia ini. Namun yang tidak kalah penting juga adalah sejauh mana kita mampu menangkap substansi dari peristiwa luar biasa ini.
Sidang Jum'at yang berbahagia
Sebagaimana telah kita maklumi bersama, inti dari dari pertemuan Allah dan Nabi Muhammad di Sidratul Muntaha adalah diturunkan kewajiban yang paling fundamental di dalam Islam, yakni melaksanakan shalat lima waktu. Begitu pentingnya perintah shalat ini bagi manusia sehingga peribaratan yang dapat digambarkan untuk melukiskannya secara singkat adalah“Ash-sholatu `imaduddin”, sholat adalah tiang agama. Jika tiang tersebut rusak atau kurang sempurna maka agama seseorangpun dikhawatirkan akan rubuh atau tidak sempurna pula.
Pengertian sholat yang sedemikian vital ini sudah barang tentu bukanlah pengertian sholat dalam bentuk verbal saja (yakni perbuatan yang dimulai dari takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam), akan tetapi sholat dalam pengertiannya yang utuh, sholat yang menjadi sarana pembentukan identitas moral dan karakter sosial.
Keterkaitan antara sholat dengan tanggungjawab sosial ini digambarkan oleh Allah dalam Al-Qu'ran surah Al-Ankabut ayat 21:
اتل ما اوحي اليك من الكتاب واقم الصلاة ان الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر ولذكرالله اكبر
Artinya: "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain)."
Sidang Jum'at yang berbahagia
Berkaca pada ayat ini, tampak jelas ibadah shalat memiliki kaitan dengan "tanha 'anil fakhsya wal munkar (gerakan mencegah segenap perbuatan keji yang merusak dan berbagai bentuk kemungkaran). Dengan kata lain, sholat yang sempurna dapat membentuk pribadi yang bersih serta memiliki kekuatan memperbaiki kondisi sosial dalam kerangka besar fastabiqul khairat (berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan).
Namun batasan sholat seperti ini tampaknya masih kurang diserap maknanya oleh masyarakat kita. Berkembang suburnya budaya korupsi, kolusi, kekerasan, kezaliman, dan lain sebagainya merupakan sebuah fenomena yang sangat memprihatinkan jika mengingat penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam. Keadaan ini membuktikan bahwa ibadah sholat (barangkali juga ibadah –ibadah yang lainnya) hanya dipandang sebagai ritual dan formalitas belaka; tidak ada kaitannya dengan masyarakat dan lingkungan hidup manusia.
Padahal agama tidak pernah memisahkan antara kewajiban kepada Allah (Haqqullah) dan kewajiban kepada sesama manusia (Haqqul Adam). Agama Islam diturunkan untuk membentuk manusia yang sadar akan jati dirinya sebagai seorang hamba sekaligus sebagai agama yang menjamin kemaslahatan hidup manusia itu sendiri. Kualitas keimanan dalam Islam selalu dikaitkan dengan amal shalih, sholat dilekatkan dengan mencegah perbuatan keji dan mungkar, puasa beriringan dengan spirit peka terhadap sesama manusia, zakat bertalian dengan kesadaran akan hak-hak fakir miskin, haji dengan spirit kesetaraan manusia dan seterusnya.
Oleh sebab itu, dengan semangat Isra' Mi`raj marilah kita bersama-sama menjadikan sholat sebagai spirit utama untuk melakukan perubahan dalam berbagai segmen kehidupan ke arah yang lebih baik. Dengan demikian mudah-mudahan Allah memberikan taufik dan hidayahnya kepada kita semua, memberikan jalan taubat kepada kita semua serta menuntun kita dalam mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur di tengah-tengah negeri yang dilanda krisis ini.
بارك الله لى و لكم فى القران الكريم ونفعنى واياكم بالايات والذكرالحكيم انه هو البر الرؤف الرحيم. كنتم خير امة اخرجت للناس تأمرون بالمعروف و تنهون عن المنكر وتؤمنون بالله وقل رب اغفر وارحم وانت خير الراحمين
Sumber: NU Online

(Do'a of the Day) 27 Sya'ban 1432H

Bismillah irRahman irRaheem
In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Alhamdulillaahi hamdan yuwaafii ni'amahuu wa yukaafi'u maziidahu.
Segala puji bagi Allah, pujian yang bertaut dengan nikmat, dan pujian yang menambah nikmat karena bersyukur.
Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 3, Fasal Keenam.

Kamis, 28 Juli 2011

Pulas terlelap, lupa hutang - (1)

Bisa sejenak mendengkur memang rezeki yang sangat luar biasa.

(Ngaji of the Day) Bacaan Dzikir Setelah Sholat Fardhu

Bacaan Dzikir Setelah Sholat Fardhu
Berikut ini adalah bacaan wiridan ba’da sholat fardhu berdasarkan pada hadits Rasulullah

1.اَسْتَغْفِرُاللهَ اْلعَظِيْمَ لِى وَالِوَلِدَيَّ وَلِاَصْحَابِ اْلحُقُوْقِ اْلوَاجِبَةِ عَلَيَّ وَلِمَشَايِخِنَا وَلِاِخْوَانِنَا وَلِجَمِيْعِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ وَاْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمَوَاتِ وَاَتُوْبُ اِلَيْهِ....3x

2. لاَاِلٰهَ اِلاَّاللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهْ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِى وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ... 3
x

3. اَللّهُمَّ اَجِرْنَا مِنَ النَّارِ ...3
x

4. اَللّهُمَّ اَنْتَ السَّلاَمُ وَمِنْكَ السَّلاَمُ وَاِلَيْكَ يَعُوْدُ السَّلاَمُ فَحَيِّنَا رَبَّنَا بِالسَّلاَمِ وَاَدْخِلْنَا اْلجَنَّةَ دَارَالسَّلاَمِ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ يَاذَاْلجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ

5. اَللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا اَعْطَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا رَادَّ لِمَا قَضَيْتَ وَلَا يَنْفَعُ ذَاْلجَدِّ مِنْكَ اْلجَدُّ

6. سُوْرَةُ اْلفَاتِحَةِ
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ ﴿١﴾ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ﴿٢﴾ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ ﴿٣﴾ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ ﴿٤﴾ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ ﴿٥﴾ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ ﴿٧﴾. أمِيْن

7. سُوْرَةُ اْلاِخْلاَصِ ...3
xبِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُوًا أَحَدٌ ﴿٤﴾ ... (3)

8. سُوْرَةُ اْلفَلَقْ ...1
x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ ﴿١﴾ مِن شَرِّ مَا خَلَقَ ﴿٢﴾ وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ ﴿٣﴾ وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ ﴿٤﴾ وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ ﴿٥﴾

9. سُوْرَةُ النَّاسِ ...1
x
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَـٰنِ الرَّحِيمِ قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ ﴿١﴾ مَلِكِ النَّاسِ ﴿٢﴾ إِلَـٰهِ النَّاسِ ﴿٣﴾ مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ﴿٤﴾ الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ ﴿٥﴾ مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ﴿٦﴾

10. اٰيَةُ اْلكُرْسِى...1
x
وَاِلٰهُكُمْ اِلٰهٌ وَاحِدْ ، لاَاِلٰهَ اِلاَّ هُوَ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم ، اَللهُ لاَاِلٰهَ اِلاَّ هُوَ الْحَيُّ اْلقَيُّوْمُ ، لاَتَأْخُذُهُ سِّنَةُ وَلاَ نَوْمُ ، لَهُ مَا فِى السَّمٰوَاتِ وَمَا فِى اْلاَرْض ، مَنْ ذَاالَّذِى يَشْفَعُ عِنْدَهُ اِلاَّ بِاِذْنِهِ ، يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ، وَلاَ يُحِيْطُوْنَ بِشَيْئٍ مِنْ عِلْمِهِ اِلاَّ
بِمَاشَاءَ ، وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوَاتِ وَاْلاَرْضََ ، وَلاَ يَؤُدُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ اْلعَلِيُّ اْلعَظِيْمُ .

للهِ مَا فِى السَّمٰوَاتِ وَمَا فِى اْلاَرْضِِ، وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِى اَنْفُسِكُمْ اَوْتُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ الله ، فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ ، وَاللهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْر.

أٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَاْلمُؤْمِنُوْنَ ، كُلٌّ أٰمَنَ بِااللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ، لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ، وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ اْلمَصِيْرُ ، لاَيُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا اِلاَّ وُسْعَهَا ، لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَااْكتَسَبَتْ ، رَبَّنَا لاَ
تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْ اَخْطَأْنَا ، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ .

11. شَهِدَ اللهُ اَنَّهُ لاَاِلٰهَ اِلاَّهُوَ وَاْلمَلاَئِكَةُ وَاُوْلُواْلعِلْمِ قَائِمًا بِااْلقِسْطِ لاَاِلٰهَ اِلاَّهُوَ اْلعَزِيْزُ اْلحَكِيْمُ ، اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَاللهِ اْلاِسْلاَمُ قُلِ اللّهُمَّ مَالِكَ اْلمُلْكِ تُؤْتِى اْلمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزَعُ اْلمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ اْلخَيْرُ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ
قَدِيْرٌ ، تُوْلِجُ اللَّيْلَ فِى النَّهَارِ وَتُوْلِجُ النَّهَارَ فِى اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ اْلحَيَّ مِنَ اْلمَيِّتِ وَتُخْرِجُ اْلمَيِّتَ مِنَ اْلحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابْ.

12. اِلٰهَنَا يَا رَبَّنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا – سُبْحَانَ الله – 33
x، سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ دَائِمًا اَبَدًا

13. اْلحَمْدُ لله ... 33
x، اْلحَمْدُ لله رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ عَلٰى كُلِّ حَالٍ وَنِعْمَةٍ

14. اَللهُ اَكْبَرُ ... 33
x، اَللهُ اَكْبَرُ كَبِيْرًا وَاْلحَمْدُ للهِ كَشِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَاَصِيْلاً ، لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمُلْكُ وَلَهُ اْلحَمْدُ يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِااللهِ اْلعَلِيِّ اْلعَظِيْمِ

15. اَسْتًغْفِرُاللهَ اْلعَظِيْم 33
x

16. اَفْضَلُ الذِّكْرِ فَاعْلَمْ اَنَّهُ – لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ –33
x

17. لاَاِلٰهَ اِلاَّ اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، كَلِمَةُ اْلحَقُِّ عَلَيْهَا نَحْيٰ وَعَلَيْهَا نَمُوْتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ اِنْ شَاءَاللهُ تَعَالٰى مِنَ اْلاٰمِنِيْنَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَكَرَمِهِ ، جَزَ اللهُ عَنَّا سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاهُوَ اَهْلُهُ
Setelah berdzikir, dianjurkan untuk berdoa sesuai dengan kepentingan masing-masing
Sumber: LTM-PBNU

(Do'a of the Day) 26 Sya'ban 1432H

Bismillah irRahman irRaheem
In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Allaahumma a'uudzu bika min 'amalisy syaithaani wa sayyi'aatil ahlaami.
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan setan dan dari mimpi yang buruk.
Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 1, Bab 65.

Rabu, 27 Juli 2011

(Ngaji of the Day) ISLAMISME – 9: Kesimpulan Islamisme di Indonesia

ISLAMISME – 9: Kesimpulan Islamisme di Indonesia
Oleh: KH. As'ad Said Ali
Mencermati perkembangan gerakan Islam non-mainstream yang cukup mewabah tersebut di atas maka pertanyaan pentingnya adalah bagaimana implikasi gerakan tersebut bagi gerakan sosial keagamaan yang sudah relatif mapan di Indonesia? Jawaban pertanyaan ini untuk sementara masih bersifat spekulatif. Namun beberapa perkiraan umum dapat dilakukan. Pertama, gerakan Islam non-mainstream kemungkinan besar masih akan terus berkembang luas. Hal ini terutama ditunjang oleh jaringan internasional yang mendukungnya. Padahal gerakan Islam mainstream relatif kurang mendapat dukungan jaringan internasional.

Kedua, gerakan Islam non-mainstream kemungkinan besar akan berbenturan dengan gerakan Islam mainstream. Saling singgung dan saling menggerogoti basis kemungkinan besar akan terjadi. Basis Muhammadiyah di perkotaan umpamanya, sekarang ini sedang digerogoti oleh jamaah Ikhwan dan Hizbut Tahrir. Jamaah Tabligh menggerogoti beberapa konstituen penting NU di perkotaan. Sedangkan gerakan Salafi, berusaha mengambil jamaah NU puritan dengan pendekatan pesantren. Adapun Jamaah Tabligh sedang mengincar komunitas-komunitas sufi.
Ketiga, di antara sesama jaringan non-mainstream ternyata terjadi ketegangan yang kuat. Jamaah Ikhwan umpamanya, tidak pernah bertemu dengan Hizbut Tahrir. Sedangkan Salafi sangat getol mengecam gerakan Ikhwan, Hizbut Tahrir, maupun Jamah Tablig.

Meskipun terjadi persaingan yang serius, semua gerakan non mainstream tersebut ternyata bertemu dalam agenda terwujudnya pemerintahan Islam. Kecuali Salafi Dakwah dan Jamaah Tablig yang, untuk sementara, bersifat apolitis. Agenda terakhir ini tentu saja dapat berpotensi berbenturan dengan ideologi Nasional. Persoalannya, bagaimana negara harus menghadapi aneka ragam idelogi gerakan yang tidak sepenuhnya sejalan dengan ideologi nasional. Menurut hemat kami, sepanjang gagasan-gagasan tersebut masih dalam ranah privat, maka negara seharusnya tidak perlu campur tangan. Hal ini berkaitan dengan kewajiban negara untuk melindungi kebebasan pemikiran dan gagasan yang dikembangkan oleh warga negara. Namun, apabila gagasan tersebut sudah ditransformasikan menjadi sebuah gerakan politik secara langsung, maka sudah sepantasnya negara melakukan tindakan. Tapi, tindakan itu harus tetap sesuai koridor negara hukum.

Mengacu pada TAP-MPRS III/1966 tentang larangan ajaran marxisme-leninisme-komunisme yang masih berlaku hingga sekarang, maka negara pada dasarnya mempunya kewenangan yang kuat untuk melakukan tindakan hukum bagi gerakan-gerakan yang mempunyai ideologi politik yang secara nyata bertentangan dengan Pancasila. Dalam konteks pribadi, bisa mengunakan KUHP tentang kejahatan terhadap negara. Dalam konteks keormasan, bisa menggunakan UU No.8/1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan. Sedangkan dalam konteks partai politik bisa menggunakan UU No.2/2008 tentang Partai Politik. Persoalannya tinggal komitmen negara dalam melaksanakan peraturan perundangan.
(tamat)
* Wakil ketua umum PBNU

(Do'a of the Day) 25 Sya'ban 1432H

Bismillah irRahman irRaheem
In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Allaahumma a'uudzu bi kalimaatil laahit taammati min ghadhbihii wa syarri 'ibaadihii wa min hamazaatisy syayaathiini wa an yahdhuruuni.
Ya Allah, aku berlindung dengan kalam Allah yang sempurna daripada murka-nya, daripada kejahatan hamba-hamba-Nya, daripada tipuan setan, dan daripada kedatangan mereka kepadaku (kesurupan).
Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 1, Bab 63.

Selasa, 26 Juli 2011

(Ngaji of the Day) ISLAMISME – 8: Salafi Jihadi

ISLAMISME – 8: Salafi Jihadi
Oleh: KH. As'ad Said Ali
Berkembangnya gerakan salafi jihadi merupakan klimaks kemarahan para aktifis salafi jihadi pada pemerintah Saudi Arabia. Kalangan jihadi menolak mentah-mentah upaya yang dilakukan pemerintah Saudi Arabia untuk meminta bantuan Amerika Serikat demi melindungi negara. Bertitik tolak dari ketidaksepahaman inilah, kalangan salafi jihadi kemudian lebih memilih berhadap-hadapan dengan pemerintahnya sendiri.

Setelah Soviet keluar dari Afganistan, dukungan internasional untuk jihad mulai meredup dan para mujahidin kembali ke negara masing-masing. Usamah bin Laden kembali ke Saudi Arabia. Pada tahun 1990, Irak menyerang Kuwait, ini mengakibatkan ketakutan pada Saudi Arabia. Usamah melakukan pendekatan pada Raja Fahd dan menawarkan bantuan untuk mempertahankan kerajaan, dengan membangun benteng pertahanan dan bantuan pasukan mujahidin yang pernah dibinanya.

Namun Raja Fahd tak cukup yakin apakah Usamah bin Laden akan mampu menahan gempuran pesawat tempur Irak. Jawaban yang diberikan pada Raja Fahd rupanya tak cukup meyakinkan, karena itu Raja Fahd minta bantuan kepada Amerika Serikat dan negara barat lainnya untuk melindungi kerajaan Saudi dari serbuan tentara Irak.

Menurut Usamah, undangan Saudi terhadap Amerika sama artinya dengan penghinaan terhadap negara muslim. Sebab menurut Usamah segala kerusakan yang ada di negara-negara muslim disebabkan oleh orang-orang kafir yang superpower. Dengan mengundang Amerika ke Saudi sama artinya dengan Saudi meminta dihancurkan oleh negara kafir.

Merasa tak sejalan lagi dengan pemerintah Saudi, Usama dan para pengikutnya keluar dari Saudi. Mereka membangun jaringan untuk menyerang Barat. Pada tahap pertama, Usamah dan pengikutnya pindah ke Sudan 1992-1994. Pada tahun 1994 al-Qaeda pindah ke Pakistan dan akhirnya bergabung dengan Taliban di Afganistan. Dengan kata lain, sejak 1992 kepemimpinan al-Qaeda telah berhijrah dan membangun pergerakan jihad dalam skala global dalam rangka menghancurkan hegemoni Barat.

Tempat-tempat latihan dibangun diberbagai arena di Afganistan, demikian juga dengan jaringan yang berskala internasional. Hal ini dilakukan dalam rangka untuk menyerang Barat. Dalam programnya, al-Qaeda memasukkan upaya untuk konsolidasi organisasi jihad, memproduksi video rekaman dengan resolusi tinggi, dan melibatkan dunia publik. Pada 1996 dan 1998 Usama mendeklarasikan perang melawan Amerika atas nama al-Qaeda. Deklarasi ini diikuti dengan serangan bom ke kedutaan Amerika di Tanzania dan Kenya.

Ideologi

Meski secara politis Usamah bin Ladin menjadi pimpinan dari salafi jihadi, namun dari segi ideologi gerakan salafi jihadi dibangun atas dasar pemahaman salafi (wahabi) dan Sayyid Quthb. Kedua pemahaman tersebut dibangun atas puritanisme dalam rangka mengembalikan kejayaan Islam. Kedua paham ini menemukan persemaiannya di Afganistan.

Pada fase 1980-an dan 1990-an gerakan apolitis-puritan selalu memandang ke belakang (romantisisme) menjadi gelombang baru dari gerakan fundamentalisme. Gerakan ini pada awalnya hanya gerakan puritan Islam yang ingin mengembalikan kejayaan Islam. Gerakan puritan Islam yang dipelopori Nashirudin al-Bani yang merupakan penerus Muhammad bin Abdul Wahhab bermula di Saudi Arabia. Gerakan ini tak mendapat hambatan apapun di Saudi karena hampir mirip dengan gerakan Wahabi.

Perkawinan paham antara salafi (wahabi) dan Quthb menjadi doktrin baru bagi para aktifis yang menamakan diri sebagai Salafi Jihadi. Pada saat perang teluk 1990-1991 dimana pasukan Amerika memasuki tanah suci, menjadi kemarahan yang sangat besar bagi kalangan salafi jihadi. Merekapun berhijrah, dalam upaya membuat persiapan untuk menghadapai Barat.

Ide baru yang membedakan al-Qaeda dengan gerakan Islam datang dari Abdullah Azzam. Sebelumnya, perjuangan para mujahidin hanya untuk mengalahkan rejim yang sedang berkuasa di Afganistan yaitu Uni Soviet. Bagi Azzam, meskipun tidak ada kompromi dengan rejim sekuler, perpindahan kalangan mujahidin dari berbagai penjuru dunia ke Afganistan menunjukan bahwa perjuangan umat Islam adalah perjuangan global.

Teori jihad internasional ini diperkenalkan oleh kader internasional yang merupakan hasil dari Jihad di Afganistan. Masyarakat dari seluruh dunia berdatangan ke Afganistan, berlatih militer di kamp yang dibangun dan dikelola oleh Abdullah Azam dan Usamah Bin Laden. Kemudian mereka kembali ke negara masing-masing dan membuat jaringan di negara masing-masing. Usamah yang mempunyai keahlian dalam hal bisnis administrasi mencatat semua pejuang yang pernah berlatih di Bait al-Anshar, atau di tempat latihan lainnya. Hal ini tidak berarti Usamah mempunyai organisasi seperti Rotary Club atau seperti Komintern, namun hal ini lebih mengandung arti bahwa Usamah tetap mempunyai kontak dengan pemimpin dari setiap kelompok di seluruh dunia yang pernah terlibat dalam peperangan selama 10 tahun di Afganistan.

Pemikiran jihad global ini dipahami secara sama oleh para pelaku teror di Indonesia, karena memang itu merupakan bagian jaringan Internasional. Noordin M Top, dalam VCD-nya menyatakan, “Kalian telah menyaksikan bahwa ikhwan-ikhwan kami telah menyerang musuh-musuh Islam langsung ke jantung pertahanan mereka”.Pernyataan tampaknya ditujukan kepada para pimpinan al-Qaeda atau kepada jaringan lainnya, bahwa jaringan Asia Tenggara telah melakukan sebuah aksi menyerang kepentingan Barat.

Landasan pemikirannya, seperti yang disampaikan sebelumnya untuk menghancurkan Amerika dan sekutunya. Hal ini juga disampaikan dalam pidato singkatnya di VCD tersebut sebagai berikut, “Kami tegaskan musuh-musuh Allah yaitu musuh-musuh kami adalah Amerika. Kami ulangi, bahwa musuh-musuh Allah adalah Yahudi, Salibi, Amerika, Australia, Inggris dan Italia. Kami juga menegaskan musuh kami adalah penolong-penolong dan pembantu-pembantu Bush dan Blair penguasa kafir, yang menguasai kaum muslimin, yang memburu ulama-ulama kaum mujahidin. Bahwa kepada kecelakaan akan menimpa kamu. Selama kamu, masih mengintimidasi kaum muslim, maka kami akan terus mengintimidasi. Kalian akan terus merasakan bagaimana serangan mematikan seperti ini”.

Bagi kalangan al-Qaeda, hanya ada satu sebab, karena Soviet melawan Islam maka mereka dapat dihancurkan, hal ini sudah menjadi sunnatullah, seperti juga kalangan Quraisy yang menentang Islam dapat dihancurkan. Keyakinan inilah yang sekarang dipakai al-Qaeda dalam melakukan aksi teror menentang Barat. Tujuan dari aksi teror ini adalah menghancurkan Amerika dan aliansi Yahudi dan Kristen sebagai superpower.

Dalam program jihad global, maka Amerika merupakan negara pertama yang dijadikan target utama. Prioritas ini bertujuan untuk menghancurkan mitos tentang Amerika sebagai negara Superpower yang tak terkalahkan. Ketika al-Qaeda merujuk ke Amerika, artinya dunia non muslim secara umum. Hal ini menjadi anatema untuk al-Qaeda dan afiliasinya untuk menyerang rejim yang ada di negara muslim, pada tahap ini sebagai sebuah proses. Bagi al-Qaeda Amerika dan sekutunya sebagai sesuatu yang lemah, dibandingkan dengan Soviet.

Target penting al-Qaeda adalah untuk mengalahkan Amerika, seperti Hizbullah mengeluarkan Perancis dari Libanon dengan bom truknya 1983. Keluarnya Amerika dari Somalia setelah kematian delapan pasukannya, demikian juga di Vietnam. Para pemimpin al-Qaeda merujuk pada Vietnam Syndrom sebagai bukti bahwa Amerika dapat dihapuskan sebagai sponsor bagi rejim-rejim di Timur Tengah.

Al-Qaeda sudah cukup belajar, untuk mengalahkan rejim lokal, maka yang pertama harus dikalahkan adalah negara superpower yang menjadi pendukung rejim lokal. Bagi masyarakat Salafi Jihadi menjadi bukti gerakan radikal yang dimodifikasi oleh Salafi Jihadi, telah membuahkan hasil di Afganistan. Karena itu, mereka berkeyakinan tak terlalu sulit untuk mengalahkan Amerika dan sekutunya.

Lebih jauh, dalam perspektif al-Qaeda, Barat di bawah kepemimpinan Amerika Serikat, telah bergerak menuju kepada sebuah proses “fir’aunisasi”(Pharaohization). Ini mendasarkan pada sebuah hikayat al-Quran tentang kejahatan raja Fir’aun. Pada saat yang bersamaan kelompok-kelompok Islam di Mesir menyamakan rezim Gamal Abdul Nasser, Anwar Sadat, dan Husni Mubarrak sebagai Fir’aun tersebut. Sebab itu, istilah ini memberikan sebuah simbol yang berguna bagi pergerakan-pergerakan tersebut dalam melakukan transformasi musuh-musuh baik internal maupun luar negeri.

Jaringan al-Qaeda di Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia)

Untuk jaringan al-Qaeda di Asia Tenggara yang menjadi pelaku, sebagaimana disebutkan sebelumnya, adalah mereka yang pernah berperang di Afganistan. Adapun tokoh yang menjadi mediator dengan Usamah bin Ladin di Afganistan adalah Umar Farouq – asal Kuwait, menikah dengan orang Indonesia, ditangkap di Indonesia, kemudian dikembalikan ke negara terakhir sebelum menginjakkan kakinya di Indonesia, kemudian di penjara di Afganistan, namun belakangan diberitakan dapat melarikan diri dari penjara.

Pada mulanya, pusat al-Qaeda di Asia Tenggara, berada di Malaysia. Namun ketika pemerintah Malaysia melakukan tindakan tegas kepada kalangan muslim garis keras, mereka lalu pindah ke Indonesia. Secara kebetulan memang mereka warga negara Indonesia. Secara pemikiran dan sikap sebenarnya mereka tidak sama. Dalam garis perjuangan Hambali dan Abdullah Sungkar adalah orang yang lebih cenderung menggunakan kekerasan dalam bertindak. Sedangkan Abu Bakar Ba’asyir lebih cenderung mengobarkan semangat jihad dalam artian yang sangat luas dari pada melakukan tindakan dalam bentuk kekerasan. Hal ini bisa terlihat dari artikulasi Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) dan kemudian JAT, organisasi yang dipimpinnya, lebih cenderung mengobarkan semangat jihad dalam artian yang luas, sedangkan tindakan anarkis bukan prioritas utama. Sedangkan Abu Jibril dan tentu saja dengan pengikutnya, lebih memilih jalan dakwah sebagaimana biasa, dengan jalan damai.

Sikap dan pandangan orang-orang tersebut yang kemudian juga disebut-sebut sebagai pimpinan Jama’ah Islamiyah berimplikasi pada gerakan seterusnya di Indonesia. Bagi Hambali dalam mensikapi segala tindakan pemerintah dan juga koflik yang terjadi di Ambon lebih cenderung harus dibalas dengan cara kekerasan. Misalnya, ketika konflik di Ambon didapati ada banyak senjata di gereja, maka Hambali meminta pada Imam Samudera dan Ali Imran untuk membalas hal tersebut dengan melakukan aksi serangan kepada gereja-gereja di seluruh Indonesia. Maka dikenal dengan serangan bom Natal tahun 2001.

Tidak demikian halnya dengan Abu Bakar Ba’asyir, yang melihat persoalan tersebut bersifat lokal. Artinya apa yang menimpa (konflik) umat Islam di suatu daerah, maka hal yang harus dilakukan, andaikan melakukan pembelaan, maka harus dilakukan juga di daerah konflik tersebut dengan balasan yang seimbang. Demikian juga halnya dengan Abu Jibril.

Dalam jaringan al-Qaeda di Asia Tenggara (Indonesia dan Malaysia) lebih di fokuskan pada, jaringan al-Qaeda yang melakukan aksi teror. Jaringan al-Qaeda di Indonesia terbagi menjadi beberapa kelompok besar. Pertama kelompok Malaysia atau yang dikenal dengan kelompok muslim militan yaitu terdiri Wan Min Wan Mat, Roshelmy Muhammad Sharif, Idrus Salim, Abdullah Daud, Azhari dan Noordin M Top. Dua nama terakhir dalam melakukan aksi terornya selalu di Indonesia. Kelompok kedua, kelompok Serang yang terdiri dari Imam Samudera alias Abdul Aziz, Abdul Rauf, Andi Oktavia, Amin dan Iqbal meninggal saat melakukan bom bunuh diri di Pady’s café, Bali, 2002. Kelompok ketiga, adalah kelompok Lamongan yaitu terdiri dari Mukhlas, Amrozi, Ali Imran Umar alias Petek, Dulmatin, Mubarak dan Idris. Kelompok keempat, kelompok Makasar yaitu Abdul Hamid, Muchtar Daeng, Ilham, Usman, Masnur dan Azhar Daeng.

Dalam melakukan aksinya mereka selalu melakukan koordinasi satu sama lain. Misalnya dalam Bom Bali I kerjasama antara kelompok Serang dengan kelompok Lamongan atau yang dikenal dengan nama poros Lamongan-Serang. Demikian juga dengan aksi-aksi teror lainnya selalu ada koordinasi satu dengan yang lainnya. Nama-nama yang terdapat dalam kelompok-kelompok di atas adalah tokoh-tokoh utama dalam aksi teror. Sedangkan yang pendukung aksi teror tersebar diseluruh Indonesia. Mereka hampir ada di seluruh Indonesia.
(bersambung)
*Wakil ketua umum PBNU

(Do'a of the Day) 24 Sya'ban 1432H

Bismillah irRahman irRaheem
In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Allaahumma rabbas samaawaatis sab'I wa maa adlallat, wa rabbal ardhiina wa maa aqallat, wa rabbasy syayaathiina wa maa adhallat. Kun lii jaaran min syarri khalqika kullihim jami'an, an yafrutha 'alayya ahadun minhum wa an yabghaa 'alayya. 'Azza jaaruka wa jalla tsanaa'uka, wa laa ilaaha ghairuka, wa laa ilaaha illaa anta.
Ya Allah, Tuhan Pemelihara langit yang tujuh dan apa saja yang dilindunginya, Tuhan Pemelihara segala bumi dan apa saja yang terkandung di dalamnya, dan Tuhan Pencipta setan dan apa saja yang tersesat karenanya. Jadikanlah aku terpelihara dari kejahatan makhluk-Mu itu semuanya, sampai-sampai seseorang dari mereka mengalahkan aku dan berbuat dzalim. Mulialah pemeliharaan-Mu, Maha Besar puji-Mu, tiada tuhan selain Engkau dan tidak ada tuhan kecuali Engkau.
Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 1, Bab 63.

Senin, 25 Juli 2011

Masih adakah yang menjemur nasi sisa?

Pernahkah karena sesuatu hal kita tidak menghabiskan makanan yang kita makan? Saya yakin jawabannya "pernah". entah itu kita sedang kekenyangan namun memaksa untuk tetap makan, tidak selera, sedang tidak enak badan, atau alasan lainnya.





Bagi sebagian orang, sisa nasi dari makanan yang kita makan, biasanya langsung dibuang ke tempat sampah begitu saja. dan mungkin ini juga yang biasa saya lakukan. Namun, oleh sebagian banyak orang, ada yang merasa sangat sayang jika nasi tersebut dibuang begitu saja. Mereka kemudian menjemurnya sampai kering dan kemudian memasaknya lagi untuk dimakan kembali dengan sebutan NASI AKING.











Bersyukurlah jika kita masih bisa menikmati nasi dari beras cianjur yang putih, pulen, dan mantab. karena ternyata masih teramat sangat banyak mereka yang masih mengonsumsi nasi aking.

(Masjid of the Day) Al Aliif di ketinggian SGC

Sangat jarang menemukan tempat beribadah di pusat perbelanjaan yang berada di lantai atas, karena biasanya selalu ngumpet di lantai bawah atau paling bawah dan selalu dipojokan. Namun berbeda dengan tempat ibadah yang ada di SGC ini, letaknya di lantai atas sehingga terlihat sangat gagah...























(Ngaji of the Day) ISLAMISME – 7: Perkembangan Salafi di Indonesia

ISLAMISME – 7: Perkembangan Salafi di Indonesia
Oleh: KH. As'ad Said Ali
Perkembangan gerakan salafi di Indonesia tidak mungkin dilepaskan dari dinamika internasional sebagaimana disebutkan di atas. Bahkan boleh dikatakan, dinamika gerakan salafi Indonesia sebagian besar merupakan perpanjangan dari perkembangan internasional.

Sama seperti kecenderungan internasional, gerakan salafi baru muncul di Indonesia pada awal dekade 1980-an. Dorongan utamanya adalah berdirinya lembaga LIPIA (Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Bahasa Arab) yangmerupakan cabang dari Universitas Imam Muhammad ibn Saud Riyad di Indonesia. LIPIA pertama kali dipimpin oleh Syeikh Abdul Aziz Abdullah al-Ammar, murid tokoh utama salafi Syeikh Abdullah bin Baz.

LIPIA menggunakan kurikulum Universitas Riyad, staf pengajarpun didatangkan langsung dari Saudi. Salah satu yang membuat banyak mahasiswa tertarik belajar di LIPIA, karena LIPIA menyediakan beasiswa berupa uang kuliah dan uang saku. Lebih dari itu, LIPIA juga menjanjikan para alumninya untuk bisa melanjutkan tingkat master dan doktoral di Universitas Riyad di Saudi.

Alumni LIPIA angkatan 1980-an, kini menjadi tokoh terkemuka di kalangan salafi. Diantaranya adalah Yazid Jawwas, aktif di Minhaj us-Sunnah di Bogor; Farid Okbah, direktur al-Irsyad; Ainul Harits, Yayasan Nida''ul Islam, Surabaya; Abubakar M. Altway, Yayasan al-Sofwah, Jakarta; Ja'far Umar Thalib, pendiri Forum Ahlussunnah Wal Jamaah; and Yusuf Utsman Bais’a direktur al-Irsyad Pesantren, Tengaran.

Sebagaimana ciri umum salafi, generasi 1980-an LIPIA tersebut sangat anti terhadap kelompok Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir, Jamaah Tabligh dan Darul Islam. Jangankan untuk bergaul dengan mereka yang berorganisasi, dengan sesama salafi yang berorganisasipun mereka menolak untuk dibantu secara keuangan.

Dari generasi 1980-an lahir Ja’far Umar Thalib. Dia adalah lulusan pertama LIPIA dan menjadi perintis pertama gerakan dakwah salafi di Indonesia. Diantara lulusan LIPIA, Ja’far berangkat ke Yaman pada tahun 1991 untuk belajar pada Sheikh Mukbil ibn Hadi al-Wad'i, di Dammaz, Yaman. Seperti sudah disinggung sebelumnya, Mugbil adalah tokoh salafi puritan. Karakter ini akan menurun pada Jafar. Sedangkan Yusuf Baisa, lulusan LIPIA lainnya, belajar langsung ke Arab Saudi dan belajar dari kalangan syeikh sahwah Islamiyah. Karena as-sahwah terpengaruh Ikhwanul Muslimin, maka pandangan Yusuf Baisa nantinya juga sangat berbeda dengan Jafar.

Pembentukan Laskar Jihad Ahl Sunnah Wal Jama’ah (LJASWJ)

Ja’far Umar Thalib, namanya menjadi terkenal setelah menjadi komandan pasukan Laskar Jihad ahlu sunnah wal Jamaah, yang memimpin pasukan perang ke Ambon pada tahun 2001. Dalam mendirikan Laskar Jihad ahlu sunnah wal Jamaah Ja’far tidak sendiri, namun didampingi muridnya Muhammad Assewed.

Adapun yang melatarbelakangi pemikiran Ja’far dan Assewed untuk membentuk laskar Jihad adalah sebagai berikut; pertama, kerusuhan di Ambon dari hari ke hari tidak menunjukan ke arah yag semakin membaik. Kedua, korban dari kalangan muslim terus berjatuhan dan semakin banyak. Ketiga, keresahan dan kemarahan sudah tampak pada kaum muslimin di Indonesia, namun mereka tidak tahu apa yang harus mereka perbuat. Keempat, Pemerintah tak berdaya menghadapi para perusuh tersebut yang dengan leluasa membunuhi kaum muslimin di Ambon. Kelima, sementara itu, kaum muslimin hanya yang berada di luar Ambon hanya bisa berdemonstrasi yang sama sekali tidak meringankan beban mereka yang berada di Ambon.

Dari keprihatinan tersebut di atas, Muhammad Assewed beserta Ja’far Umar Thalib mengadakan telaah kitab baik al-Qur’an maupun as-Sunnah untuk mendapat kepastian tindakan apa yang harus dilakukan. Setelah mendapat landasan teologis, keduanya berangkat ke Timur Tengah untuk berkonsultasi dengan para guru, tindakan apa sekiranya yang harus dilakukan.

Ulama-ulama Salafi yang dimintai fatwanya oleh Ja’far mengenai Jihad ke Ambon diantaranya adalah Syeikh Abdul Muhsin al-'Abbad, ahli hadith dari Madinah,‘wajib menolong orang muslim yang didhalimi’. Syeikh Ahmad an-Najmi, anggota dewan ulama, mengatakan wajib hukumnya untuk menolong muslim yang di dhalimi, dan menjadi penting untuk tidak langsung terjun ke arena pertempuran tanpa memiliki persiapan dan konsultasi yang bagus. Syeikh Muqbil bin Hadi al-Wadi, guru Ja'far di Yaman mengatakan bagi muslim Indonesia menjadi kewajiban masing-masing individu untuk membela saudara muslim lainnya. Syeikh Rabi' bin Hadi al-Madkholi dari Madinah mengatakan Jihad adalah wajib untuk semua muslim sebab saudara-saudara mereka telah diserang oleh orang Kristen. Syeikh Wahid al-Jabiri mengatakan dibolehkan dalam hukum Islam untuk mempertahankan saudaranya yang tengah diserang. Syeikh Muhammad bin Hadi al-Madkhali, dari Madinah mengatakan wajib jihad menolong saudaranya yang diserang.

Dari berbagai kajian dan konsultasi, maka disimpulkan untuk berangkat jihad ke Ambon secara organisatoris. Perlunya organisasi untuk berangkat ke Ambon dalam rangka mengatur strategi dan mobilisasi massa. Maka dibentuklah Imarah (kepemimpinan) kaum muslimin dalm menjalankan jihad fi sabilillah. Untuk menghindari segala fitnah yang mungkin terjadi maka imarah diberi nama dengan nama Imarah Jihad Ahlu Sunnah wal Jamaah, yang dipimpin atau panglima tertinggi Ja’far Umar Thalib, sedangkan Assewed bertindak sebagai Ketua Umum Forum Komunikasi Ahlu Sunnah wal Jamaah, posisi yang sangat penting setelah Ja’far Umar Thalib.

Sepulang dari Jihad Ambon, Ja’far lalu membubarkan Laskar Jihad ahlu sunnah wal Jamaah, sebab Ja’far khawatir laskar Jihad akan digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Selain itu juga memang mulai banyak kritik dari kalangan salafi lainnya, bahwa laskar jihad sudah menjadi gerakan hizbiyah, dimana hal ini sangat bertentangan dengan manhaj salafi.

Selebihnya untuk mewadahi alumni laskar jihad, maka dibentuklah Forum Komunikasi Ahl Sunnah Wal Jama’ah (FKASWJ), lembaga ini tak lebih dari sekedar lembaga paguyuban, tempat berkumpul dan bersilaturahmi. Meski demikian, FKASWJ menjadi identitas kelompok tersendiri dikalangan salafi.
Mereka yang tergabung dengan FKASWJ –khususnya sebelum Ja’far Umar Thalib dinyatakan keluar dari salafi – umumnya beraliran salafi puritan dan berkiblat ke Salafi Arab Saudi.

Konflik Salafi
Perkembangan salafi di Indonesia ternyata rawan konflik. Sumber konflik pertama adalah bias konflik di level internasional. Di Indonesia, hal ini termanifestasikan dalam tindakan saling kecam antara mereka yang tergabung dalam salafi puritan dan mereka yang terkait dengan jaringan Sururiah. Sedang konflik kedua adalah ketegangan guru-murid karena ulah sang murid yang dianggap melenceng oleh sang guru. Tipe konflik kedua inilah yang dialami oleh afar Umar Thalib. Sedang konflik ketiga adalah konflik sesama ulama salafi.

Ada dua konflik besar yang terjadi dikalangan Salafi, pertama konflik antara Ja’far Umar Thalib dengan Yusuf Baisa. Kedua konflik Ja’far Umar Thalib dengan Muhammad Assewed, dan Yazid Jawwaz. Konflik ini berimplikasi pada jaringan mereka yang terpecah-pecah. Muara dari pertikaian adalah munculnya dua group besar mengikuti pembelahan di level internasional: sururi dan puritan.

Konflik pertama, antara Ja’far Umar Thalib dengan Yusuf Baisa sampai pada tahap mubahalah (beradu do’a, siapa yang berbohong akan celaka). Yusuf Baisa seperti juga Ja'far Umar Thalib merupakan alumni pesantren PERSIS Bangil. Keduanya melanjutkan studi ke LIPIA. Namun, Yusuf Baisa meneruskan ke Riyadh sedangkan Jafar meneruskan ke Yaman.

Sekembali dari Yaman, Ja'far Umar Thalib mendengar khabar bahwa Yusuf Baisa mengkampanyekan pandangan yang berbeda dengan salafi. Yusuf Baisa mengatakan agar dakwah menjadi efektif, maka harus mempunyai kemampuan berorganisasi seperti kalangan Ikhwan al Muslimun, bijaksana seperti Jama’ah Tabligh, dan mempunyai ilmu pengetahuan seperti Salafi, dalam hal saling memahami masalah aqidah. Sebagian pendengar menyampaikan pernyataan ini pada Ja'far.

Ja'far mendengar berita ini sangat marah sekali pada Yusuf, karena menganggap gerakan Salafi seperti gerakan Ikhwan yang terorganisir. Abu Nida coba mendamaikan keduanya, berlaku sebagai mediator. Yusuf dan Ja’far bertemu dan untuk memberikan klarifikasi, hal ini terjadi di rumah Ja’far dan dipimpn oleh Abu Nida’ dan dihadiri oleh tiga pemimpin Salafi lainnya.

Yusuf mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan membicarakan manfaat hizbiyah seperti Ikhwan al Muslimun. Pendeknya pertemuan itu menghasilkan kesepakatan bahwa Yusuf Baisa akan kembali ke riil salafi. Yusuf juga setuju untuk mengumumkan kepada para aktifis Salafi bahwa dia telah kembali ke jalan yang benar, dengan demikian dia meyakinkan bahwa Salafi harus tetap bersatu. Yusuf juga membuat pertemuan pada bulan Juni 1994 di masjid Utsman bin Affan dekat rumah Ja'far, untuk menyelesaikan persoalan mereka.

Namun Yusuf beberapa bulan kemudian menyatakan hal sama kembali. Pada sebuah ceramah tentang konsep keadilan, Yusuf merekomendasikan tulisan beberapa kalangan Salafi dimana Ja’far menyebut mereka sebagai Sururiyah.

Perkembangan pertengkaran antara keduanya semakin memburuk. Yusuf mengadakan diskusi mengkritik buku Ja’far. Ja’far menuduh Yusuf melakukan fitnah, karena itu Ja’far menulis “gerakan Sururi memecah belah Ummat”. Yusuf merespon pandangan Ja’far dengan mengajak mubahalah.

Setelah diadakan Mubahalah perpecahan semakin tak bisa dihindari. Ja’far meminta semua kalangan salafi untuk ikut bersamanya atau berhadapan dengannya. Semua guru-guru Salafi yang datang bersamanya yang umumnya berasal dari FKASWJ.

Konflik kedua terjadi antara Ja’far Umar Thalib dengan Muhammad Assewed dan Yazid Jawwas. Kedua tokoh tersebut terbilang mantan murid-murid Ja’far Umar Thalib. Namun kini hubungan antara guru dengan murid terputus sudah, mereka saling membid’ahkan satu sama lain.

Konflik antara Ja’far Umar Thalib dengan Muhammad Assewed terjadi setelah kembali dari jihad Ambon. Sepulang dari Ambon Ja’far melakukan perenungan dakwah. Diantara perenungannya adalah menyadari telah terjadi kesalahan yang amat fatal dalam melakukan dakwah Salafiyah yaitu terlalu memprioritaskan aqidah sementara itu dalam segi akhlaq tidak terlalu terperhatikan. Akibatnya, para murid Ja’far sulit untuk toleran terhadap orang lain yang tidak sepaham dengan manhaj Salafi. Dengan demikian, dakwah manhaj Salafi menjadi ditakuti orang lain, bukan malah sebaliknya dicintai kaum muslimin.

Padahal dalam ajaran Islam antara akhlaq dengan aqidah berdiri satu jajar dan tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain.
Memprioritaskan antara aqidah atau akhlaq akan menimbulkan kepincangan dalam dakwah. Seperti yang dialami kalangan Salafi, masyarakat bukan tidak mau menerima kebenaran ajaran, namun menjadi takut melihat akhlaq da’i yang tidak mempunyai jiwa toleran sama sekali.

Tak hanya itu, kuatnya doktrin dalam rangka membina aqidah berakibat pada keengganan murid berbeda pendapat dengan gurunya. Hal ini berimplikasi tidak adanya penelaahan terhadap kitab yang ada, sebab segalanya telah diserahkan pada guru (syaikh). Sikap demikian, pelan namun pasti menimbulkan sikap taqlid, dimana hal ini sangat ditentang dalam manhaj Salafi.

Refleksi pemikiran ini rupanya tak bisa diterima para muridnya. Diantaranya yang menolak pemikiran Ja’far adalah Muhammad Assewed. Menurut Assewed, pemikiran Ja’far ini dianggap sebagai melemahnya sikap Ja’far terhadap ahlul bid’ah. Padahal menurut Assewed, memperingatkan ummat dari ahlul bid'ah dan mentahdzir ahlul bid'ah, membenci mereka, menghajar mereka, memboikot mereka dan tidak bermajlis dengan mereka, adalah kesepakatan dalam ajaran salafi.

Hasil perenungan Ja’far dianggap sebagai sikap kompromi terhadap bid’ah, karena itu aqidah Ja’far patut dipertanyakan, apakah masih dalam manhaj Salafi atau sudah keluar? Berita ini sampai juga ketelinga para guru di Timur Tengah. Repotnya para guru hanya menerima informasi sebelah pihak, walhasil keluar fatwa dari syaikh Rabi’ bin Hadi al-Madkhali bahwa Ja’far Umar Thalib sudah keluar dari manhaj Salafi. Tentu saja Ja’far tidak menerima fatwa ini, sebab menurutnya apa yang disampaikan pada para syaikh hanya kedustaan belaka.

Namun menurut Ja’far, itulah persoalannya, kaum muslimin di Indonesia jangan dibayangkan kalau mereka itu semua mengerti akan agama Islam secara mendetail. Umat Islam di Indonesia, pada umumnya tidak tahu Islam secara mendetail. Maka silang pendapatpun terjadi, yang berujung pada saling tuding. Sampai tulisan ini diturunkan Muhammad Assewed sudah tak tinggal lagi di Yogyakarta, melainkan di Cirebon kembali membina madrasah Al-Irsyad.

Silang pendapat yang cukup tajam juga terjadi antara Ja’far Umar Thalib dengan Yazid Jawaaz Perbedaan pendapat mengenai apakah kelompok Salafi perlu pergi untuk berjihad ke Ambon. Yazid Jawaaz berpendapat bahwa kalangan Salafi tak perlu berangkat ke Ambon, karena masih ada pemerintah yang bertanggung jawab. Namun, Ja’far dan Assewed berpendapat lain. Bahwa telah terjadi pendhaliman terhadap umat Islam di Ambon dan memerlukan bantuan. Silang pendapat ini berujung pada saling tuding, bahwa Ja’far menganggap Yazid enggan untuk berangkat Jihad, sementara Yazid menuduh Ja’far hanya mencari popularitas saja.

Tak hanya itu, perbedaan pendapat juga terjadi mengenai pemikiran para tokoh Ikhwanul Muslimin, antara Yazid Jawwas dengan kalangan Salafi lainnya, menyebabkan Yazid tidak lagi dianggap Salafi. Dalam pandangan Yazid, tidak semua pendapat atau tindakan para tokoh Ikhwan bisa dikategorikan sebagai ahlul bid’ah, sebab mereka adalah para pejuang Islam, yang rela berkorban demi Izzul Islam wal Muslimin. Namun lain halnya dengan pandangan para syaikh Salafi terutama yang berada di Timur Tengah, dimana mereka menganggap para tokoh Ikhwanul Muslimun adalah orang-prang hizbiyyah (yang selalu mendahulukan kelompoknya) dan itu termasuk dalam dosa besar.

Setelah terjadi konflik yang berterusan antara Ja’far dengan yang lain, maka gerakan salafi terpecah menjadi semakin jelas antara yang politik dan non politik – terjaring dalam FKASWJ.

Salafi Sururiah
Bagi kalangan Salafi yang mentolerir adanya kehidupan berpolitik lebih sering disebut kelompok sururiyah. Di Indonesia sendiri, banyak sekali kalangan salafi yang mendapat gelar sururiyah atau yang mempunyai pandangan yang berbeda dengan kalangan salafi puritan. Mereka adalah Yusuf Baisa, Abu Nida Chomsaha Sofwan dkk, Abu Sa'ad Muhammad Nur Huda, MA, Arif Syarifuddin, Lc, Abu Ihsan Al Maidani Al Atsary, Afifi Abdul Wadud, Abul Hasan Abdullah bin Taslim, Lc, Abu Abdil Muhsin Firanda, Asmuji (Imam Syafi'i, Cilacap). Umar Budiargo, Lc, Khudlori, Lc, Aris Munandar, SS, Ridwan Hamidi, Lc , Muhammad Yusuf Harun, MA, dan Farid Ahmad Okbah dari PP Al Irsyad.

Demikian juga dengan kelembagaannya, kalangan salafi politik, relatif bergerak dalam kelembagaan dibandingkan dengan kalangan salafi non politik. Mereka diantaranya adalah Yayasan al-Sofwah, kelompok Yazid Jawwas dan Abdul Hakim Abdat, yang dekat tetapi tidak secara institusional berhubungan dengan al-Sofwah.

Abu Nida', Ahmad Faiz, dan jaringan at-Turots. Kelompok Abu Nida' menerbitkan majalah al-Fatawa, Ahmad Faiz's juga menerbitkan majalah as-Sunnah. Ketiga, majalah, al-Furqon, yang diterbitkan oleh kelompok Annur Rofiq dari Mahad al-Furqon al-Islami, Gresik, yang mempunyai jaringan yang sama.

Yusuf Baisa dan Farid Okbah jaringan al-Irsyad (sangat dekat dengan at-Turots tetapi bukan bagian dari jaringannya). Yayasan al-Irsyad selalu dikritik karena mempunyai acara muktamar tahunan, ini merupakan bukti dari kegiataan hizbiyah.

PP Taruna Al Qur'an, Umar Budiargo, Lc, Khudlori, Lc, Aris Munandar, SS, Ridwan Hamidi, Lc (alumni Madinah, disebut tokoh freeline). PP Taruna Al Qur'an alias L-Data cabang Jogjakarta ini akrab dengan ikhwani dimanapun. L-Data pusat dipimpin (aldakwah.org) Muhammad Yusuf Harun, MA, dai al Sofwa, penerjemah al Al Sofwa Jakarta.

Para tokoh kalangan salafi politik tersebar di berbagai negara dan mereka melakukan pembinaan dengan organisasi non profit (LSM) yang ada di Indonesia. Di antara tokoh Salafi politik internasional adalah, Muhammad Surur Nayif Zainal Abidin (kini tinggal di London), Abdul Karim Al Katsiri (Saudi Arabia), Syarif Fuadz Hazza (Mesir), Musthofa bin Isma’il Abul Hasan as Sulaimani Al Ma’ribi al hizbi (Yaman).

Mereka juga memberikan banyak bantuan pada LSM seperti, As-Sofwah, at-Turots dan lain-lain dalam rangka penyebaran paham salafi politik.

Ketidaksukaan sebagian Salafi seperti as-Sewed (salafi puritan) kepada lembaga at-Turots merupakan refleksi dari pendirian mentor mereka di Saudi Arabia dan Yaman kepada Abdul Khaliq. Pertentangan ini semakin muncul ketika website salafi memuat pemikiran Syeikh Muqbil bin Hadi al-Wadi, guru Ja’far dari kaset yang direkam tahun 1995. Syeikh Muqbil menuduh Abdul Khaliq mencoba untuk memecah komunitas Salafi dengan secara terbuka membagikan uang dinar di Kuwait, Indonesia, Yaman, dan Sudan.

Pertentangan kalangan Salafi diketahui Ja’far sejak awal. Ja’far selain mengenal para Imam Salafi, Ja’far juga mengenal para tokoh Salafi yang dianggap menyimpang dari manhaj Salafi. Mereka adalah Muhammad Surur bin Zainal Abidin, Salman Al-Audah, Safar Al-Hawali, A’idl Al-Qarni, dan Abdurahman Abdul Khaliq. Penyimpangan mereka karena para tokoh ini menganggumi para tokoh Ikhwanul Muslimin seperti Sayyid Quthb, Hasan Al-Banna, Muhammad Abduh, Jamaludin Al-Afghani, Muhammad Rashid Ridha dan lain-lain, yang dianggap sesat oleh para Imam Salafi.

Kalangan Salafi yang dianggap menyimpang ini juga mempunyai banyak murid di Indonesia. Bahkan untuk mengkomunikasikan para murid Abdurahman Abdul Khaliq mendirikan lembaga Ihya’ut Turats. Untuk memperdalam komunikasi dengan para murid Abdurahman Abdul Khaliq sering datang ke Indonesia.

Pada tahun 2004 Umar as-Sewed mengkritik ungkapan Abdul Khaliq yang telah mendiskreditkan para pemimpin Saudi. Menurut as-Sewed, Abdul Khaliq pantas juga diberikan gelar sebagai thaghut, sebagaimana juga diungkapkan oleh semua syeikh Salafi termasuk bin Baz dan Utsaimin. As-Sewed juga mendorong bahwa ketidaksukaan Abdul Khaliq pada Saddam terjadi baru-baru ini karena adanya perang, karena itu Abdul Khaliq pada dasarnya adalah orang munafik nomer satu.

Dengan demikian jelas, bahwa gerakan salafi di Indonesia sangat amat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi di Timur Tengah. Saling tuding dengan mengatasnamakan agama, menjadi ciri khas dari gerakan salafi. Yang ironis dari kelompok salafi ini adalah mereka mengajarkan doktrin anti taqlid kepada para pengikutnya, namun pada kenyataannya, mereka juga taqlid kepada para syeikh mereka di Timur Tengah. Hal ini terlihat dari apa yang terjadi konflik di Timur Tengah maka di Indonesiapun terjadi konflik.
(bersambung)
* Wakil ketua umum PBNU

(Do'a of the Day) 23 Sya'ban 1432H

Bismillah irRahman irRaheem
In the Name of Allah, The Most Gracious, The Most Kind

Allaahumma ghaaratin nujuumu wa hada'atil 'uyuun wa anta hayyun qayyuum. Laa ta'khudzuka sinatun wa laa naum. Yaa hayyu yaa qayyuumu ahdi lailii wa anim ainii.
Ya Allah, bintang-bintang tenggelam, segala mata dapat tenang sedangkan Engkau Hidup lagi Berdiri Sendiri. Tiada kantuk dan tiada tidur menimpa Engkau. Ya Tuhan Yang Hidup, Ya Tuhan Yang Berdiri Sendiri, tenangkanlah malamku dan tidurkanlah mataku.
Dari Kitab Al-Adzkar - Imam An-Nawawi, Bagian 1, Bab 63.

Jumat, 22 Juli 2011

(Khotbah of the Day) Sya’ban Bulan Muhasabah

Sya’ban Bulan Muhasabah

الحمد لله رب العالمين وبه نستعين على امورالدنيا والدين. أشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله.اللهم صل على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه أجمعين. اما بعد فياعباد الله أوصيكم وإياي بتقوى الله فقد فاز المتقون, إتقوا لله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah

Para jama’ah jum’ah yang berbahagia, tak terasa waktu terus berlalu. Hari berganti hari, bulan berselih bulan. Sebentar lagi puasa Ramadhan tiba. Kita harus menyambutnya dengan besar hati penuh suka cita. Karena itu adalah termasuk tanda-tanda ketaqwaan seorang muslim. Marilah kita manfaatkan sisa-sisa bulan sya’ban sebaik-baiknya untuk meningkatkan ketaqwaan kita. Allahumma Barik lana fi Rojaba wa Sy’bana wa Ballighna Ramadhana.

Jama’ah Jum’ah yang dimuliakan Allah

Banyak sekali hadits yang menerangkan tentang keutamaan bulan sya’ban dan beberapa amalan di dalamnya. Bulan sya’ban sangat istimewa karena menjadi pintu menuju Ramadhan yang mulia. Sebagian ulama mengatakan bahwa sya’ban adalah ruang pelatihan bagi umat muslim dalam rangka menghadapi puasa di bulan Ramadhan. Latihan itu bisa berbagai rupa amal saleh dan tentunya yang pokok adalah melatih diri berpuasa. Baik berpuasa secara lahir maupun berpuasa secara bathin. Artinya, berpuasa menahan lapar sekaligus menahan diri dari nafsu dan kebiasaan buruk keseharian. Seperti yang dilakukan Rasulullah saw:

Dari Aisyah radhiallahu 'anha, katanya: "Tidak pernah Nabi s.a.w. itu berpuasa dari sesuatu bulan lebih banyak daripada Sya'ban, karena beliau berpuasa selama bulan Sya'ban itu seluruhnya." "Dalam suatu riwayat disebutkan: "Beliau berpuasa dalam bulan Sya'ban, melainkan sedikit sekali yang tidak - yakni sebagian besar dalam bulan ini dipuasai." (Muttafaq 'alaih)
Selain itu sebuah hadits layak kita perhatikan berhubungan dengan bulan sya’ban yang diriwayatkan oleh Abu dawud dan Nasa’i bahwa:

Usamah bin Zaid bertanya kepada Rasulullah s.a.w.:'Wahai Rasulullah, aku tidak pernah melihatmu memperbanyak berpuasa (selain Ramadhan) kecuali pada bulan Sya'ban? Rasulullah s.a.w. menjawab:"Itu bulan dimana manusia banyak melupakannya antara Rajab dan Ramadhan, di bulan itu perbuatan dan amal baik diangkat ke Tuhan semesta alam, maka aku ingin ketika amalku diangkat, aku dalam keadaan puasa". (h.r. Abu Dawud dan Nasa'i).
Artinya, bulan sya’ban adalah sebuah momen penting bagi kehidupan ruhaniah seorang muslim, karena rasulullah sendiri mengatakan bahwa pada bulan inilah berbagai amalan manusia diangkat oleh Allah swt. Dengan demikian sebenarnya, kita hanya bisa merenung dan berhitung seberapa banyak kita telah mengumpulkan kebaikan. Apakah buku catatan itu kita penuhi dengan tinta kebaikan ataukah dengan coretan keburukan? Alhamdulillah jika ternyata hitungan amal shaleh kita lebih banyak dari pada keburukan. Tetapi jika amal buruk kita lebih dominan maka segeralah perbaiki segalanya mumpung masih tertisa bulan sya’ban ini. Gunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya dan jangan kita sia-siakan. Mumpung masih ada waktu mari kita bermuhasabah.
Ma'asyiral Muslimin Rahimakumullah
Demikianlah khutbah jum'ah kali ini semoga kita senantiasa diberikan petunjuk oleh Allah swt dengan diberik kamauan dan kemampuan mengerjakan berbagai perintahnya dan menjauhi berbagai larangannya.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Sumber: NU Online